JNEWS – Cap Go Meh adalah perayaan yang berlangsung pada hari ke-15 setelah Imlek. Tradisi ini menandai akhir dari rangkaian Tahun Baru Tionghoa dengan berbagai ritual dan acara meriah.
Di Tiongkok, festival ini dikenal sebagai Yuan Xiao Jie dan identik dengan lampion, kue tangyuan, serta doa untuk keberuntungan. Sementara itu, di Indonesia, Cap Go Meh punya ciri khas tersendiri, mulai dari lontong khas hingga tradisi yang unik.
Asal Usul dan Makna Perayaan Cap Go Meh
Dikutip dari Indonesia Travel, Cap Go Meh berasal dari tradisi Tionghoa yang dirayakan pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkian. Cap berarti sepuluh, go berarti lima, dan meh berarti malam. Jadi, secara harfiah artinya malam ke-15 yang menandai berakhirnya rangkaian perayaan Imlek.
Ada sejarah yang panjang yang bisa ditelusuri terkait perayaan ini. Pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M) di Tiongkok, Kaisar Han Wendi menetapkan hari ke-15 setelah Imlek sebagai perayaan lentera (Yuan Xiao Jie). Pada perayaan tersebut, masyarakat akan menyalakan lentera sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-dewa dan roh leluhur. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi festival rakyat yang identik dengan lampion, pertunjukan barongsai, dan aneka kuliner khas.
Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M), festival ini menjadi lebih meriah dengan parade lentera, tarian naga, dan berbagai hiburan rakyat. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa menyalakan lentera dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan sepanjang tahun.
Baca juga: Perbedaan Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia dan Tiongkok
Di Indonesia, momen ini juga dirayakan secara khas, berbeda dengan perayaan di Tiongkok. Hal ini terjadi karena ketika para imigran Tionghoa datang ke Nusantara, mereka membawa tradisi ini dan mengadaptasinya dengan budaya lokal.
Selain itu, Cap Go Meh memiliki beberapa makna penting yang diwariskan secara turun-temurun. Berikut adalah beberapa makna di balik perayaan ini.
1. Simbol Keberuntungan dan Harapan Baru
Cap Go Meh menandai berakhirnya rangkaian perayaan Imlek dan menjadi momen untuk memulai tahun dengan harapan yang lebih baik. Dalam tradisi Tionghoa, menyalakan lentera melambangkan pengharapan akan keberuntungan, kebahagiaan, dan kesejahteraan sepanjang tahun.
2. Penghormatan kepada Leluhur dan Dewa
Pada zaman Dinasti Han, hari ini diperingati untuk memberikan penghormatan kepada dewa-dewa dan leluhur. Ritual-ritual ini bertujuan untuk memohon perlindungan, berkah, dan kelancaran dalam kehidupan.
3. Ajang Menjodohkan Kaum Muda
Uniknya, pada zaman dulu di Tiongkok, Cap Go Meh juga merupakan satu-satunya kesempatan bagi para gadis untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan calon pasangan. Oleh karena itu, perayaan ini sering disebut sebagai Hari Valentine Tionghoa.
4. Simbol Persatuan dan Kebersamaan
Perayaan ini membawa keluarga dan komunitas berkumpul untuk berbagi kebahagiaan, makanan, serta doa bersama. Di Indonesia, perayaan ini juga sering dikaitkan dengan akulturasi budaya, seperti tradisi Tatung di Singkawang yang melibatkan berbagai suku dan kepercayaan.
5. Penutup Rangkaian Imlek dengan Pembersihan Energi Negatif
Beberapa ritual yang dilakukan, seperti mengarak naga dan barongsai, dipercaya mampu mengusir roh jahat serta membawa keseimbangan energi positif untuk kehidupan yang lebih harmonis.
- Lambang Kemakmuran dan Kelimpahan
Kuliner khas seperti Lontong Cap Go Meh melambangkan keberlimpahan rezeki. Lontong yang berbentuk silinder dianggap sebagai simbol panjang umur dan keberuntungan.
Tradisi-Tradisi Cap Go Meh yang Masih Dihidupi sampai Kini
Perayaan Cap Go Meh lebih dari sekadar festival, tetapi juga menjadi warisan budaya yang memperkuat nilai-nilai tradisi, kebersamaan, dan harapan baik untuk masa depan. Berikut beberapa tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.
1. Festival Tatung di Singkawang
Di Singkawang, Kalimantan Barat, ada tradisi Tatung yang dilakukan untuk meramaikan momen ini. Tatung merupakan ritual spiritual ketika seseorang dirasuki roh leluhur atau dewa. Tatung berjalan di atas bara api, menusukkan benda tajam ke tubuh, atau melakukan aksi ekstrem lainnya sebagai simbol kekuatan supranatural yang dipercaya dapat mengusir roh jahat.
2. Pawai Lampion dan Barongsai
Di banyak kota seperti Jakarta, Medan, dan Semarang, Cap Go Meh dirayakan dengan parade lampion yang melambangkan keberuntungan dan harapan baik. Barongsai dan naga liong ikut berkeliling kota, dipercaya membawa keberkahan dan mengusir energi negatif.
3. Makan Lontong
Di beberapa daerah di Jawa, momen ini dirayakan dengan menyantap Lontong Cap Go Meh, hidangan yang merupakan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Makanan ini terdiri dari lontong, opor ayam, sambal goreng ati, dan telur pindang yang melambangkan kemakmuran dan keberuntungan.
4. Melepaskan Lentera ke Langit (Shang Yuan Festival)
Di Tiongkok, Taiwan, dan beberapa daerah di Indonesia seperti Bangka Belitung, perayaan Cap Go Meh diramaikan dengan tradisi melepaskan lentera ke langit. Tradisi ini melambangkan harapan agar doa dan permohonan terkabul di tahun yang baru.
5. Lempar Jeruk di Malaysia dan Singapura
Di Malaysia dan Singapura, ada tradisi unik yang disebut Yee Sang atau lempar jeruk. Para wanita yang masih lajang melempar jeruk ke sungai atau laut dengan menuliskan harapan menemukan jodoh di kulitnya. Sementara itu, pria akan mengambil jeruk tersebut sebagai tanda kesediaan untuk mengenal lebih jauh.
6. Festival Kue Tangyuan di Tiongkok
Di Tiongkok, Cap Go Meh juga dikenal sebagai Festival Yuan Xiao, yang identik dengan makan Tangyuan, bola ketan berisi pasta kacang merah atau wijen. Bentuk bulat Tangyuan melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga.
Cap Go Meh bukan sekadar tradisi penutup Imlek, tapi juga warisan budaya yang terus hidup dan berkembang. Perayaan ini membawa kegembiraan, harapan, dan kebersamaan bagi banyak orang.
Baca juga: 38 Makanan Tradisional dari 38 Provinsi di Indonesia – Yang Mana Favoritmu?
Setiap daerah punya cara unik dalam merayakannya, dengan tetap mempertahankan makna aslinya. Dari pawai meriah hingga sajian khas, semua elemennya menunjukkan betapa kayanya budaya yang diwariskan turun-temurun ini. Terlepas dari perbedaan cara merayakan, semangat utama Cap Go Meh tetap sama: merayakan kebahagiaan, memohon keberuntungan, dan mempererat hubungan dengan sesama.