JNEWS – Museum Fatahillah merupakan destinasi wisata utama sekaligus salah satu ikon Kota Jakarta. Fatahillah bukan hanya sebuah museum, tapi juga menjadi satu kesatuan dengan kawasan di sekitarnya, yang dikenal sebagai Kota Tua. Wisatawan akan mendapatkan banyak wawasan yang menarik dan pengalaman yang seru.
Sejarah Museum Fatahillah
Dikutip dari laman Jakarta Tourism, nama resmi Museum Fatahillah adalah Museum Sejarah Jakarta. Bangunan ini sebelumnya merupakan markas administrasi Perusahaan Hindia Timur, yang kemudian diambil alih oleh pemerintah Belanda.
Awal pembangunannya adalah atas perintah Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1626 untuk menggantikan balai kota lama yang harus dibongkar pada saat perlawanan Sultan Agung. Balai kota lama dibangun pada tahun 1620 di sebelah timur Kali Besar. Sedangkan balai kota baru berada di Nieuwe Markt yang sekarang menjadi Taman Fatahillah. Fatahillah merupakan nama pendiri Kota Jayakarta yang merupakan cikal bakal Jakarta.
Karena konstruksi bangunan tersebut mengalami penurunan, Gubernur Jenderal Joan van Hoorn memerintahkan berbagai renovasi yang hasilnya mirip Istana Dam di Amsterdam pada tahun 1707. Pada tanggal 10 Juli 1710, gedung tersebut diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck. Gedung ini berfungsi sebagai balai kota (stadhuis) dan dewan pengadilan (raad van justitie).
Gedung ini sempat berganti-ganti fungsi, antara lain:
- Tahun 1925-1942: kantor Provinsi Jawa Barat.
- Tahun 1942-1945: markas Dai Nippon.
- Tahun 1945-1963: Kantor Gubernur Jawa Barat.
- Tahun 1964: Markas TNI Kodim 0503 Jakarta Barat.
- Tahun 1972: diserahkan pada pemerintah RI.
- Tanggal 30 Maret 1974: diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta oleh Gubernur Ali Sadikin dan dikelola oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Baca juga: 7 Kota Tua di Indonesia yang Wajib Dikunjungi Pencinta Sejarah
Daya Tarik Museum Fatahillah
Museum ini memiliki 23.500 lebih koleksi bersejarah dan arsitektur yang menawan. Berikut adalah beberapa daya tariknya.
1. Arsitektur
Bangunan museum ini menggunakan gaya arsitektur neoklasik dari zaman renaissance. Ruangannya terdiri dari bangunan utama (sayap timur dan barat), ruang pengadilan, dan penjara bawah tanah. Penjara bawah tanah ini meninggalkan sejarah kelam. Banyak yang meninggal sebelum diadili akibat ruangan gelap dan minim sirkulasi sehingga tahanan mudah terserang penyakit.
2. Taman Fatahillah
Taman Fatahillah merupakan revitalisasi dari Stadhuisplein atau alun-alun yang umumnya ada di balai kota Eropa zaman dulu. Berdasarkan lukisan Johannes Rach, di lapangan ini pernah terdapat air mancur yang alirannya berasal dari Pancoran dan menjadi sumber air warga. Di sekitar Taman Fatahillah terdapat Museum Wayang, Kantor Pos, serta Museum Seni Rupa dan Keramik. Biasanya pengunjung akan menyewa sepeda onthel dan topi lebar untuk gowes di sekitar tempat ini sambil berfoto.
3. Meriam Si Jagur
Meriam Si Jagur dibuat oleh orang Portugis bernama Manoel Tavares Baccaro di Makau. Si Jagur dibawa ke Batavia oleh Belanda pada tahun 1641. Ada beberapa legenda yang menyertainya.
Pertama, meriam ini diberikan oleh Belanda untuk meminang putri Raja Pajajaran yang cantik. Kedua, Si Jagur merupakan penjelmaan Kiai Setomo dan Nyai Setomi yang bersemedi di rumahnya. Mereka harus menemukan senjata seperti di mimpi Raja Pajajaran. Jika gagal maka akan dihukum mati. Ketiga, terdapat dalam buku Voyage Autour du Monde karya Ludovic Marquis de Beauvoir tentang makhluk halus penunggu meriam.
4. Patung Hermes
Patung ini dibeli oleh Karl Wilhelm Stolz di Humburg pada tahun 1920. Stolz memiliki toko di Jalan Veteran, Batavia. Patung ini dihibahkan kepada pemerintah Batavia setelah istrinya meninggal. Istri Stolz tidak menyukai patung yang dianggap porno ini. Patung ini pernah diletakkan di dekat Jembatan Harmoni.
5. Ruangan-Ruangan Bersejarah di dalam Museum
Sejak masuk dari pintu utama, pengunjung disuguhi fakta dan peninggalan bersejarah yang sangat menarik. Berikut adalah ruangan-ruangan tersebut.
- Ruangan Dari Buni ke Jabodetabek, yang berisi gerabah, beliung persegi, artefak logam, batu asah, gelang batu hingga manik-masik banyak ditemukan di Desa Buni, Bekasi. Artefak serupa ditemukan Sungai Citarum dan Sungai Bekasi, yang mengalir hingga Jakarta dan Banten.
- Ruangan Kerajaan Tarumanegara, yang berisi replika prasasti, tugu, arca, peta kerajaan dan sejarah Tarumanegara.
- Mini theatre yang berisi film-film animasi sejarah dan zaman purba.
- Ruang Dewan Pengadilan di lantai 2, yang berisi berbagai perabotan dan buku-buku yang digunakan oleh pengadilan di zaman Belanda. Salah satu peninggalan ikoniknya adalah lukisan yang berjudul Tiga Keputusan Pengadilan.
- Ruangan Dari Betawi Menjadi Jakarta, yang menunjukkan sejarah Jakarta dari awal menjadi kota modern hingga menjadi ibu kota.
- Ruangan Kampung Ommelanden, yang merupakan kampung-kampung di luar Batavia karena hanya orang Belanda yang boleh tinggal di Batavia. Ommelanden merupakan cikal bakal dari Kampung Melayu, Manggarai, Tambora dan sebagainya.
- Ruangan Dari Balai Kota Menjadi Museum, yang berisi perjalanan gedung ini dari Stadhuis menjadi Museum Fatahillah.
- Ruangan Kebangkrutan VOC dan Kemunduran Batavia.
- Ruangan Indische Style, yang berisi potret Jakarta di masa lalu.
- Ruangan Galeri Melaka, yang memperlihatkan sejarah Portugis di Melaka.
- Ruangan Pertempuran Sultan Agung dan J.P. Coen.
- Ruangan yang berisi maket Batavia zaman dulu hingga terbentuknya Jakarta.
- Ruangan Sejarah Kedatangan VOC.
- Penjara bawah tanah, berupa tempat yang sempit sehingga tidak memungkinkan untuk berdiri. Terdapat pula batu pemberat agar tahanan tidak lari.
Panduan Wisata Ke Museum Fatahillah
Alamat Museum Fatahillah ada di Jalan Taman Fatahillah No.1 Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat. Untuk bisa mencapai lokasi ini dengan transportasi umum, ada dua cara yang bisa ditempuh:
- Naik KRL Commuter Line lalu turun di Stasiun Jakarta Kota. Dari stasiun ke museum hanya perlu jalan kaki sejauh 230 meter.
- Naik Trans Jakarta lalu turun di halte Jakarta Kota (Kota) yang berada di utara Stasiun Jakarta Kota.
Untuk berkunjung, pengunjung bisa memperhatikan jam operasional atau jam buka Museum Fatahillah sebagai berikut:
- Selasa, Rabu, Kamis dan Minggu jam 09.00-15.00.
- Jumat jam 09.00-13.30.
- Sabtu jam 09.00-13.00.
- Senin dan hari besar tutup.
Sementara itu, harga tiket masuk dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
- Dewasa (Selasa-Jumat): Rp10.000.
- Dewasa (Sabtu-Minggu): Rp15.000.
- Mahasiswa: Rp5.000.
- Anak-anak/pelajar: Rp5.000.
- Mancanegara: Rp50.000.
- Rombongan dewasa (Selasa-Jumat): Rp7.500.
- Rombongan dewasa (Sabtu-Minggu): Rp11.250.
- Rombongan mahasiswa: Rp3.750.
- Rombongan anak-anak/pelajar: Rp3.750.
Baca juga: Panduan Wisata Edukatif: Mengunjungi Museum Perjuangan Bogor
Museum Fatahillah yang berlokasi di Kota Tua Jakarta bukan sekedar gedung dengan gaya kolonial, namun gedung yang menyimpan banyak cerita, fakta dan peninggalan bersejarah. Setiap sudutnya menarik dan penuh arti. Banyak pengetahuan dan kesan yang akan dibawa pulang wisatawan dari tempat ini.