JNEWS – Persis sepuluh tahun setelah kepergian H. Soeprapto Soeparno, pendiri TIKI dan JNE, suasana hening menyelimuti TPU Karet Bivak, Tanah Abang, pagi itu. Puluhan undangan yang terdiri dari karyawan/ti JNE dan TIKI bertemu untuk mendoakan sosok karismatik yang telah memainkan peran penting dalam industri logistik dan kurir di Indonesia melalui TIKI dan JNE.
Dipimpin Ustaz Subeki Al Bukhori, ziarah ini menyatu dalam doa dan kenangan. “Beliau telah wafat, namun amalnya terus hidup,” seru sang penceramah, menegaskan bahwa setiap paket yang dikirim dan senyum pelanggan adalah contoh amal jariyah—kebaikan yang berjalan tanpa permisi.
Ustaz Subeki menutup doa haul dengan kalimat menggugah:
“Semoga Allah lapangkan kubur beliau, terangi dengan cahaya iman, dan jadikan setiap langkah kebaikan yang dilakukan perusahaan ini sebagai tambahan amal beliau di akhirat.”
Warisan yang Terus Hidup
Mohammad Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE dan anak almarhum, mengiringi doa dengan haru dan keyakinan. “Ayah saya meletakkan dasar nilai, bukan hanya bisnis. Kami hadir bukan sebagai direksi, tapi sebagai anak-anak spiritualnya. Kami datang sebagai penjaga legacy,” katanya.
Bagi Feriadi, slogan Connecting Happiness bukan sekadar slogan pemasaran, tapi warisan hidup yang mesti diamalkan seluas mungkin. “Setiap senyum kurir, setiap pengantaran amanah, setiap program sosial—itu semua adalah lanjutan dari nilai yang beliau tanam. Nilai yang hari ini kami rawat, kami jaga, dan kami doakan,” tambahnya.
Ditemui terpisah, Samsul Djamaludin, Group Head Quality Assurance di JNE, yang ikut hadir di Karet menekankan bahwa haul adalah musahabah manajemen. Samsul menekankan bahwa warisan almarhum menjiwai tata Kelola perusahaan sehari-hari, termasuk di antaranya cara perusahaan mengapresiasi karyawan dan kalangan orang yang tidak mampu.
“Haul ini adalah kalkulasi hati. Kita bisa hitung untung rugi, tapi bagaimana menghitung keikhlasan dan keberkahan?” ujarnya.
Sepuluh tahun setelah wafatnya, momen Haul ini menegaskan bahwa – meskipun tak hadir lagi secara fisik – warisan H. Soeprapto Soeparno tetap hidup.
Baca juga: Mimpi Rumah Idaman yang Datang Lebih Cepat: Kisah Suryadi, Ksatria JNE Semarang
Penulis: Zakaria/Iwan
Editor: Iwan Hendarmawan