JNEWS – Selama ini, biaya logistik di Indonesia masih dinilai tinggi dibanding dengan negara lain. Untuk itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mendorong agar biaya logistik di Tanah Air yang saat ini berada di angka 14,5 persen, bisa turun menjadi 8 persen di tahun 2030 mendatang.
Airlangga meyakini, jika biaya logistik bisa ditekan sampai pada target 8 persen, maka akan berdampak pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi secara nasional, terlebih, neraca perdagangan Indonesia bulan Mei 2025 tercatat telah mengalami surplus dalam 61 bulan beruntun. Sehingga, penurunan biaya logistik diyakini akan semakin berkontribusi bagi pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia ke depannya.
“Pemerintah terus mendorong agar biaya logistik yang hari ini di kisaran 14,5 persen, nanti diharapkan bisa diturunkan menjadi 12,5 persen dan kembali turun ke 8 persen,” ujar Airlangga dalam konferensi pers peluncuran ALFI Convex 2025, di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (2/7/ 2025).
Selain itu, Airlangga menyatakan bahwa pemerintah akan berupaya menderegulasi sejumlah aturan di sektor logistik untuk kisaran biayanya sejajar dengan negara-negara lain kawasan ASEAN.
“Pemerintah akan terus berupaya, termasuk menderegulasi sektor logistik agar bisa mencapai single digit. Berbagai negara lain di ASEAN itu hampir seluruhnya single digit. Jadi kita masih ada nilai yang harus kita turunkan,” jelas Airlangga.
Oleh karena itu Airlangga berharap kepada Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), agar pihaknya bisa membentuk rencana program supaya target penurunan biaya logistik nasional itu bisa segera terwujud.
Baca juga:Â Buka Munas XI Asperindo, Komdigi Sebut Industri Logistik dan Kurir Berperan Penting Dorong Ekonomi Tumbuh
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP ALFI, M. Akbar Djohan menegaskan, pihaknya siap untuk membantu pemerintah mencapai target penurunan hingga sebesar 8 persen tersebut di tahun 2030 mendatang.
“Untuk mengejar target biaya logistik nasional menjadi 8 persen di tahun 2030, kita akan menyusun program-program perbaikannya. Karena masih banyak ruang untuk bisa kita perbaiki dan memang industri logistik ini ekosistem logistik nasional juga sangat rentan dengan regulasi,” kata Akbar.
Akbar berharap bahwa gelaran ALFI Convex 2025 yang akan digelar pada 12-14 November 2025 di ICE BSD, Tangerang, Banten nanti, juga akan membantu mendorong pencapaian target tersebut. “Perhelatan ALFI Convex 2025 nanti, juga akan menjadi satu ajang dan satu platform di mana terjadi pertemuan antarpelaku logistik nasional bahkan internasional, beserta regulator dan seluruh stakeholder guna membahas tentang penurunan biaya logistik tersebut,” ujarnya.
Sebagai informasi, biaya logistik adalah semua pengeluaran yang terkait dengan pengelolaan pergerakan dan penyimpanan barang dari titik asal hingga titik tujuan, termasuk dalam rantai pasokan. Biaya ini mencakup berbagai aspek seperti transportasi, penyimpanan, penanganan, dan distribusi, yang memastikan produk tersebut sampai ke tangan konsumen. Dengan penurunan biaya tersebut, bukan saja para pelaku usaha yang diuntungkan namun juga konsumen karena biaya yang dikeluarkan lebih efisien.*