JNEWS – Anak gimbal Dieng akan dapat sesekali ditemui jika mengunjungi objek wisata di kawasan Dieng. Mereka memiliki tampilan rambut yang khas seperti penyanyi reggae.
Namun rambut anak-anak tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam budaya masyarakat setempat. Rambut mereka tidak boleh asal dipotong, melainkan harus dirawat dan hanya dapat dipotong melalui ritual khusus.
Dataran Tinggi Dieng
Dieng merujuk ke beberapa tempat atau letak geografis. Namun yang banyak dikenal orang adalah Dieng yang merujuk ke Dataran Tinggi Dieng. Dataran Tinggi Dieng terletak di Jawa Tengah pada ketinggian 2000-2590 MDPL (Meter di Atas Permukaan Laut). Suhu di seputar Dieng terasa dingin. Bahkan di musim kemarau, yaitu seputar bulan Juni – September sering terjadi embun es yang membuat rerumputan membeku dan tanaman pertanian rusak.
Dataran Tinggi Dieng meliputi wilayah Kecamatan Batur dan Pejawaran di Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Kejajar di Kabupaten Wonosobo, serta Kecamatan Bawang di Kabupatan Batang. Sedangkan kawasan wisata Dieng kebanyakan berada di wilayah Desa Dieng Kulon (Banjarnegara) dan Dieng Wetan (Wonosobo).
Anak gimbal Dieng berasal dari beberapa dusun di kawasan tersebut. Pada waktu tertentu, pemerintah daerah menyelenggarakan festival budaya, yang acara utamanya adalah mengumpulkan anak gimbal yang akan potong rambut.
Baca juga: 10 Destinasi Wisata Dieng dengan Pemandangan Memukau
Asal-usul Anak Gimbal Dieng
Ada beberapa pendapat tentang asal muasal anak gimbal Dieng. Salah satunya, jika laki-laki dianggap sebagai keturunan Kiai Kolodete, sedangkan jika perempuan dianggap sebagai keturunan Nini Ronce Kala Prenye.
Kiai Kododete merupakan penyebar agama Islam di Dataran Tinggi Dieng yang memiliki rambut gimbal. Masyarakat Dieng menganggapnya sebagai nenek moyang mereka. Sedangkan Nini Ronce dipercaya sebagai abdi Nyi Roro Kidul. Anak-anak tersebut tidak terlahir gimbal. Umumnya rambut mereka menjadi gimbal setelah sakit panas pada usia balita.
Asal-usul rambut gimbal anak-anak Dieng juga sudah diteliti oleh para akademisi. Menurut para peneliti, rambut gimbal tersebut bukan karena tidak keramas, melainkan fenotipe yang diperoleh dari pewarisan genetik. Fenotipe adalah ciri-ciri lahiriah yang dapat diamati dan membedakannya dengan kelompok lain. Fenotipe tersebut juga dapat muncul pada anak-anak yang orang tuanya dulu tidak gimbal.
Mengapa dan Kapan Rambut Anak Gimbal Dieng Harus Dipotong?
Rambut gimbal anak-anak Dieng harus dipotong untuk menghilangkan sukerta (kesulitan, kesedihan atau kesialan). Uniknya, tidak ada yang tahu kapan rambut gimbal tersebut akan dipotong selain anak gimbal itu sendiri. Jika dia mengatakan sudah siap untuk dipotong, maka orang tua harus menyiapkan acara ruwatan yang mengiringi pemotongan rambut tersebut.
Sebelum melakukan pemotongan rambut, biasanya anak gimbal memiliki permintaan yang harus dikabulkan oleh orang tuanya. Konon jika tidak dituruti, rambut yang tumbuh setelah dipotong akan kembali gimbal.
Anak Gimbal Dieng sebagai Storynomics Tourism Dieng
Istilah storynomics tourism dikutip dari laman Kemenparekraf. Storynomics tourism adalah sebuah pendekatan dalam pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif dan living culture dengan menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi.
Hal itulah yang membuat Kemenparekraf mendukung Dieng Culture Festival, yang salah satu acaranya adalah ritual budaya Ruwat Gimbal. Festival ini juga diisi dengan pertunjukan seni budaya, pameran produk ekonomi kreatif lokal dan kegiatan wisata lain.
Ruwatan anak gimbal Dieng merupakan daya tarik budaya dan wisata yang mampu menjadi pemicu diselenggarakannya Dieng Culture Festival. Tiap tahun festival ini selalu ramai pengunjung. Peristiwa budaya ini memberikan manfaat yang luas, baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar maupun pelestarian budaya itu sendiri.
Bagi keluarga si anak bajang atau anak gimbal Dieng tersebut, festival ini dapat meringankan beban biaya penyelenggaraan acara ruwatan. Bahkan panitia menyiapkan acara yang lebih baik, dari mulai panggung, kostum, dokumentasi hingga modin sebagai petugas pemotong rambut.
Baca juga: Tradisi dan Upacara Adat Suku Jawa yang Masih Dipraktikkan Hingga Kini
Dieng Culture Festival
Storynomics tourism Dieng yang kemudian diwujudkan dalam Dieng Culture Festival, setiap tahun melibatkan seluruh masyarakat di kawasan Dieng. Acara tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi keluarga yang memiliki anak bajang di Dieng. Banyak acara yang bisa diikuti oleh warga maupun peminat seni dan budaya di luar Dieng.
Sebagai gambaran, ragam acara pada Dieng Culture Festival 2024 meliputi Aksi Bersih Dieng, pentas seni, bazar UMKM, Festival Domba Batur, sajian purwaceng, sendra tari, kirab budaya, Jazz Atas Awan hingga penerbangan lampion.
Sedangkan Ruwat Gimbal diselenggarakan di Candi Arjuna dengan urutan acara yaitu proses jamasan, proses ruwat, ngalap berkah, dan diakhiri dengan proses pelarungan rambut anak gimbal Dieng. Bagi wisatawan yang berminat untuk menyaksikan acara ruwatan ini, bisa memantau akun media sosial panitia atau bertanya pada petugas di lokasi.
Fenomena anak gimbal Dieng sebagai storynomics tourism dari Dieng telah menjadi penggerak bagi potensi budaya Dieng lainnya sehingga menghasilkan festival yang rutin dan diminati wisatawan, baik domestik maupun internasional. Pelestarian budaya yang disinergikan dengan berbagai potensi masyarakat akan mendapatkan banyak dukungan.