Level kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dapat dibilang kurang sehat belakangan ini. Di suatu wilayah tersebut ada kalanya indikator polusi udara tak sehat cukup tinggi. Namun, di waktu lain kualitas udara jauh lebih bagus. Bahkan, ada potensi kondisi udara bisa membaik meski di saat terburuk.
Menurut data riset hasil kolaborasi Pinhome dengan Nafas Indonesia, terdapat sedikitnya lima wilayah di Jabodetabek yang menjadi referensi untuk mengukur tren kualitas udara.
Kelima wilayah tersebut antara lain Depok Beji, Pondok Indah, Bogor Barat, Bekasi – Tambun Selatan, dan Dharmawangsa.
Baca juga: Boleh Tidak Pakai Masker di Luar Ruangan, Cek Syaratnya!
Paparan polusi udara memang tidak bisa dihindari. Namun, sebenarnya masyarakat bisa mengantisipasi udara tak sehat dan meningkatkan kualitas udara di sekitar rumah melalui beberapa cara berikut:
1. Menutup jendela atau ventilasi natural ketika kondisi udara memburuk
2. Tetap berolahraga di dalam ruangan dan mengatur waktu olahraga di luar ruangan
3. Memakai masker saat berada di luar rumah
4. Menggunakan air purifier untuk membersihkan udara di ruangan
5. Membatasi benda beraroma, seperti lilin aromaterapi dan penyegar udara
Head of Agent Account Management Pinhome Panca Satria mengatakan untuk memilih hunian dengan kualitas yang baik, alangkah lebih baik untuk mengecek rencana pembangunanya terlebih dulu.
Baca juga: Sebelum Ikutan Pound Fit, Yuk Ketahui Apa yang Harus Disiapkan
“Kita dapat mempertimbangkan kualitas udara sebagai faktor penting dalam mencari hunian,” kata Panca melalui siaran pers, Kamis (15/9/2022).
Hal pertama adalah melihat rencana pembangunan. Rata-rata project properti primary adalah project inden yang biasanya (membutuhkan waktu) 12 atau 24 bulan.
“Nah, sambil kita lihat apakah di dalam proses pembangunan properti tersebut memperhatikan kualitas udaranya dan tidak dekat dengan kawasan industri. Hal-hal semacam ini bisa kita perhatikan,” terang Panca.
“Lalu jarak lokasi. (Apakah) bangunan-bangunan (perumahan) itu bisa mendatangkan kerumunan dan menyebabkan kemacetan. Tapi hal ini (sebenarnya) diperlukan juga, karena di suatu hunian kita tidak mau dong hunian kita ada di kawasan yang sepi? Karena kepadatan penduduk belum tentu menjadi faktor polusi udara yang tidak baik,” tutup Panca.
Baca juga: Minimalisir Kerugian, Ikuti 8 Langkah Investasi Tepat bagi Pemula
Sementara itu, CGO-CoFounder Nafas Indonesia Piotr Jakubowski memaparkan saat ini dirinya tengah berfokus dalam mengembangkan fitur wawasan kualitas udara di luar ruangan. Fitur tersebut telah tersedia di aplikasi Nafas lewat “Nafas Insights”.
“Melalui Nafas Insights, sekarang Anda bisa melihat rangkuman informasi kualitas udara di daerah tempat tinggal Anda setiap minggu. Terdapat insight mingguan di mana pengguna akan mendapatkan rangkuman tingkat polusi PM2.5 selama seminggu terakhir,” kata Piotr.
Anda juga bisa melihat perbandingan antara kualitas udara di daerah Anda dengan rekomendasi paparan tahunan PM2.5 oleh WHO. Selain itu, juga ada perbandingan kualitas udara minggu ini dengan minggu lalu,” tambahnya.