Awas, Banyak E-commerce Curang yang Bunuh UMKM

 

Menjamurnya toko online yang hadir dengan platform e-commerce memang menjadi tanda kemajuan era digitalisasi. Namun dibalik itu, ternyata ada praktik ilegal yang dilakukan dan berimbas mematikan usaha UMKM.

Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, yang menceritakan bila banyak e-commerce global yang membunuh UMKM Indonsia dengan menerapkan persaingan tidak sehat.

Persaingan tidak sehat yang dimaksudh adalah penerapan sistem dagang digital predatory pricing. Hal tersebut berdampak pada sulitnya UMKM untuk bersaing.

Ujung-ujungnya, efek predatory pricing bisa menyingkirkan UMKM dalam persaingan, bahkan parahnya lagi sampai membuat iklim usaha hancur.

BACA JUGA : Permudah Bisnis, Kemenperin Fasilitasi Sertifikat Standar Internasional IKM Pangan

tren e-commerce pergudangan logistik

Seperti diketahui, predatory pricing sendiri merupakan strategi curang dari penjual yang menjajkan harga jauh lebih murah dari kompetitor untuk suatu produk yang sama.

Kondisi itu membuat masyarakat atau pembeli tertarik, sehingga menjatuhkan meninggalkan UMKM yang masih mematok harga lawas atau lebih mahal.

Skema predatory pricing memang biasa dilakukan sebagai salah satu akal bulus dalam persaingan bisnis. Tujuannya sudah tentu untuk menyingkirkan para pesaing.

“Harga yang sengaja dibuat untuk membunuh kompetisi, Ini membuat tidak terjadi keadilan atau kesetaraan dalam perdagangan,” ujar Mendag dalam konferensi pers Rapat Kerja Kemendag 2021.

belanja online

Menurut Lutfi, praktik curang dari e-commerce tersebut diketahui dari sebuah artikel yang dikeluarkan lembaga internasional.

BACA JUGA : Jokowi Gaungkan Benci Produk Asing, DPR Berikan Dukungan Tapi …

Dalam bahan tulisan itu menceritakan jatuhnya UMKM asal Indonesia yang bergerak dalam bidang fesyen muslim dengan barang daganan menjajakan kerudung atau hijab. Lantaran adanya predatory pricing dari kompetitor pihak asing maka tersingkir.

Menurut dia, sebelum “mati”, bisnis UMKM hijab tersebut sempat berjaya hingga beberapa tahun. Bahkan mampu memberdayakan pekerja hingga 3.400 karyawan.

Saat usahanya maju di 2018 dan terpantau AI (artificial inteligence) yang digunakan perusahaan digital asing. UMKM hijab itu kemudian disedot informasinya oleh kompetitor dan dibuat serupa di China, lalu barang buatannya diimpor lagi ke dalam negeri dan dipasarkan dengan harga yang lebih murah.

Kacamata Kabau yang terbuat dari papan skateboard bekas

BACA JUGA : Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Mencintai dan Melindungi Produk Lokal

“Produk hijab produksi China itu masuk ke Indonesia melalui platform e-commerce global. Harga jualnya pun sangat murah, hanya Rp 1.900 per hijab,” kata Lutfi.

Exit mobile version