Anton merupakan anak keempat dari pasangan Karti (Alm) dan Ambran. Ia mengawali karirnya sebagai kurir di JNE Tarakan pada tahun 2016 hingga tahun 2021 (saat ini) menjadi Sales and Marketing Retail. Ia kembali mengenang tentang pengalamannya saat bakatnya bernyanyi membuatnya tampil di pentas tingkat nasional.
Setelah dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Tarakan pada tahun 2016, Anton –sapaan akrab dari Antonius Gabriel Horyanto– langsung mencoba peruntungan untuk melamar bekerja di JNE Tarakan.
“Waktu itu tetangga saya kebetulan kerja di JNE, namanya Pak Rudi. Ia mengabarkan bahwa sedang ada open recruitment untuk posisi sebagai kurir. Waktunya juga pas karena saya baru lulus sekolah. Jadi langsung saja ikut melamar kerja dan diterima di JNE Tarakan,” kenang Anton.
Pada tahun ketiga Anton bekerja, tepatnya pada tahun 2019, Ia mendapatkan pengalaman luar biasa yang tidak pernah disangka-sangka. Saat itu telah dibuka audisi Liga Dangdut (LIDA) untuk mewakili Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
“Dari kecil saya memang suka dengan musik dangdut. Waktu itu ada desakan dari teman, akhirnya saya coba ikut audisi,” ujarnya.
Audisi LIDA tersebut diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi di Jakarta. Bertempat di Gedung Royal Crown Tarakan. Peserta yang mengikuti audisi tersebut lebih dari ratusan orang yang berasal dari 5 Kabupaten/Kota di Kaltara, “Makanya saya sempat pesimis untuk lolos ke Jakarta waktu itu,” kata Anton.
Berkat kegigihan dan bakat yang dimilikinya, Anton akhirnya berhasil lolos pada audisi LIDA di Tarakan dan berangkat ke Jakarta. Sebanyak 34 provinsi di seluruh Indonesia masing-masing juga mengirimkan perwakilannya untuk ikut di audisi tersebut.
“Bulan Oktober 2018 saya mengikuti tes audisi dan kemudian pada 9 Januari 2019 sudah harus berangkat ke Jakarta,” terangnya.
Kesungguhan dan talenta yang dimilikinya membuat Anton sedikit lagi sampai ke babak 15 besar dari audisi LIDA. Bahkan, dirinya sempat diajak bertandang ke Istana Bogor dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
“Tapi waktu menuju ke babak 15 besar saya tereliminasi. Jadi perjuangan saya untuk menjadi juara terhenti di situ,” tuturnya.
Meski harus tereliminasi, namun ada hal lain yang menurut Anton patut disoroti. Ia juga salut dan bangga dengan manjemen JNE yang memberikannya izin bahkan mendukungnya mengikuti audisi LIDA saat itu.
Baca juga : Bahagia dan Bangganya Mereka yang Menyukseskan Program Vaksinasi Massal JNE
“Saya senang dan terharu sekali ketika diberikan dukungan oleh teman-teman dari JNE,” ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Anton, setelah tereliminasi dari audisi LIDA, terdapat banyak tawaran dari manajemen artis di Jakarta yang memintanya untuk bertahan dan meniti karir di sana.
“Ada aja yang menawarkan, entah itu main film atau membuat album rekaman suara di Jakarta. Ya jadi artis gitu lah,” ungkap Anton.
Bahkan, tawaran yang Ia tolak untuk menetap dan menjadi artis di Ibukota Jakarta bukanlah sesuatu yang kecil atau bisa diremehkan begitu saja.
“Siapa yang engga suka banyak duit dan terkenal. Sekali manggung aja bisa dapat sampai dua digit,” tuturnya.
Namun, bagi Anton terdapat beberapa pertimbangan sehingga Ia memilih untuk kembali meneruskan karirnya di JNE Tarakan. Selain karena ingin dekat dengan orang tuanya, terdapat pula calon pendamping hidup yang akan dihalalkannya di Kota Tarakan.
“Saya memilih meneruskan karir di JNE karena memang sudah merasa cocok dan senang bekerja di sini. Soal uang kan bisa dicari, tapi ketenangan hidup dengan keluarga itu yang tidak bisa saya temukan di Jakarta,” jelasnya.
Baca juga : Tabur Bunga Mengiringi Kepergian Almarhumah Yulis Praptiningsih Soeprapto Soeparno
Anton melanjutkan, selain karena cocok bekerja di JNE, ada hal lain yang dibanggakannya dari sekadar bekerja di JNE. Yakni rasa kemanusiaan yang tinggi. Tidak hanya mengutamakan karyawan di perusahaan saja, JNE juga dikenal oleh masyarakat luas sebagai perusahaan yang senang berbagi dan bersedekah.
“Itu salah satu poin penting kenapa saya memilih bekerja di JNE dan meninggalkan dunia artis,” tutupnya.(*)