Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong Bandar Udara Internasional Jawa Barat Kertajati dapat berfungsi menjadi pusat distribusi logistik e-commerce. Inisiatif tersebut dilakukan setelah melihat kapasitas Bandara Kertajati yang besar, yakni mampu menampung 1,5 juta ton kargo, serta akses bandara yang didukung oleh dua infrastruktur besar di Jawa Barat.
Kedua infrastruktur besar yang dimaksud di antaranya Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, dan akses Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu yang akan menghubungkan Kota Bandung dan Kertajati. Dengan adanya dua infrastruktur tadi, maka disebut bisa memangkas waktu pengiriman barang.
Baca Juga: Kinerja Angkutan Laut Tumbuh, SCI: Perlu Tingkatkan Efisiensi
“Sehingga ada integrasi antara bandara, jalan tol, dan pelabuhan. Dengan demikian mampu memangkas waktu pengiriman barang. Terlebih daerah di sekitar Bandara Kertajati merupakan kawasan industri yang tersebar dari Cikarang, Bekasi hingga Karawang dan kota-kota sekitarnya. Apalagi daerah di sekitar Bandara Kertajati seperti Cirebon dan Indramayu terkenal memiliki berbagai kerajinan yang bisa diekspor,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet ini dalam keterangan resminya, Jumat (12/11/2020).
Pernyataan Bamsoet ini disampaikan dalam kunjungan ke kantor perusahaan jasa titipan PT Dirgantara Pos Intimoda (DIPOSIN) di Komplek Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, beberapa waktu lalu. Dalam kunjungan tersebut, turut hadir jajaran direksi DIPOSIN, di antaranya CEO Rangga Dirgantara, Direktur Utama Muhammad Martin, dan Direktur Keuangan Novita Chandra. Hadir pula Kepala Bea Cukai Soekarno-Hatta Finari Manan. Adapula Kepala Bea Cukai Soekarno-Hatta Finari Manan yang juga hadir dalam kesempatan tersebut.
Rencana menjadikan Bandara Kertajati sebagai pusat logistik e-commerce ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM di Indonesia dalam mengekspor produknya ke luar negeri. Ketua DPR RI ke-20 ini juga menilai, bahwa langkah tersebut juga dapat menghidupkan aktivitas di Bandara Kertajati supaya tidak sepi dan mati suri seperti saat ini.
Baca Juga: Kualitas Pelabuhan di Indonesia Dinilai Masih Kurang Baik
“Sejak diresmikan operasinya pada 24 Mei 2018, jumlah penerbangan di Bandara Kertajati masih jauh dari harapan. Padahal, Bandara Kertajati merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno Hatta. Sampai dengan akhir 2019 saja, tercatat rata-rata per harinya hanya ada 20 pergerakan pesawat,” tutur Bamsoet.
Penurunan ini bahkan terus terjadi ketika pandemi COVID-19 melanda di Indonesia apda Maret 2020 lalu. Bahkan, pada April 2020 operasional di Bandara Kertajati sempat berhenti lantaran tidak ada penerbangan sama sekali. Maka dari itu, Bamsoet menilai menjadikan Bandara Kertajati sebagai pusat logistik e-commerce dianggap merupakan pilihan bijak dan solutif.
“Geliat perdagangan online (e-commerce) sedang melanda kaum milenial. Hanya dengan modal handphone dan berbagai perangkat teknologi informasi, mereka bisa mendapatkan konsumen hingga ke berbagai belahan negara dunia. Tugas pemerintah untuk membantu mereka memasarkan produknya melalui kemudahan ekspedisi,” tandas Bamsoet.
Baca Juga: Pengusaha Logistik Siap-siap, Tarif Tol Jakarta-Cikampek Naik Sebelum 12 Desember 2020