JNEWS ONLINE
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
JNEWS Online
No Result
View All Result
Home Tekno

Jejak Sejarah di Banda Neira: Dari Benteng Belanda hingga Warisan Budaya

by Penulis Konten
19 February 2024
Jejak Sejarah di Banda Neira
Share on FacebookShare on Twitter

JNEWS – Banda Neira adalah setitik surga di Kabupaten Maluku Tengah. Keindahan alam dan sejarahnya menjadi magnet magis dari pulau kecil yang memiliki dua belas desa dan dihuni oleh 14.000 jiwa.

Sejarah panjang mengiringi perjalanan pulau ini. Dimulai dari pergerakan melawan penjajahan Belanda yang ingin menguasai Banda karena kaya akan rempah-rempah hingga menjadi tempat pengasingan para tokoh nasional.

Menilik Sejarah Kolonial di Banda Neira

Tanah di Banda Neira terkenal subur dan tidak banyak terkena hujan. Hal inilah yang membuat tanaman pala dan cengkih tumbuh subur di pulau ini. Pulau ini pun dikenal sebagai satu-satunya penghasil pala bernilai tinggi hingga abad ke-19. Tidak mengherankan banyak bangsa asing yang berlomba-lomba ingin menguasai Banda.

Pala begitu populer di masa itu karena mitosnya bisa digunakan sebagai obat sekaligus ramuan vitalitas. Tanpa adanya buah pala, kaum bangsawan dan borjuis di Eropa seperti menyantap bangkai dan makanan basi.

Keberadaan pulau ini pertama kali diketahui oleh orang Eropa. Beberapa masyarakatnya datang ke Banda untuk transaksi jual beli rempah saja, tidak untuk menjajah. Awalnya, bangsa Inggris yang tiba di pulau ini membantu penduduk lokal dengan membekali sejumlah persenjataan dan melatih perang.

Ketika Belanda datang, terjadilah perang antara pihak Belanda dan penduduk setempat yang dibantu oleh Inggris pada tahun 1609. Walaupun awalnya berseteru, ternyata kedua bangsa ini sama-sama ingin menguasai Banda Neira dengan cara menjajah.

Rangkaian perang antar dua bangsa ini mereda setelah ditandatanganinya Traktat Breda tanggal 31 Juli 1677. Adapun salah satu poin isi dari perjanjian tersebut adalah Inggris harus angkat kaki dari Pulau Run, Kepulauan Banda. Dengan demikian, pulau ini pun jatuh ke tangan Belanda.

Sebagai ganti dari serah terima tersebut, Belanda menawarkan Nieuw Amsterdam pada Inggris. Nieuw Amsterdam saat ini dikenal sebagai Manhattan, New York.

Bagaimana dengan Pulau Run? Sayangnya pulau ini tidak berkembang seperti yang diharapkan. Pulau ini tidak seglamor Manhattan bahkan jauh tertinggal.

Selain menjadi saksi bisu pembantaian dan penguasaan kolonial Belanda, di sini juga menjadi tempat pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir. Kedua tokoh tersebut diasingkan pada waktu bersamaan yakni 11 Februari 1936.

Kendati menjadi tahanan politik Belanda, dengan semangat cinta tanah air, kedua tokoh mendirikan sekolah sore yang mengajari anak-anak lokal untuk belajar bahasa Inggris dan aritmatika. Dari sekolah itu, lahirlah Des Alwi, seorang sejarawan dan diplomat dari Banda Neira.

Baca juga: Menyelami Keindahan Bawah Laut Banda Neira, Surga bagi Penyelam

Jejak Benteng Saksi Bisu Kolonialisme Belanda di Banda Neira

Jejak Sejarah di Banda Neira

Dalam riwayat sejarah Nusantara, Banda Neira merupakan daerah tertua dan meninggalkan banyak tempat bersejarah. Bisa dikatakan, tingkat kolonialisme di kepulauan ini paling maksimal yang pernah dilakukan Belanda. Alasannya tak lain karena ingin menguasai hasil bumi di pulau yang daratannya tidak lebih dari 60 kilometer persegi.

Demi keamanan, kepulauan ini dijaga ketat dan dibangun dua belas benteng buatan Belanda hingga Portugis. Benteng itu antara lain Benteng Nassau, Belgica, Hollandia, Revenge, Concordia, Cullenburg, De Post, Calombo, De Pot, De Morgenster, Lakui, dan Ourien.

Sayangnya di antara dua belas benteng tersebut, kini tersisa dua benteng saja yang masih terawat baik dan dijadikan sebagai destinasi wisata.

1. Benteng Belgica

Benteng ini awalnya dibangun oleh Portugis dan dilanjutkan Belanda. Posisi dari Benteng Belgica sangat strategis. Dengan posisi ini, di masa itu VOC mudah mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Kepulauan Banda. Namun sekarang, di benteng ini wisatawan bisa menikmati pemandangan ke segala penjuru pulau.

Bentuk bentung ini terbilang unik yakni persegi lima dan terletak di atas bukit. Konstruksinya terdiri dari dua lapis bangunan. Untuk memasuki benteng, wisatawan harus menaiki anak tangga. Di bagian tengah, ada ruang terbuka luas yang dikhususkan untuk tahanan.

Selain itu, di ruang ini juga ada dua buah sumur rahasia. Konon, sumur ini menghubungkan benteng Belgica dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang ada di tepi pantai.

2. Benteng Nassau

Awalnya benteng ini dibangun oleh bangsa Portugis tetapi hanya sampai di fondasi saja, lalu meninggalkan Banda karena penolakan masyarakat. Di tahun 1609, Belanda memilih bekas fondasi tersebut untuk membuat Benteng Nassau. Selain digunakan sebagai tempat pertahanan, benteng ini juga menjadi kantor administrasi Belanda di Pulau Banda.

Benteng Nassau berukuran lebih besar dibanding Benteng Belgica. Namun untuk kemegahan, Belgica masih lebih unggul walau jarak keduanya tidak begitu jauh. Bentuk benteng ini segi empat dengan gerbang utama menghadap pesisir selatan Pulau Banda. Di tiap sudut, ada bastion yang mirip anak panah. Di zamannya, benteng ini dikelilingi parit dengan lebar kurang lebih empat meter yang terhubung dengan kanal menuju laut.

Kedua benteng ini menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Banda melawan penjajah dan simbol keserakahan Belanda. Hingga kini, bangunan Benteng Nassau masih utuh seperti Belgica.

Warisan Budaya Banda Neira yang Masih Lestari

Jejak Sejarah di Banda Neira

Selain Benteng Belgica dan Benteng Nassau yang masih berdiri sebagai saksi perjuangan, ada juga beberapa warisan budaya yang masih lestari hingga saat ini di Banda Neira.

1. Rumah Pengasingan Bung Hatta

Rumah pengasingan Bung Hatta terletak di samping penjara Banda Neira dan tidak jauh dari Benteng Belgica dan Nassau. Model rumah ini terdiri dari tiga bangunan yakni bangunan utama, bangunan samping, dan bangunan belakang.

Bangunan utamanya memiliki atap bertipe perisai sedangkan dua bangunan lainnya menggunakan tipe pelana. Untuk plafon menggunakan papan kayu sedangkan lantai bahannya terakota. Di bangunan utama ini dulu digunakan Bung Hatta untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca buku, tidur, menulis, dan menemui tamu-tamu beliau.

Ruang kamar masih disimpan sejumlah furnitur peninggalan Bung Hatta seperti lemari, meja, dan tempat tidur. Di ruang kerja pun masih ada mesin ketik yang digunakannya untuk menumpahkan isi pikiran dalam sebuah tulisan. Di ruang tamu, berjejer foto-foto Bung Hatta dan masih ada furnitur seperti meja juga kursi.

2. Rumah Budaya Banda Neira

Bentuk bangunan ini masih tetap mempertahankan konsep lama. Di sini, wisatawan bisa belajar mengenai seluk-beluk sejarah kepulauan ini. Sejumlah barang bersejarah dari zaman kolonialisme masih ada di rumah ini untuk menjadi pengingat besarnya perjuangan rakyat untuk mempertahankan pulau ini.

Selain itu, di dalam rumah budaya ini ada lonceng bernama Spice Eaves yang di masa lampau digunakan sebagai pengingat para pekerja yaitu warga asli Indonesia untuk memulai atau berhenti bekerja.

3. Gereja Tua

Gereja ini sudah berusia berabad-abad. Di masa lampau, gempa bumi dahsyat meluluhlantakkan bangunan ini. Pembangunan pun dilakukan kembali pada tahun 1852 dan digunakan sebagai tempat ibadah warga Belanda.

Nuansa klasik masih tetap dipertahankan sehingga ketika mengunjunginya serasa seperti di masa lampau. Lokasi gereja ini ada di daerah taman yang letaknya dekat Benteng Nassau.

Baca juga: Pesona Alam Kepulauan Selayar: Jejak Wisata Alam Tersembunyi di Indonesia Timur

Banda Neira layak disebut sebagai surga tersembunyi di Indonesia timur. Mengunjungi pulau ini, wisatawan bisa belajar betapa Nusantara sangat kaya di masa lampau. Tak hanya itu saja, pesona alam pulau ini tidak kalah dengan pulau lainnya.

Tags: bangsa Belandabangsa Inggrisbangsa PortugisBenteng BelgicaBenteng Nassausejarah banda neirawarisan budayawisata sejarah
Share219Tweet137
Next Post
Cara Membuat Wallpaper Lock Screen Sendiri di Smartphone

Cara Membuat Wallpaper Lock Screen Sendiri di Smartphone

TERKINI

Museum Paling Terkenal di Dunia

Hari Museum Internasional: 10 Museum Paling Terkenal di Dunia

18 May 2025
Hari Buku Nasional: Tip supaya Suka Baca Buku Lagi

Hari Buku Nasional: 8 Tip untuk Anak Muda supaya Suka Baca Buku Lagi

17 May 2025
Rekomendasi Tempat Wisata di New Zealand

7 Rekomendasi Tempat Wisata di New Zealand untuk Liburan Tak Terlupakan

16 May 2025
jne marisa

Potensi Ekonomi Pohuwato Tinggi, JNE Marisa Bidik Kenaikan Kiriman

16 May 2025
Mengenal E-SIM: Teknologi Kartu SIM Digital

Mengenal E-SIM: Teknologi Kartu SIM Digital yang Praktis dan Fleksibel

16 May 2025
agar naik kelas, UMKM kuliner mesti memperhatikan standardisasi mutu produknya

Sertifikasi dan Standar Mutu Jadi Kunci Daya Saing UMKM Kuliner

16 May 2025

POPULER

Tempat Wisata di Subang yang Bisa Dikunjungi

Liburan ke Subang? Ini Daftar Tempat Wisata Menarik yang Bisa Dikunjungi

by Penulis Konten
25 April 2025

Film Katolik untuk Menambah Wawasan Sejarah

5 Film Katolik yang Menarik untuk Menambah Wawasan Sejarah

by Penulis Konten
6 May 2025

Brain Rot: Hiburan Berlebihan Merusak Pola Pikir

Mengenal Brain Rot: Ketika Hiburan Berlebihan Merusak Pola Pikir

by Penulis Konten
8 May 2025

Festival Film Cannes: Sejarah dan Film Indonesia

Festival Film Cannes: Sejarah Singkat dan Jejak Film Indonesia di Ajang Ini

by Penulis Konten
10 May 2025

Raminten Jogja: Dari Warung Makan Unik

Raminten Jogja: Dari Warung Makan Unik ke Kerajaan Bisnis Budaya Jawa

by Penulis Konten
29 April 2025

JNEWS Online

©2020 - Your Trusted Logistic Portal

Navigate Site

  • About
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini

©2020 - Your Trusted Logistic Portal