Dari para nelayan-nelayan kecil yang tangguh saya banyak belajar: saat mereka melaut mereka tidak tahu apakah lautan akan banyak ikan? Ataukah akan datang badai yang menerjang? Apakah sesampainya di darat harga ikan akan sesuai dengan cucuran keringat kerja mereka? Para nelayan hanya tahu, saat matahari terbit waktunya mereka menjemput rezeki, bertawakal kepada Allah. Banyak sedikitnya rezeki itu adalah urusan Allah. Mereka adalah orang-orang tangguh dan tidak mengeluh.
Saat kecil dan remaja, sesekali ketika pulang ke kampung halaman orang tua di Bangka Belitung, saya diajak Ibu Nuraini Soeprapto ke daerah perkampungan nelayan. Di sana mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Saya senang melihat deretan perahu para nelayan itu pergi melaut atau saat pulang dengan membawa banyak ikan.
Aneka macam ikan, seperti rajungan, udang, lobster dan sebagainya adalah rezeki dari langit setelah para nelayan itu seharian bersusah payah menjala ikan di tengah laut. Bahkan, ketika cuaca tidak bersahabat dengan gelombang tingginya.
Ibu Nuraini selalu menyelipkan nasehat atau petuah-petuah saat mengajak saya ke sana. Bahwa para nelayan adalah orang-orang pekerja keras, ulet dan selalu menggantungkan rezekinya dengan meminta pertolongan Allah SWT. Saat menjaring ikan, terkadang dapat banyak, terkadang dapat sedikit, itulah kehidupan. Semua harus disyukuri.
Baca Juga:Â Melewati Badai Ketiga