JNEWS – Candi Bubrah adalah salah satu peninggalan bersejarah yang menarik perhatian di kawasan Prambanan, yang terletak di perbatasan antara Yogyakarta dan Jawa Tengah. Meskipun namanya belum setenar Candi Prambanan atau Candi Sewu, bangunan ini menyimpan kisah yang tidak kalah penting dalam sejarah perkembangan agama Buddha lho.
Dari kejauhan, bentuknya mungkin tampak sederhana. Bagi yang suka wisata sejarah atau sekadar ingin menikmati suasana khas di kawasan yang penuh dengan peninggalan kuno, tempat ini layak jadi tujuan.
Sejarah Candi Bubrah
Candi Bubrah dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, raja dari Kerajaan Mataram Kuno sekitar tahun 746–784 Masehi. Candi ini dibangun di masa yang sama dengan Candi Sewu dan termasuk dalam kompleks percandian bercorak Buddha.
Bangunannya berukuran sekitar 12 x 12 meter, terbuat dari batu andesit. Fungsi asli candi ini sampai sekarang masih jadi perdebatan. Beberapa arkeolog menduga, tempat ini dulunya digunakan untuk meditasi atau menyimpan arca-arca suci.
Ada juga yang melihatnya sebagai candi peralihan antara Candi Prambanan dan Candi Sewu. Artinya, Candi Bubrah punya nilai penting karena menunjukkan pertemuan dua tradisi keagamaan yang berbeda.
Saat ditemukan, kondisi Candi Bubrah sudah sangat rusak. Banyak bagian yang hilang akibat bencana alam, termasuk gempa besar yang terjadi pada abad ke-10 dan ke-16.
Upaya pemugaran baru dilakukan pada tahun 2016 untuk mengembalikan bentuk dan keindahannya. Meski belum sepenuhnya utuh, candi ini tetap punya daya tarik besar bagi para peneliti dan wisatawan. Dari reruntuhan batu itulah, kita masih bisa melihat jejak sejarah dan makna spiritual yang pernah hidup di masa lalu.
Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya
Uniknya Candi Bubrah, Tidak Ada di Candi Lainnya

Salah satu hal yang bikin Candi Bubrah menarik adalah bentuk bangunannya yang berbeda dari candi-candi lain di kompleks Prambanan. Strukturnya terbagi jadi tiga bagian utama, yakni kaki, tubuh, dan atap.
Bagian kakinya tersusun dari batu andesit yang disusun rapi. Sementara itu, tubuh candinya dihiasi ornamen, meski tidak semuanya selesai dikerjakan. Atapnya berbentuk stupa, yang melambangkan Gunung Meru, simbol penting dalam ajaran Buddha yang dianggap sebagai pusat alam semesta.
Menurut para sejarawan, Candi Bubrah menggambarkan penyatuan dua unsur besar alam semesta, yaitu Garbhadhatu Mandala dan Vajradhatu Mandala. Garbhadhatu diwujudkan lewat altar dan relung yang melambangkan Tri Ratna dalam ajaran Buddha.
Sementara itu, Vajradhatu diwakili oleh empat arca Dhyani Buddha yang menghadap ke empat arah mata angin. Arca Dhyani Buddha ini melambangkan lima elemen dalam kosmos menurut ajaran Buddha.
Kalau diperhatikan lebih dekat, motif hiasan di bagian ini cukup unik, terutama relief taman teratai di bagian bawah Padmasana pada arca Dhyani Buddha. Motif seperti ini jarang ditemukan di candi-candi Buddha lain di Indonesia.
Gabungan dua konsep itu kemudian diartikan sebagai simbol Yab Yum. Dalam bahasa Tibet, Yab berarti ayah agung dan Yum berarti ibu agung. Keduanya melambangkan sumber kehidupan, asal mula dari segala sesuatu di dunia.
Karena itu, dalam tradisi ritual Buddha, upacara biasanya dimulai di Candi Sewu (simbol Vajradhatu), lalu ke Candi Lumbung (Garbhadhatu), dan diakhiri di Candi Bubrah sebagai simbol penyatuan keduanya.
Di sekitar candi utama, juga ditemukan beberapa arca yang diyakini bagian dari proses pembangunan yang belum rampung. Arca-arca ini menambah kesan misterius dan membuat pengunjung penasaran tentang fungsi dan makna candi ini.
Panduan Berwisata ke Candi Bubrah
Candi Bubrah berada di kawasan wisata Prambanan, tepatnya di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Letaknya masih satu area dengan kompleks Candi Prambanan yang sudah lebih dulu terkenal.
Jadi, kalau sudah pernah ke Candi Prambanan, tinggal sedikit berjalan atau berkendara sebentar, bisa langsung sampai ke Candi Bubrah. Dari pusat kota Yogyakarta, jaraknya juga tidak jauh. Perjalanan ke lokasi ini bisa ditempuh sekitar 30 menit saja menggunakan kendaraan pribadi, ojek online, atau bus wisata yang melintasi rute Prambanan.
Dari area utama Candi Prambanan, jarak menuju Candi Bubrah hanya sekitar 1,5 kilometer. Di sepanjang jalan, pengunjung akan menemukan papan penunjuk arah yang jelas.
Candi Bubrah buka setiap hari, dari Senin sampai Minggu, mulai pukul 06.00 pagi hingga 17.00 sore. Waktu terbaik untuk datang biasanya pagi hari atau menjelang sore, ketika sinar matahari tidak terlalu terik. Di waktu itu, pengunjung bisa menikmati suasana dan pemandangan yang ada.
Seperti tempat wisata candi lainnya di kawasan Jogja, fasilitas di Candi Bubrah juga sudah cukup lengkap. Di area sekitar tersedia lahan parkir yang luas, tempat istirahat, taman, dan lapangan yang bisa digunakan untuk duduk santai.
Ada juga toilet umum, musala bagi pengunjung yang ingin beribadah, serta beberapa warung makan dan restoran kecil. Setelah berkeliling, pengunjung bisa mampir ke kios oleh-oleh di sekitar lokasi yang menjual makanan khas Jogja seperti bakpia, geplak, dan aneka keripik lokal.
Untuk tiket masuk, pengunjung dewasa dikenai biaya Rp40.000, sementara anak-anak hanya Rp10.000. Harga tiket ini sudah termasuk akses ke tiga lokasi sekaligus, yaitu Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Bubrah, serta sudah dilengkapi asuransi wisata.
Baca juga: Candi Sambisari: Permata Sejarah yang Terkubur dan Ditemukan Kembali
Jadi, dengan satu tiket, pengunjung bisa menjelajahi tiga situs bersejarah yang berbeda suasana dan cerita. Cukup menarik untuk satu hari wisata budaya yang penuh pengalaman. Yuk, segera agendakan untuk berkunjung ke Candi Bubrah di Prambanan.