Candi Mendut, Jejak Sejarah Buddha di Magelang Jawa Tengah

JNEWS – Dalam peta wisata Magelang, Candi Mendut tidak selalu ditempatkan sebagai destinasi utama. Perhatian biasanya langsung tertuju pada Borobudur, sementara Mendut ditempatkan sebagai persinggahan tambahan. Padahal, secara fungsi dan usia, candi ini berdiri pada periode yang sama pentingnya.

Mendut punya peran penting dalam perkembangan agama Buddha di Jawa Tengah pada masa Mataram Kuno. Tata bangunan, relief, dan arca yang ada menunjukkan fungsi keagamaan yang spesifik. Candi ini juga memiliki keterkaitan ritual dengan situs-situs lain di sekitarnya, sehingga perannya tidak berdiri sendiri.

Sejarah Candi Mendut

Candi Mendut, Jejak Sejarah Buddha di Magelang Jawa Tengah

Candi Mendut terletak sekitar tiga kilometer dari Candi Borobudur. Candi ini bercorak Buddha Mahayana dan dibangun pada masa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra, ketika Kerajaan Mataram Kuno masih berjaya.

Sejarah pendirian candi ini tercatat dalam Prasasti Karang Tengah bertahun 824 Masehi. Dalam prasasti tersebut disebutkan adanya bangunan suci bernama crīmad venuvana, yang berarti bangunan suci di hutan bambu. Sejarawan J.G. de Casparis mengaitkan istilah ini dengan pendirian Candi Mendut. Dari sini terlihat bahwa candi ini bukan sekadar pelengkap Borobudur, melainkan bagian penting dari lanskap keagamaan Buddha pada masanya.

Secara historis, Candi Mendut memiliki peran yang kuat dalam praktik dan simbolisme Buddha Mahayana. Relief dan arca yang ada di dalamnya menunjukkan fokus pada ajaran welas asih dan pencerahan. Ukurannya memang tidak sebesar Borobudur, tetapi pesan spiritual yang dibawa tetap terasa padat dan jelas.

Candi ini juga kerap dikaitkan dengan rangkaian ritual keagamaan, termasuk prosesi Waisak yang menghubungkan Mendut, Pawon, dan Borobudur. Hubungan ini memperkuat dugaan bahwa Mendut memiliki fungsi khusus dalam perjalanan ritual dalam sejarah agama Buddha, bukan sekadar bangunan berdiri sendiri.

Saat ini, Candi Mendut berada di bawah pengelolaan Museum dan Cagar Budaya, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Pengelolaan ini mencakup upaya konservasi bangunan, perawatan lingkungan sekitar, serta penyediaan informasi yang mudah dipahami pengunjung.

Baca juga: Menelusuri Jejak Buddha di Candi Lumbung, Candi Kecil Penuh Makna

Detail Arsitektur dan Ornamen Candi Mendut

Struktur bangunan Candi Mendut tidak sepenuhnya terbuat dari batu alam seperti yang sering dibayangkan. Inti bangunannya berupa batu bata, lalu dilapisi batu alam di bagian luar. Pilihan ini membuat bangunan tetap kuat sekaligus lebih rapi secara visual.

Candi berdiri di atas basement yang cukup tinggi. Posisi ini membuat tubuh candi terlihat lebih kokoh dan terangkat dari permukaan tanah di sekitarnya. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke arah barat daya.

Di atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi, memungkinkan pengunjung bergerak memutari bangunan. Atap candi tersusun bertingkat tiga dan dihiasi stupa-stupa kecil. Jumlah stupa kecil yang masih terpasang saat ini tercatat sebanyak 48 buah. Secara keseluruhan, tinggi bangunan mencapai 26,4 meter.

Hiasan pada Candi Mendut disusun dengan pola yang berselang-seling, bukan ditempatkan secara acak. Ukiran-ukiran ini menampilkan makhluk kahyangan seperti dewata gandarwa dan apsara atau bidadari. Selain itu, terdapat relief dua ekor kera dan seekor garuda.

Pada kedua sisi tangga masuk, terdapat relief cerita yang diambil dari Pancatantra dan kisah-kisah jataka. Relief-relief ini berfungsi sebagai elemen visual sekaligus media penyampaian cerita moral dalam tradisi Buddha.

Bagian dinding candi dihiasi relief tokoh-tokoh Bodhisatwa. Beberapa di antaranya adalah Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi, dan Manjuśri. Selain figur Bodhisatwa, terdapat pula relief kalpataru yang diapit dua bidadari. Relief lain menampilkan Harītī, seorang yaksi yang bertobat dan kemudian mengikuti ajaran Buddha, serta Āţawaka. Kehadiran tokoh-tokoh ini menunjukkan fokus ajaran welas asih dan perlindungan dalam tradisi Buddha Mahayana yang dianut pada masa itu.

Di dalam ruang utama candi terdapat tiga arca Buddha berukuran besar. Arca utama adalah Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan dharmacakramudra. Di bagian depan arca ini terdapat relief berbentuk roda yang diapit sepasang rusa, simbol ajaran Buddha. Di sisi kiri berdiri arca Awalokiteśwara atau Padmapāņi. Di sisi kanan terdapat arca Wajrapāņi.

Candi Mendut juga dikenal melalui relief-relief ceritanya yang spesifik. Beberapa yang tercatat antara lain kisah Brahmana dan seekor kepiting, angsa dan kura-kura, Dharmabuddhi dan Dustabuddhi, serta dua burung betet yang memiliki sifat berbeda. Relief tersebut membantu pengunjung memahami nilai-nilai ajaran Buddha melalui contoh konkret.

Persis di sebelah Candi Mendut berdiri Wihara Mendut. Wihara ini memiliki sejarah yang berbeda dari candinya. Pada awalnya, lokasi tersebut merupakan sebuah biara Katolik. Pada tahun 1950-an, tanah biara dibagi kepada masyarakat. Tanah-tanah milik warga ini kemudian dibeli oleh sebuah yayasan Buddha.

Di atas lahan tersebut dibangun Wihara Mendut yang berfungsi hingga sekarang. Di dalam kompleks wihara terdapat asrama, tempat ibadah, taman, serta beberapa arca Buddha. Sejumlah arca diketahui merupakan sumbangan dari Jepang.

Panduan Berwisata ke Candi Mendut

Candi Mendut berada di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dari pusat Kota Magelang, jaraknya sekitar 16 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 30 hingga 45 menit menggunakan kendaraan.

Akses jalannya relatif mudah dan sudah beraspal. Dari Yogyakarta, jarak tempuhnya sekitar 38 kilometer dan bisa memakan waktu sekitar satu jam, tergantung kondisi lalu lintas. Rute menuju lokasi cukup jelas dan bisa diikuti tanpa banyak belokan kecil, sehingga pengunjung tidak perlu persiapan khusus.

Untuk masuk ke kawasan Candi Mendut, pengunjung perlu membeli tiket masuk. Harga tiket untuk wisatawan domestik adalah Rp10.500 untuk dewasa dan Rp5.500 untuk anak-anak. Sementara itu, wisatawan mancanegara dikenakan tarif Rp20.500 per orang.

Jam operasional candi dimulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Candi ini buka dari Selasa sampai Minggu, dan tutup setiap hari Senin. Informasi jam buka dan harga tiket ini bisa saja berubah tergantung kebijakan pengelola.

Kawasan wisata Candi Mendut sudah dilengkapi fasilitas dasar yang mendukung kenyamanan pengunjung. Area parkir tersedia cukup luas untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Toilet umum dan musala tersedia di dalam kawasan.

Di sekitar lokasi juga terdapat toko oleh-oleh dan warung makan sederhana. Selain itu, terdapat pusat informasi yang membantu pengunjung memahami area candi. Taman di sekitar candi ditata rapi dan terbuka, sehingga pengunjung bisa berjalan santai sebelum atau sesudah masuk ke area utama candi.

Baca juga: Gedung Sate: Sejarah, Lokasi, dan Aktivitas yang Bisa Dilakukan

Candi Mendut menunjukkan bahwa praktik Buddha di Magelang tidak dibangun dengan satu pusat saja, melainkan melalui beberapa titik yang saling terkait. Jika berkunjung ke Magelang, ada baiknya menyisihkan waktu untuk singgah ke Candi Mendut. Lokasinya mudah dijangkau dan kunjungannya tidak memakan waktu lama.

Exit mobile version