Candi Ratu Boko di Yogyakarta: Destinasi Wisata Sejarah dengan Sunset Terbaik

JNEWS – Candi Ratu Boko jadi salah satu destinasi bersejarah yang cukup populer di Yogyakarta. Lokasinya berada di atas bukit, membuat suasananya berbeda dengan candi-candi lain di sekitarnya.

Bagi yang suka jalan-jalan sambil belajar, kawasan ini memang cocok banget. Setiap sudutnya punya cerita dan kesan tersendiri. Udara sejuk dari ketinggian, pemandangan luas yang tersaji, sampai pengalaman menikmati waktu santai di area terbuka. Semua menambah daya tariknya. Karena itu, banyak wisatawan selalu memasukkan tempat ini dalam daftar kunjungan saat liburan ke Jogja.

Sejarah Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko di Jogja, Spot Sunset Terbaik

Candi Ratu Boko terletak sekitar tiga kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan. Lokasinya berada di atas bukit dengan ketinggian hampir 200 meter di atas permukaan laut. Dari sini, pengunjung bisa melihat pemandangan alam sekitar yang luas, termasuk siluet Candi Prambanan di kejauhan.

Banyak orang mengira Ratu Boko ini adalah candi, padahal sebenarnya bukan. Situs ini lebih tepat disebut sebagai reruntuhan sebuah kompleks keraton atau istana. Karena itu pula, sering disebut juga Keraton Ratu Boko. Ratu Boko adalah sosok yang dipercaya sebagai ayah dari Rara Jonggrang dalam kisah rakyat Jawa.

Dikutip dari situs Injourney Destination, diperkirakan, situs Ratu Boko dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Namun, seiring waktu, kawasan ini kemudian dikuasai oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan kekuasaan inilah yang membuat bangunan di Ratu Boko memperlihatkan campuran pengaruh Hindu dan Buddha.

Salah satu bukti sejarah yang ditemukan di situs ini adalah Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti ini berangka tahun 792 Masehi dan ditulis dengan huruf pranagari, yang merupakan ciri khas prasasti Buddha. Dari prasasti tersebut, para ahli menduga bahwa pembangunan Ratu Boko diprakarsai oleh Rakai Panangkaran, seorang raja besar dari Dinasti Syailendra.

Dalam prasasti itu ada disebutkan nama Raja Tejapurnama Panangkarana, yang diyakini adalah nama lain dari Rakai Panangkaran. Menariknya, nama tersebut juga tercatat dalam beberapa prasasti penting lain, seperti Prasasti Kalasan tahun 779 M, Prasasti Mantyasih tahun 907 M, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 M.

Nama prasasti ini juga bermakna cukup dalam. Kata abhaya berarti tanpa rasa takut atau damai, sedangkan giri berarti gunung atau bukit. Dengan begitu, Abhayagiriwihara bisa diartikan sebagai biara di bukit yang penuh kedamaian.

Nama ini sesuai dengan letak Ratu Boko yang memang berada di puncak bukit. Namun, seiring pergantian penguasa, nama Abhayagiriwihara berubah menjadi Kraton Walaing pada masa pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni sekitar tahun 898–908 M. Pergantian nama ini menandakan adanya pergeseran fungsi dan kepentingan politik pada zamannya.

Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya

Daya Tarik Candi Ratu Boko

Setiap sudut Candi Ratu Boko menyimpan keunikan yang sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa daya tarik yang bisa ditemukan saat berkunjung ke sini.

1. Gerbang Utama yang Megah

Candi Ratu Boko punya dua gerbang di sisi barat. Gerbang luar berjumlah tiga dan ukurannya lebih kecil. Sedangkan gerbang dalam yang disebut gerbang utama jumlahnya ada lima. Keduanya berdiri sejajar dan terlihat kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Dari bentuknya saja, gerbang ini sudah memberi kesan bahwa kawasan Ratu Boko dulunya adalah kompleks yang megah.

2. Jejak Sejarah Panabrawa

Di area candi juga ada tulisan Panabrawa. Nama ini dipercaya sebagai anak dari Prabu Rakai Panangkaran. Temuan kecil ini memberi gambaran jelas bahwa situs ini memang erat dengan sejarah kerajaan Jawa kuno.

3. Sumur Suci dan Candi Pembakaran

Selain gerbang, pengunjung juga bisa melihat sumur suci dan Candi Pembakaran. Candi ini dibuat dari batu andesit dan berada di bagian depan kompleks.

Sumur sucinya punya kedalaman sekitar dua meter saat musim kemarau. Menurut catatan sejarah, sumur ini dulu dipakai untuk upacara keagamaan yang dilakukan di area candi pembakaran.

4. Pemandangan Alami yang Menenangkan

Dari atas bukit, pengunjung bisa melihat sawah yang terhampar luas, siluet candi, bahkan kereta api yang lewat di bawah. Suasana hijau dengan udara sejuk membuat pikiran lebih tenang. Ada kursi-kursi cantik yang bisa dipakai untuk duduk santai atau sekadar jadi spot foto.

5. Sunset Ikonik

Daya tarik paling ditunggu di Candi Ratu Boko adalah matahari terbenam. Langit sore di sini memantulkan warna oranye keemasan yang indah. Siluet gerbang kuno berpadu dengan langit senja menciptakan pemandangan dramatis. Banyak wisatawan rela menunggu hingga petang hanya untuk mengabadikan sunset ini. Hasil fotonya pun sering jadi favorit karena terlihat unik dan romantis.

6. Aktivitas Seru di Area Candi

Selain menikmati pemandangan, wisatawan juga bisa ikut berbagai kegiatan. Ada paket wisata edukatif, trekking ringan, hingga perkemahan. Kalau butuh informasi lebih detail, tersedia juga layanan pemandu. Jadi pengalaman berkunjung ke Ratu Boko bisa lebih lengkap, bukan sekadar melihat reruntuhan bersejarah.

Baca juga: Candi Cetho: Sejarah, Misteri, Makna, dan Panduan Wisata

Panduan Wisata ke Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko terbuka untuk umum setiap hari. Jam operasionalnya mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore WIB.

Untuk wisatawan nusantara, tiket masuk dibedakan berdasarkan usia. Pengunjung berusia 10 tahun ke atas dikenakan tarif Rp40.000 per orang. Anak-anak usia 3 hingga 10 tahun cukup membayar Rp20.000 per orang.

Ada juga tarif khusus bagi rombongan pelajar maupun mahasiswa. Syaratnya, rombongan minimal berjumlah 20 orang dan membawa surat pengantar resmi dari sekolah atau universitas. Dengan ketentuan ini, biaya tiket menjadi lebih murah, yaitu Rp20.000 per orang.

Selain tiket reguler, tersedia juga paket terusan untuk yang ingin berkunjung ke lebih dari satu destinasi. Untuk kunjungan ke Ratu Boko dan Prambanan, harga tiketnya Rp85.000 bagi pengunjung usia 10 tahun ke atas, dan Rp40.000 untuk anak usia 3 hingga 10 tahun. Sementara itu, kalau ingin berkunjung ke Ratu Boko dan Borobudur tarifnya Rp75.000 untuk usia 10 tahun ke atas, dan Rp35.000 untuk anak-anak.

Sementara itu, akses menuju Ratu Boko cukup mudah dijangkau. Dari Kota Yogyakarta, pengunjung bisa lewat Jalan Laksda Adisutjipto atau Jalan Raya Solo–Yogyakarta ke arah timur. Sesampainya di simpang Pasar Prambanan, ambil jalur ke kanan menuju arah selatan, tepatnya Jalan Prambanan–Piyungan.

Sekitar tiga kilometer dari simpang tersebut, sudah ada papan penunjuk arah menuju Keraton Ratu Boko. Situs ini berada di atas bukit, jadi perjalanan terakhirnya sedikit menanjak, tapi tetap nyaman untuk dilalui kendaraan.

Candi Ratu Boko tak hanya menyimpan jejak sejarah, tapi juga menghadirkan pengalaman wisata yang sulit dilupakan. Dari suasana tenang di atas bukit, pemandangan alam yang luas, hingga momen sunset yang memukau, semuanya membuat tempat ini layak masuk daftar kunjungan saat berada di Yogyakarta.

Exit mobile version