JNEWS – Di balik riuhnya beragam destinasi wisata di Yogyakarta, ada sebuah kisah menarik tentang candi Sambisari. Situs bersejarah ini sempat terkubur berabad-abad lamanya sebelum akhirnya ditemukan kembali.
Letaknya tidak jauh dari pusat kota, tapi cerita yang menyelimutinya membuat siapa pun penasaran. Bayangkan, sebuah bangunan megah bisa hilang begitu saja di bawah tanah, lalu perlahan dibangkitkan kembali lewat penemuan tak terduga.
Sejarah Candi Sambisari
Dikutip dari laman Kemendikbud, Candi Sambisari pertama kali ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1966. Seorang petani yang sedang mencangkul lahan tiba-tiba menemukan batu berukir yang ternyata merupakan bagian runtuhan candi.
Penemuan ini segera menarik perhatian pihak berwenang. Pada bulan September 1966, pemerintah pu melakukan ekskavasi pertama. Dari situ, perlahan-lahan misteri candi yang terkubur tanah mulai terbuka.
Ekskavasi berikutnya dilakukan pada tahun 1975 hingga 1977. Hasilnya, diketahui bahwa Candi Sambisari terdiri dari sebuah candi induk dan tiga candi perwara. Menariknya, semua bangunan ini ditemukan dalam kondisi runtuh dan berada pada kedalaman sekitar 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Para ahli arkeologi berpendapat, letusan dahsyat gunung tersebut pada masa lampau diperkirakan telah menyelimuti kawasan Prambanan dan sekitarnya dengan material vulkanik dalam jumlah sangat besar. Lapisan abu, pasir, dan bebatuan itu kemudian menimbun bangunan, hingga Candi Sambisari seolah hilang dari permukaan bumi selama berabad-abad.
Pekerjaan ekskavasi berlanjut lagi pada tahun 1984 sampai 1985. Dari penggalian tersebut, terlihat adanya teras yang mengelilingi halaman pusat dengan tangga di setiap sisinya. Selama proses ekskavasi ini, banyak benda berharga juga ditemukan. Beberapa di antaranya berupa keramik asing, pecahan gerabah, tulang, hingga benda perunggu. Ada pula arca wanita dari batu andesit, arca Bodhisatwa dari perunggu, lempengan emas bertulisan, serta yoni.
Ada banyak pendapat mengenai kapan candi ini didirikan. Salah satunya, R. Soekmono, seorang arkeolog, menilai arsitektur Candi Sambisari serupa dengan candi-candi abad ke-8 Masehi. Sementara itu, berdasarkan jenis batu padas yang digunakan, beberapa ahli memperkirakan pembangunannya sezaman dengan Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan, yaitu sekitar abad ke-9 hingga 10 M. Dari dua pandangan ini, Soediman berpendapat bahwa Candi Sambisari kemungkinan besar didirikan pada abad ke-9 M, tepatnya sekitar tahun 812–838 M.
Pendapat tersebut diperkuat dengan adanya temuan lempengan emas bertulisan huruf Jawa Kuna. Prasasti kecil itu menjadi petunjuk penting. Berdasarkan kajian paleografis, Boechari menyimpulkan bahwa tulisan di lempengan emas berasal dari abad ke-9 M. Tulisan tersebut berbunyi Om siwa sthana, yang jika diterjemahkan berarti “Hormat, pembuatan tempat bagi Dewa Siwa.” Dari sinilah muncul keyakinan bahwa Candi Sambisari memang dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa.
Baca juga: Candi Sewu: Cerita, Keunikan, dan Keindahan di Balik Batu-batunya
Arsitektur Candi Sambisari
Seperti disebutkan di atas, Candi Sambisari merupakan satu kompleks percandian yang terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara di depannya. Candi induk menghadap ke barat dengan ukuran 13,65 x 13,65 meter dan tinggi sekitar 7,5 meter. Bangunan ini menjadi pusat utama dari keseluruhan kompleks.
Di bagian selasar candi induk, terdapat 12 umpak atau batu pipih bertonjolan yang berfungsi sebagai penopang tiang. Delapan berbentuk bulat, sedangkan empat lainnya berbentuk persegi. Tubuh candi berukuran 5 x 5 meter dengan tinggi 2,5 meter. Untuk masuk ke bagian selasar, ada tangga selebar 2,5 meter di sisi barat yang dikelilingi pagar langkan.
Ruang utama atau bilik candi menyimpan lingga dan yoni. Lingga mewakili aspek Siwa, sedangkan yoni melambangkan Dewi Parwati. Pada dinding luar candi, terdapat relung-relung berisi arca Dewi Durga di sisi utara, Ganesha di timur, dan Agastya di selatan. Di atasnya ada hiasan kepala kala. Di dekat pintu masuk, sebenarnya ada arca penjaga, Mahakala dan Nandiswara, namun kini sudah hilang. Dari arca-arca tersebut, terlihat jelas bahwa Candi Sambisari berlatar belakang Siwaistis.
Di dalam bilik juga ada sebuah yoni besar dengan cerat mengarah ke utara. Tepat di bawah cerat, terdapat pahatan berbentuk naga. Di atas yoni berdiri lingga, sementara di bawahnya ada sebuah perigi berbentuk persegi dengan dinding batu andesit. Namun saat ditemukan, perigi itu kosong, hanya berisi tanah.
Di bagian depan candi induk, terdapat tiga candi perwara. Perwara tengah berukuran 4,9 x 4,8 meter, sedangkan perwara utara dan selatan masing-masing 4,8 x 4,8 meter. Ketiga perwara ini tidak lagi memiliki tubuh dan atap, yang tersisa hanya bagian kaki candi dan pagar langkan. Di perwara tengah dan utara masih terlihat lapik berbentuk bujur sangkar dengan padmasana di atasnya. Sementara di perwara selatan, bagian ini sudah tidak ditemukan.
Seluruh kompleks Candi Sambisari dikelilingi pagar batu putih berukuran 50 x 48 meter. Ada pintu masuk di setiap sisi, kecuali sisi utara yang ditutup. Di halaman depan terdapat delapan lingga semu yang diletakkan di delapan penjuru mata angin, yaitu di depan setiap pintu masuk dan di keempat sudut halaman.
Di luar pagar, terdapat teras selebar sekitar delapan meter dengan tangga di tiap sisi. Ada pula pagar kedua yang diperkirakan sebagai lapisan pelindung tambahan, meski baru sebagian yang terlihat, terutama di sisi timur. Yang menarik, titik pusat kompleks candi ternyata berada sedikit ke selatan dari tangga masuk, tidak benar-benar di tengah.
Panduan Berkunjung ke Candi Sambisari
Candi Sambisari berada di Jalan Candi Sambisari, Dusun Sambisari, Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Letaknya tidak jauh dari pusat kota. Dari Malioboro misalnya, jaraknya hanya sekitar 13 kilometer. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi. Lokasinya juga cukup dekat dari Bandara Adisutjipto.
Jam operasional Candi Sambisari setiap hari mulai pukul 08.00 pagi sampai 17.00 sore. Harga tiket masuk juga sangat terjangkau. Wisatawan cukup membayar Rp5.000 per orang. Untuk biaya parkir, motor dikenakan Rp2.000, mobil Rp5.000, dan bus Rp10.000.
Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya
Kisah candi Sambisari mengingatkan bahwa sejarah sering tersembunyi di tempat yang tak disangka. Dari reruntuhan yang lama terkubur, kini candi tersebut berdiri kembali sebagai saksi bisu perjalanan masa lalu.