Kolak menjadi kudapan yang umum ditemui saat bulan Ramadan. Berbagai isian yang ditawarkan cukup menggoda untuk dijadikan hidangan pencuci mulut, seperti buah, kolang-kaling, tape, dan lain sebagainya.
Terkadang, saat membuat kolak dalam porsi yang banyak, selalu ada sisa yang dimanfaatkan esok harinya. Tapi sedikit pula yang dalam menyajikannya lagi salah, sehingga membaut kolak dan isianya terasa lembek, bahkan basi.
Usut punya usut, dalam memanaskan kolak ternyata ada triknya sendiri. Melansir dari beragam sumber, untuk menghangatkan kolak, jangan biasanya menggunakan api yang besar.
BACA JUGA :Â Rekomendasi Tempat Bukber di Bogor Bernuansa Tradisional ala Pedesaan
Namun harus diperhatikan, meski api yang diguanakan tak terlalu besar, tapi pastikan santan dalam kuah kolak harus benar-benar panas. Tujuannya tak lain tak bukan agar tak basi.
Artinya, panaskan kuah kolak sampai benar-benar mendidih, bukan hanya sekadar hangat atau beruap saja. Karena bila demikian, potensi untuk basi besar kemungkinannya terjadi.
Nah, setelah menyantap bila ada sisanya, bisa disimpang ke lemari es alias kulkas. Tapi pastikan kondisi kolak sebelum dimasukan sudah dingin setelah dipanaskan sebelumnya.
Banyak juga yang bertanya kenapa kolak memiliki rasa adam sepat dan tidak tahan lama. Ternyata hal ini juga disebabkan beberapa hal, terutama terkiat masalah bahan baku yang digunakan.
BACA JUGA :Â Mudik Lebaran, One Way-Ganjil Genap Berlaku dari Tol Jakarta-Cikampek sampai Kalikangkung
Contoh, menggunakan pisang yang kurang matang atau masih mentah. Kondisi ini bukan saja membuat kolak tak sedap untuk dimakan, tapi juga mempengaruhi kuahnya menjadi sepat.
Sementara untuk kenapa cepat basi, tak lain tak bukan karena proses pemenasannya yang tidak benar. Artinya, tidak benar-benar sampai mendidih.