JNEWS – Desa Nglanggeran adalah salah satu desa wisata yang tumbuh di lereng Gunung Api Purba. Selain alamnya yang indah, desa ini juga menyimpan banyak cerita dan tradisi yang masih dijaga dengan baik. Warga setempat mengelola kawasan wisata dengan pendekatan yang sederhana namun penuh perhatian.
Hasilnya, setiap sudut desa terasa hidup dan punya karakter. Pengunjung bisa berjalan santai, berhenti di banyak titik menarik, dan menikmati suasana tanpa terburu-buru.
Jejak Perjalanan Desa Nglanggeran

Dikutip dari situs resmi Desa Nglanggeran, desa ini berada di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Letaknya sekitar 25 kilometer dari pusat kota.
Desa ini dikenal sebagai salah satu contoh penerapan konsep Community Based Tourism, yaitu pengembangan wisata yang bertumpu pada partisipasi masyarakat. Di sini, pengunjung bisa menemukan berbagai atraksi wisata yang dikelola langsung oleh warga.
Dari awal, desa ini memang ingin tumbuh tanpa meninggalkan identitas lokalnya. Itulah kenapa suasananya terasa hangat, alami, dan jauh dari kesan wisata yang dibuat-buat. Kawasan Gunung Api Purba yang menjadi ikon utama pun dirawat dengan pendekatan ekowisata yang menekankan pelestarian alam dan budaya.
Masyarakatnya mayoritas adalah petani, pekebun, dan peternak. Mereka hidup dengan nilai-nilai adat yang kuat, seperti gotong royong dan saling peduli. Sikap ramah dan terbuka membuat suasana desa terasa akrab, bahkan bagi para wisatawan.
Kualitas dan konsistensi pengelolaan desa ini sudah diakui hingga dunia internasional. Desa Nglanggeran mendapat penghargaan ASEAN Sustainable Tourism Award pada tahun 2018 dan ASEAN Community Based Tourism Award pada 2017.
Puncaknya, pada tahun 2021, desa ini meraih predikat Best Tourism Village dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Penghargaan ini diberikan kepada desa-desa yang dianggap berhasil mengembangkan wisata secara berkelanjutan. Nglanggeran menjadi bagian dari 44 desa terbaik dari 32 negara. Sebuah pencapaian besar untuk desa kecil yang berawal dari kerja kolektif masyarakatnya.
Perjalanan panjang ekowisata Gunung Api Purba sebenarnya dimulai dari kelompok pemuda Karang Taruna pada tahun 1999. Saat itu, kawasan gunung masih gundul dan kering. Para pemuda mulai mengajak warga untuk menanam pohon dan merawat kembali kawasan yang sempat terabaikan ini.
Kegiatan sederhana tersebut berkembang menjadi gerakan yang lebih besar. Semangat itu kemudian mendapat dukungan pemerintah desa, yang pada akhirnya mempercayakan lahan seluas 48 hektare untuk dikelola pemuda. Dari sinilah pondasi ekowisata Desa Nglanggeran terbentuk dan terus berkembang sampai sekarang.
Baca juga: Desa Ponggok, Klaten: Kolam Selfie, Ekowisata, dan Inovasi Warga Lokal
Daya Tarik yang Bisa Ditemukan di Desa Nglanggeran
Berjalan-jalan di Desa Nglanggeran akan memberikan pengalaman yang lengkap, mulai dari suasana alam yang tenang sampai cerita-cerita lokal yang masih dijaga dengan baik. Untuk membantu mengenal desa ini lebih jauh, berikut beberapa daya tarik utama yang bisa ditemukan saat berkunjung.
1. Gunung Api Purba Nglanggeran
Gunung Nglanggeran adalah gunung purba yang terbentuk dari gunung api dasar laut yang terangkat jutaan tahun lalu. Jejak sejarah itu masih terlihat dari bebatuan raksasa yang berdiri kokoh di berbagai sisi gunung. Batu-batu besar ini kemudian menjadi jalur pendakian yang khas dan jadi daya tarik utama bagi pengunjung.
Puncak tertingginya bernama Gunung Gedhe, dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Kawasan pegunungannya sendiri cukup luas, mencapai 48 hektare.
Saat siang hari, pengunjung bisa menikmati pemandangan hijau yang terhampar di sepanjang bukit dan lembah. Udara di sekitar gunung juga terasa segar, sehingga cocok untuk yang ingin rehat sejenak dari suasana kota. Menjelang malam, suasananya berubah menjadi lebih tenang. Dari puncak, kerlap-kerlip lampu kota Jogja terlihat jelas dan menciptakan suasana yang romantis.
Untuk yang suka kegiatan luar ruang, area ini juga menyediakan tempat camping. Banyak pendaki memilih menginap untuk menikmati sunrise keesokan paginya.
2. Embung Nglanggeran
Embung Kebun Buah Nglanggeran adalah tampungan air yang berada di area perbukitan Desa Nglanggeran. Luasnya sekitar 0,34 hektare dan digunakan untuk mengairi kebun durian dan kelengkeng di sekitarnya.
Jenis durian yang ditanam adalah durian Montong, sedangkan kelengkengnya adalah jenis Kane. Lokasinya berada sekitar 1,5 kilometer di sebelah tenggara pintu masuk kawasan Ekowisata Gunung Api Purba, jadi cukup mudah dijangkau.
Embung ini punya sejarah tersendiri karena menjadi embung pertama yang dibangun di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunannya selesai pada pertengahan 2012 dan diresmikan pada 19 Februari 2013.
Posisi embung yang berada di ketinggian 495 mdpl membuat pemandangannya terbuka dan luas. Banyak orang datang ke sini karena ingin menikmati matahari terbenam dari ketinggian. Warna langit sore di embung ini memang jadi daya tarik tersendiri.
3. Kampung Pitu
Kampung Pitu adalah sebuah perkampungan kecil yang berada di puncak timur Gunung Api Purba Nglanggeran. Sesuai namanya, kampung ini hanya dihuni oleh tujuh kepala keluarga. Jumlah itu dipercaya tidak boleh berubah, dan tradisi ini terus dijaga oleh warga setempat.
Di kawasan ini juga terdapat sumber mata air yang dianggap sakral, yaitu Tlaga Guyangan. Masyarakat percaya telaga ini pernah menjadi tempat pemandian kuda sembrani, makhluk gaib yang muncul dalam cerita-cerita lama. Jika ingin tahu lebih dalam tentang sejarah Kampung Pitu, wisatawan bisa berbincang langsung dengan warga atau juru kuncinya.
Selain cerita dan tradisinya, Kampung Pitu juga menawarkan pemandangan alam yang indah. Dari puncaknya, pengunjung bisa melihat kota Jogja dari kejauhan. Di sisi lain, Gunung Merapi dan Merbabu terlihat gagah berdampingan.
Tempat ini juga menjadi lokasi favorit untuk wisata minat khusus seperti tyrolean dan cliffswing. Perpaduan keunikan budaya dan panorama alam membuat Kampung Pitu jadi salah satu bagian paling menarik dari Desa Nglanggeran.
4. Air Terjun Kedung Kandang
Air Terjun Kedung Kandang adalah air terjun musiman yang berada di sisi selatan Gunung Api Purba Nglanggeran. Lokasinya berada di tengah hamparan terasering sawah milik para petani, sehingga pemandangannya terlihat unik dan berbeda dari air terjun pada umumnya.
Alirannya turun melalui undakan batuan vulkanik yang tersusun alami. Saat musim hujan, air mengalir deras dan membuat suasananya sangat indah. Namun di musim kemarau, alirannya menurun dan bentuk air terjunnya tidak begitu terlihat.
Untuk mencapai lokasi air terjun, pengunjung perlu melakukan sedikit trekking dari area parkir. Jalurnya menurun di awal dan kembali menanjak saat perjalanan pulang. Meski begitu, rutenya masih cukup ramah untuk pengunjung yang ingin menikmati alam dengan santai.
Waktu terbaik berkunjung adalah saat musim hujan, ketika air sedang deras dan terasering sawah terlihat hijau. Pada momen-momen seperti ini, Kedung Kandang menunjukkan keindahan aslinya yang jarang ditemui di tempat lain.
Baca juga: 10 Desa Terindah di Dunia dengan Pemandangan Memesona
Menutup perjalanan di Desa Nglanggeran, yang terasa adalah kesan hangat dari alam dan warganya. Setiap tempat punya cerita, dan semuanya tersaji dengan cara yang sederhana namun berkesan. Pemandangan, suasana desa, dan keaslian kehidupan sehari-hari membuat pengalaman di sini terasa lengkap.
Desa ini menunjukkan bahwa keindahan tidak selalu harus megah, cukup apa adanya dan dirawat dengan hati.