JNEWS – Desa Penglipuran pernah menarik perhatian banyak orang karena dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Tak cuma bersih dari sampah, tapi juga rapi, asri, dan penuh ketenangan. Begitu masuk ke desa ini, suasana langsung terasa beda. Jalan utamanya bersih tanpa kendaraan bermotor, rumah-rumahnya seragam, dan suasananya bikin betah.
Tahun 2023 lalu, desa ini juga berhasil meraih penghargaan Best Tourism Village by UN Tourism, makin mengukuhkan posisinya sebagai destinasi wisata yang istimewa.
Buat yang penasaran dengan desa yang masih begitu kental adatnya, tempat ini wajib banget dikunjungi. Di balik keindahan fisiknya, ada cerita panjang soal asal-usul, aturan adat, sampai cara hidup warganya yang masih terikat pada nilai lama. Tak hanya menjadi destinasi wisata, Desa Penglipuran juga bukti kalau budaya dan modernitas bisa jalan bareng tanpa saling ganggu.
Sejarah Desa Penglipuran
Desa Penglipuran terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Menurut catatan sejarah, desa ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Bangli, sekitar 700 tahun yang lalu. Dikutip dari situs Disparbud Bangli, sejarah desa ini berkaitan erat dengan leluhur masyarakatnya yang berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani.
Karena jarak yang cukup jauh antara Bayung Gede dan pusat Kerajaan Bangli, sekelompok masyarakat dari Bayung Gede ditempatkan lebih dekat dengan kerajaan, di lokasi yang kini menjadi Desa Penglipuran. Mereka membangun desa dengan tetap mempertahankan tata ruang, arsitektur, dan tradisi dari desa asal mereka.
Nama Penglipuran berasal dari dua kata dalam bahasa Bali, pengeling (mengingat) dan pura”(tempat suci atau leluhur). Nama ini mencerminkan tujuan utama pendirian desa, yaitu untuk mengenang dan menghormati leluhur mereka.
Ada juga versi lain menyebutkan bahwa Penglipuran berasal dari kata pelipur yang berarti hiburan dan lara yang berarti kesedihan. Konon, Raja Bangli sering mengunjungi desa ini untuk menenangkan diri dan mencari hiburan, sehingga nama tersebut diberikan.
Baca juga: Arsitektur Bali Kuno: Mengenal Ciri dan Filosofi Bangunan Tradisional
Tata Ruang, Arsitektur, dan Tradisi
Seperti yang sudah dikisahkan di atas, masyarakat Desa Penglipuran punya cara unik dalam menata wilayahnya. Mereka masih pakai konsep tradisional Bali yang disebut Tri Mandala. Konsep ini ngebagi desa jadi tiga bagian, dan semuanya punya fungsi masing-masing.
Bagian pertama disebut Utama Mandala. Ini area paling suci di desa, letaknya di utara. Di sini berdiri pura utama tempat warga berdoa dan menggelar upacara adat. Suasananya tenang dan sakral banget.
Lanjut ke bagian tengah, namanya Madya Mandala. Nah, ini area tempat warga tinggal. Semua rumah dibangun dengan rapi, posisinya sejajar, dan tak ada yang tampil mencolok sendiri. Semua serba seimbang dan seragam. Mulai dari bentuk bangunan sampai pintu masuknya yang disebut angkul-angkul. Gerbang khas ini jadi simbol kesatuan dan kekompakan warga. Hal ini cukup menarik perhatian, dan karena itu desa ini disebut sebagai desa paling bersih dan rapi.
Terakhir ada Nista Mandala. Ini bagian selatan desa. Fungsinya untuk kegiatan yang sifatnya profan, seperti pemakaman. Penataan seperti ini membuat semua kegiatan masyarakat teratur dan tidak saling ganggu.
Warga desa ini dikenal sangat taat akan aturan adat. Mereka tak hanya menjunjung tinggi tradisi, tapi juga betul-betul mengikuti pedoman hidup yang sudah diwariskan dari zaman dulu. Aturan ini disebut awig-awig. Bentuknya mirip hukum, tapi berbasis adat dan disepakati bersama.
Awig-awig mengatur banyak hal. Mulai dari cara bergaul, membagi tanah, tata cara upacara adat, sampai urusan rumah tangga. Salah satu aturan yang paling ketat adalah soal larangan poligami. Di Penglipuran, laki-laki dilarang punya istri lebih dari satu. Tak peduli status atau kekayaan, semua warga harus patuh.
Kalau ada yang melanggar, sanksinya tidak main-main. Pelaku bisa dikucilkan secara sosial. Tidak boleh ikut kegiatan adat, tidak boleh menggunakan fasilitas umum, bahkan bisa dipindahkan ke tempat khusus yang disebut “karang memadu”—semacam area pinggiran yang disiapkan buat mereka yang melanggar aturan adat berat.
Sanksi ini bukan bertujuan menyiksa, tapi sebagai bentuk pengingat dan demi menjaga keharmonisan di desa. Semua ini membuat masyarakat desa ini tetap rukun, saling hormat, dan hidup dengan nilai-nilai yang sudah dijaga sejak lama.
Panduan Wisata ke Desa Penglipuran
Akses ke Desa Penglipuran ini mudah sekali. Dari Denpasar, jaraknya sekitar 45 kilometer. Waktu tempuhnya kira-kira 1,5 sampai 2 jam naik mobil. Bisa pakai kendaraan pribadi, sewa motor, atau mobil harian.
Untuk rute, pengunjung bisa lewat By Pass Ida Bagus Mantra, lanjut ke Jalan Nusantara sampai ke pusat Kota Bangli. Dari sini, langsung bisa lanjut ke arah desa. Transportasi umum agak terbatas, jadi paling enak memang naik kendaraan sendiri agar lebih fleksibel.
Begitu sampai, pengunjung wajib beli tiket masuk. Harganya cukup ramah di kantong. Wisatawan lokal cukup bayar Rp25.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak-anak. Untuk wisatawan asing, tiketnya Rp50.000 untuk dewasa dan Rp30.000 untuk anak-anak. Bayarnya di loket resmi sebelum masuk ke area desa.
Jam buka Desa Penglipuran juga cukup panjang. Dari Rabu sampai Jumat, desa ini buka mulai pukul 06.30 pagi sampai 18.30 sore. Sedangkan Sabtu sampai Selasa, bukanya agak siang, pukul 08.00 pagi, dan tutup tetap pukul 18.30. Jadi bisa atur waktu berkunjung dengan santai, tidak perlu terburu-buru.
Di Penglipuran, ada banyak hal yang bisa dilakukan wisatawan atau pengunjung. Yang pertama pastinya berkeliling desa dengan berjalan kaki. Karena suasananya yang tenang dan tertata, juga bebas kendaraan bermotor, jalan-jalannya bisa santai dan asyik sambil menikmati udara segar.
Selain keliling desa, ada hutan bambu yang bisa dieksplor. Letaknya di bagian belakang desa. Suasananya sejuk dan adem, cocok buat santai atau foto-foto. Jangan lupa juga untuk mencoba kuliner khas desa seperti loloh cemcem, minuman herbal yang segar dan unik rasanya. Ada juga tipat cantok, makanan khas Bali yang mirip ketoprak. Lezat sekali.
Kalau datang di waktu yang pas, bisa juga lihat festival budaya tahunan yang digelar di sini. Namanya Penglipuran Village Festival. Ada pertunjukan seni, tari-tarian, sampai pameran kerajinan lokal. Seru banget, apalagi buat yang suka budaya tradisional.
Baca juga: 5 Desa Paling Bersih di Dunia
Desa Penglipuran bukan cuma cantik dilihat, tapi juga penuh nilai. Dari cara mereka jaga lingkungan, sampai bagaimana adat tetap hidup di tengah dunia yang terus berubah. Semua hal kecil yang dijaga rapat di sana justru jadi daya tarik besar. Tak heran kalau desa ini terus jadi sorotan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Buat yang lagi cari pengalaman baru yang tenang, berkesan, dan punya makna, desa ini layak banget masuk dalam daftar tujuan liburan.