JNEWS – Desa Ponggok telah bertahun-tahun viral berkat objek wisata Umbul Ponggok yang keren. Beberapa waktu lalu Ponggok kembali viral karena seluruh warga mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya) sebesar Rp200.000 ditambah sembako dari pemerintah desa.
Tak hanya itu, Ponggok juga memiliki program satu rumah satu sarjana untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Ponggok adalah contoh desa yang makmur berkat pariwisata.
Sejarah Desa Ponggok
Dikutip dari laman Ponggok, dahulu desa ini merupakan kawasan Mataram Kuno yang menyimpan sumber air berlimpah. Sejarah Desa Ponggok tersebut didukung oleh penemuan beberapa arca, terutama di Umbul Kapilaler yang merupakan tempat peribadatan masa Mataram Kuno dan Majapahit. Arca yang ditemukan berkaitan dengan Shiwa-Buddha.
Ponggok artinya pusat. Oleh warga, dahulu sumber-sumber air di kawasan ini digunakan untuk memandikan keris, senjata hingga menyembuhkan hewan yang sakit.
Aliran air di Ponggok juga menjadi objek kolonisasi Hinda Belanda pada zaman Gubernur Jenderal van Den Bosch pada tahun 1830 karena dibutuhkan untuk Tanam Paksa. Itu sebabnya, peta digital Ponggok tahun 1925 bisa ditemukan di Universitas Leiden, Belanda. Tahun 1880-an, Ponggok menjadi objek privatisasi perusahaan-perusahaan gula milik Belanda.
Aliran air di Ponggok sempat tidak terawat setelah kemerdekaan dan nasionalisasi aset-aset yang dikuasai Belanda. Umbul Ponggok menjadi pelopor kebangkitan pariwisata di Desa Ponggok setelah statusnya beralih di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri tahun 2010. Ponggok yang tadinya merupakan desa termiskin nomor 2 se-kabupaten pada tahun 2006, kini menjadi desa terkaya.
Baca juga: Panduan Wisata Umbul Ponggok: Tips dan Trik untuk Pengalaman Menyelam Terbaik
Berkah Kolam Selfie di Desa Ponggok
Umbul merupakan kata dalam bahasa Jawa yang artinya mata air. Ketenaran kolam selfie Umbul Ponggok tidak hanya mendatangkan pendapatan yang berlimpah bagi desa ini, tapi juga membangkitkan potensi-potensi wisata mata air lainnya di desa tersebut. Berikut ini adalah potensi-potensi wisata tersebut.

1. Umbul Ponggok
Umbul Ponggok merupakan kolam berukuran 70×40 meter dan kedalaman 2-3 meter dengan air yang jernih dan segar. Dasar kolam ini berupa pasir dan bebatuan sehingga terlihat seperti di dalam laut. Pengelola menghadirkan inovasi yang kekinian sehingga membuat umbul ini viral, yaitu dengan memasukkan segala macam dekorasi ke dalam air seperti sebuah studio foto.
Semua dekorasi yang dimasukkan ke kolam unik, dari laptop, sepeda onthel, ayunan hingga televisi. Pengunjung dapat bergaya seperti di studio foto. Hanya saja studio foto ini di dalam air dengan ikan yang mondar-mandir. Foto dalam air ini paling diminati pengunjung, bahkan ada yang menjadikannya lokasi prewedding.
Pengelola juga menyediakan peralatan snorkeling, diving, dan sea walker. Umbul Ponggok merupakan tempat snorkeling air tawar terbaik di Indonesia. Kejernihan airnya didukung oleh air yang terus-menerus mengalir sehingga terjadi sirkulasi. Karena kejernihannya itu, Umbul Ponggok mendapat julukan Bunaken van Klaten dan Bunaken Air Tawar. Harga tiket masuk Rp10.000-Rp15.000 belum termasuk foto di dalam air dan permainan lainnya.
2. Umbul Besuki
Umbul Besuki tidak terlalu luas tapi juga tidak seramai Umbul Ponggok. Pengelola menyediakan paket camping, paket outbound, dan paket wedding sehingga cocok untuk acara keluarga atau gathering. Alam sekitar umbul ini tidak banyak diubah sehingga menyuguhkan suasana yang asri. Foto-foto yang dihasilkan di sini umumnya menggambarkan keseruan dan keceriaan di antara riak air jernih di sekitarnya. Harga tiket masuk Rp10.000.
3. Umbul Sigedang-Kapilaler
Di sekitar umbul ini ada 2 sumber mata air. Satu mata air dialirkan ke umbul dan satu lagi dialirkan ke pabrik minuman kemasan yang sudah terkenal. Umbul ini tidak luas meski masih bisa untuk berenang. Yang jelas, air di umbul ini sangat segar untuk berendam dan bermain. Pengunjung dapat menghasilkan foto-foto yang lebih puitis di tempat ini. Harga tiket masuk Rp5.000-Rp10.000.
Konsep Ekowisata Ramah Lingkungan di Desa Ponggok
Klaten dijuluki Kota 1000 Mata Air karena banyaknya sumber mata air. Desa Ponggok yang memiliki mata air paling berlimpah terletak di lekukan antara Gunung Merapi dan Merbabu. Meski berlimpah, kualitas mata air ini terus dijaga agar manfaatnya bisa berkelanjutan.
Di sekitar Umbul Ponggok terdapat banyak pohon gayam yang memberikan keteduhan pada para pengunjung. Pohon gayam bukan sekadar perindang, tetapi juga berfungsi untuk menjaga ketersediaan air. Pohon gayam memiliki kemampuan menyimpan air dalam jumlah banyak.
Pemerintah desa juga menetapkan beberapa peraturan tentang pembangunan rumah warga, terutama di sekitar umbul. Pembuangan sampah dan limpasan air kotor mendapat perhatian khusus agar tidak mencemari umbul dan merusak citra objek-objek wisata.
Inovasi Gerakan Ekonomi Lokal di Desa Ponggok
Keberhasilan Ponggok dalam mengembangkan potensi desa tidak lepas dari peran pemerintah desa yang mengelola Dana Desa secara terarah. Anggaran tersebut dimanfaatkan untuk memperbaiki dan menambah fasilitas umum. Penataan fasilitas yang baik, terutama di area wisata, turut memberi kesan positif bagi pengunjung.
Agar potensi wisata Ponggok dikelola secara profesional, maka didirikanlah BUMDes Tirta Mandiri. BUMdes di Ponggok tidak hanya mengutamakan keuntungan sendiri, tetapi juga manfaatnya bagi masyarakat sekitar. BUMDes tidak memonopoli semua barang dan jasa yang berkembang di seputar viralnya umbul-umbul di Ponggok.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Kelompok Kerja (Pokja) dilibatkan dalam pengelolaan objek wisata yang lebih kecil dari Umbul Ponggok. Selain itu, warga secara perorangan diberi kesempatan untuk membuka usaha kuliner, pembuatan oleh-oleh, penyewaan jip, usaha penginapan, dan masih banyak lagi.
Baca juga: 10 Desa Terindah di Dunia dengan Pemandangan Memesona
Desa Ponggok di Klaten mendapat berkah berlimpah sejak viralnya Umbul Ponggok sebagai kolam selfie bawah air. Ketenaran Umbul Ponggok dimanfaatkan untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan sehingga mengangkat seluruh potensi desa dengan cara menerapkan konsep ekowisata yang ramah lingkungan dan mengakomodasi inovasi warga lokal untuk menggerakkan ekonomi desa.