JNEWS ONLINE
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
JNEWS Online
No Result
View All Result
Home Liputan Khusus Gelitik

Gen Z Memang Seksi

Kang Maman, Penulis dan Pegiat Literasi

by Redaksi JNEWS
15 August 2023
gen z

Foto: Freepik

Share on FacebookShare on Twitter

JNEWS, Agustus – GIMANA nggak seksi. Jumlah pemilih muda, berusia di bawah 40 tahun, pada Pemilu 2024 mencapai 52% dari total pemilih yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ini tentu saja bikin “ngiler” partai politik peserta pemilu. Upaya menggaet suara mereka dilakukan partai-partai politik secara masif dengan berbagai cara.

Dalam pikiran positif saya, perekrutan generasi milenial dan gen Z adalah upaya adaptif bagi parpol untuk bisa menampung segala aspirasi dan tren yang sedang berkembang, sekaligus agar generasi ini tidak lagi terlalu awam dengan politik, dan bisa digiring opini serta preferensi politiknya. Bagus-bagus saja, sepanjang gen Z dan milenial berani mengajukan penawaran tegas, agar dirinya tidak cuma diperlakukan baik dan mulia sepanjang menjelang pemilu, tetapi setelah menang lalu dilupakan begitu saja.

Bagi gen Z dan milenial sendiri, terlibat dalam politik praktis adalah hal yang baik-baik saja, tapi sadari sepenuh jiwa, bahwa hanya mengandalkan pihak lain untuk mewujudkan harapan, juga salah dan bisa mengecewakan. Dalam soal harapan dan masa depan, istilahnya, “Jangan menaruh semua telurmu dalam satu keranjang”.

Gen Z, misalnya, yang lahir di periode1997-2012 dan menempati 26 persen dari populasi masyarakat global, harus tetap terus mengasah dirinya sesuai minat dan kemampuan, di samping tidak abai pada dunia politik, karena persoalan pajak hingga ketersediaan lapangan kerja yang pasti bersinggungan dengan kehidupannya — sebagai contoh — adalah produk (keputusan) politik.

Sosok-sosok gen Z tetap harus berjuang sendiri juga untuk merebut masa depannya di tengah situasi keberadaan mereka yang kerap disebut sebagai “generasi sandwich“, yang megap-megap karena terjepit di tengah. Tak boleh ada gengsi untuk memulai semuanya dari nol, siap bermandi peluh, jungkir balik hingga kaki di kepala dan kepala di kaki, demi merebut masa depan cerlang di negeri merdeka ini. Meritokrasi itu bukan khayalan, bisa diwujudkan.

Lihat Amerika Serikat hari ini. Harian Kompas, 5 Agustus 2023 di Rubrik “Internasional”, menulis cerita atau berita berjudul “Gen Z, Kecil-kecil Jadi Bos”. Lead-nya harus diabadikan di benak para pemilih muda ini.

Seperti ini bunyinya:
“Sebanyak 500 perusahaan terbesar di AS memiliki direktur utama berusia 50 tahun. Bahkan sejumlah perusahaan, memiliki pemimpin berumur di bawah 30 tahun. Mereka bukan anak ataupun cucu dari pendiri perusahaan.”

Dengan semangat terus memperkaya ilmu, kemampuan, pengalaman dan prestasi, akan makin meningkatkan kualitas kepemimpinan seseorang yang diperlukan untuk mengelola korporasi. Bahkan, kekurangan pengalaman gen Z dan milenial, bagi sejumlah perusahaan justru dilihat sebagai kelebihan, karena kerap menghadirkan sudut pandang yang segar dan tak terduga. Anti gengsi dalam menempa diri, akan melahirkan karakter kepemimpinan yang mampu beradaptasi dengan segala ketidakpastian — yang menjadi salah satu ciri dunia saat ini — karena temuan dan perkembangan teknologi digital yang luar biasa kemajuannya.

***

SONY Tan, praktisi HRD yang mumpuni dan berpengalaman di banyak perusahaan besar, pernah mengkaji tentang generasi milenial ini, menjadikannya sebagai tesis, dan kemudian kami berdua mengolah serta mengalihwahanakannya menjadi buku berjudul ‘Milenial’ & Turnover. Kami memotret generasi ini dan menemukan banyak “kebaikannya”. Kalaupun ada yang kita lihat sebagai kekurangannya, bisa jadi karena cara pandang kita sebagai generasi yang lebih duluan lahir — yang saya becandakan sebagai generasi kolonial —  yang salah.

Generasi milenial dan gen Z yang antigengsi ini — termasuk di Indonesia, menurut kami — senada dengan tipe gen Z yang diulas dalam makalah ilmiah Jake Aguas, ahli manajemen di Sekolah Bisnis Crowell, Universitas Biola, AS, yang terbit di Journal of Emerging Leadership edisi 2019, yang juga dikutip Kompas. Ia mengkaji gen Z di AS, mengenai tipe pemimpin yang mereka harapkan dari diri sendiri dan orang lain.

Bagi gen Z, kata Aguas, “Pemimpin itu bukan cuma atasan atau bos, melainkan mentor. Mereka menginginkan pemimpin yang komunikatif dengan tim, bukan sekadar menganggap bawahan sebagai anak buah.” Komunikasi harus bersifat dua arah, dialog bukan monolog, kalau ingin mencari ide-ide segar bahkan radikal dari mereka, dengan penghargaan terhadap gagasan setiap individu, terlepas nanti dipakai atau tidak.

Pemimpin, masih menurut temuan Aguas — dan saya serta Sony Tan juga sepakati dan tuangkan di buku kami — tidak boleh berdiam di kantor. Ia harus ikut turun ke lapangan, memberi dan menjadi contoh yang baik kepada tim dengan menerapkan ilmunya.

Selain itu, jangan mengira gen Z itu manja dan semaunya saja dalam soal waktu kerja. Bagi mereka, sistem kerja tidak hierarkis kaku. Beri ruang bagi setiap dari mereka untuk berkembang. Artinya, fleksibilitas dalam bekerja menjadi poin perhatian gen Z.

Satu pesan saya, dalam menghadapi gen Z — ingat dan camkan sekali lagi dalam-dalam – mereka tidak bisa kalian kenyangkan dengan kata-kata semata, tapi dengan bukti nyata. Dan bukti nyata itu, bukan hanya tentang apa yang dilakukan hari ini dan akan  diwujudkan di masa depan, tapi juga apa yang terekam dari masa lalu, yang bisa dengan mudah mereka temukan dengan bantuan “Paman Google”.

Sedikit saja ia menemukan “sesuatu”, ia bisa berkesimpulan, “Halah bacot! Ngomong, doang!”

 

*Artikel merupakan pandangan/opini pribadi penulis

Tags: Gen ZKang Mamankaum mudaMillenial
Share202Tweet127
Next Post
Memilih Mitra Usaha yang Tepat untuk Bisnis Skala Kecil: Tip dalam Memilih dan Menyusun Perjanjian Kerja Sama

Memilih Mitra Usaha yang Tepat untuk Bisnis Skala Kecil: Tip dalam Memilih dan Menyusun Perjanjian Kerja Sama

TERKINI

Museum Paling Terkenal di Dunia

Hari Museum Internasional: 10 Museum Paling Terkenal di Dunia

18 May 2025
Hari Buku Nasional: Tip supaya Suka Baca Buku Lagi

Hari Buku Nasional: 8 Tip untuk Anak Muda supaya Suka Baca Buku Lagi

17 May 2025
Rekomendasi Tempat Wisata di New Zealand

7 Rekomendasi Tempat Wisata di New Zealand untuk Liburan Tak Terlupakan

16 May 2025
jne marisa

Potensi Ekonomi Pohuwato Tinggi, JNE Marisa Bidik Kenaikan Kiriman

16 May 2025
Mengenal E-SIM: Teknologi Kartu SIM Digital

Mengenal E-SIM: Teknologi Kartu SIM Digital yang Praktis dan Fleksibel

16 May 2025
agar naik kelas, UMKM kuliner mesti memperhatikan standardisasi mutu produknya

Sertifikasi dan Standar Mutu Jadi Kunci Daya Saing UMKM Kuliner

16 May 2025

POPULER

Tempat Wisata di Subang yang Bisa Dikunjungi

Liburan ke Subang? Ini Daftar Tempat Wisata Menarik yang Bisa Dikunjungi

by Penulis Konten
25 April 2025

Film Katolik untuk Menambah Wawasan Sejarah

5 Film Katolik yang Menarik untuk Menambah Wawasan Sejarah

by Penulis Konten
6 May 2025

Brain Rot: Hiburan Berlebihan Merusak Pola Pikir

Mengenal Brain Rot: Ketika Hiburan Berlebihan Merusak Pola Pikir

by Penulis Konten
8 May 2025

Festival Film Cannes: Sejarah dan Film Indonesia

Festival Film Cannes: Sejarah Singkat dan Jejak Film Indonesia di Ajang Ini

by Penulis Konten
10 May 2025

Raminten Jogja: Dari Warung Makan Unik

Raminten Jogja: Dari Warung Makan Unik ke Kerajaan Bisnis Budaya Jawa

by Penulis Konten
29 April 2025

JNEWS Online

©2020 - Your Trusted Logistic Portal

Navigate Site

  • About
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini

©2020 - Your Trusted Logistic Portal