Berada di lingkaran generasi sandwich tidaklah mudah. Menjadi orang dewasa dengan peran ganda dapat memicu gangguan emosional, mulai dari stres hingga depresi. Jika sudah depresi, terkadang orang cenderung tidak menggunakan akal sehatnya. Seperti kasus Dhio Daffa Syadilla.
Dhio merupakan warga Mertoyudan Magelang, yang berada di lingkaran generasi sandwich. Ia tega menghabisi nyawa satu keluarga dengan memberi racun. Ayah, Ibu, dan Kakak Dhio mengalami luka yang mengenaskan akibat racun yang ia beli secara online. Usut punya usut si Dhio ini tega memberikan racun karena merasa jengkel tidak diperhatikan oleh keluarga dan didesak untuk mencari pekerjaan. Miris juga ya?
Nah, untuk menghindari agar tidak terjadi kasus Dhio part berikutnya, inilah beberapa tip agar beban hidupmu sebagai generasi sandwich dapat berkurang. Yuk, simak artikelnya hingga usai!
Baca juga: Chef Devina Bagi Tips Peran sebagai Menteri Keuangan Keluarga
Mengenal Lebih Dekat Generasi Sandwich
Melansir dari beberapa sumber, istilah sandwich generation, atau generasi sandwich ini, muncul pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller dalam jurnalnya ‘The Sandwich Generation: Adult of The Aging’ di tahun 1981.
Menurutnya, generasi ini merupakan generasi orang dewasa yang berperan ganda, di mana mereka bertanggung jawab terhadap beban generasi di bawah dan generasi di atasnya. Mereka tidak hanya menanggung beban hidup anak-anaknya, akan tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap hidup orang tua dan atau mertuanya (Alavi, K., dkk., 2015). Kondisi yang terimpit inilah yang diibaratkan seperti sandwich. Seperti yang kamu tahu, sandwich atau roti lapis ini berisikan daging, keju, mayonise, sayuran, lalu diapit oleh roti di bagian atas dan bawahnya.
Meskipun istilah ini sudah muncul cukup lama, istilah generasi sandwich baru populer belakangan ini di abad ke-21. Si generasi sandwich ini sering kali dikisahkan harus menanggung beban yang berat, tidak hanya fisik, akan tetapi juga beban mental. Mereka terimpit oleh orang tua yang sudah tidak produktif lagi dan anak-anaknya yang harus dibesarkan dengan layak.
So, tidak heran jika generasi sandwich ini sering kali mengalami tekanan emosional yang memicu stres, bahkan depresi berat yang mengganggu life balance mereka.
Tidak jarang generasi sandwich juga mengalami burnout, merasa gagal menjadi anak, pasangan, dan orang tua yang baik secara bersamaan, hingga mereka merasa kesulitan dalam mengelola pekerjaan, hobi, relationship, dan juga tak pernah melakukan me time. Padahal, agar memiliki kehidupan yang seimbang, generasi sandwich ini juga perlu me time atau sekadar healing tipis-tipis, lho.
3 Tipe Generasi Sandwich
Terdapat tiga tipe generasi sandwich yang perlu kamu ketahui, berikut ulasannya.
1. The traditional sandwich generation
Generasi sandwich yang satu ini umumnya berusia 40 – 50 tahun yang diimpit oleh tanggung jawab kepada orang tua yang sudah tidak produktif dan anak-anak yang memasuki usia produktif, namun belum mandiri secara finansial.
2. The club sandwich generation
Tipe ini merupakan orang dewasa akhir yang berusia 60 tahun. Mereka terimpit oleh orang tua yang semakin menua dan anak-anak yang sudah mulai dewasa, bahkan cucunya. Tipe ini juga berlaku untuk kelompok orang dewasa awal yang berusia 30-40 tahun, lho.
3. The open faced sandwich generation
Tipe terakhir generasi sandwich ini merupakan siapa pun non professional yang terlibat aktif dalam perawatan lansia.
Nah, itulah tipe-tipe generasi sandwich. Apakah kamu salah satu generasi roti isi ini? Jika iya, kamu masuk tipe yang mana nih?
Bagaimana Cara Mengurangi Beban Generasi Sandwich?
Memutus rantai generasi sandwich memang bukanlah suatu hal yang mudah. Namun, bukan berarti kamu sebagai sandwich generation tidak dapat mengurangi beban hidup kan?
Kunci agar kamu dapat mengurangi beban sebagai generasi sandwich adalah memiliki perencanaan keuangan yang baik. Kamu bisa mulai mengelola keuangan dengan langkah berikut:
1. Mencatat Pemasukan dan Pengeluaran
Langkah ini akan membantu kamu dalam nge-track keuangan tiap bulan. Ke depannya, catatan ini dapat kamu gunakan untuk evaluasi agar keuanganmu lebih terkontrol. Kamu bisa mencatat semua pemasukan dan pengeluaran di buku, Microsoft Excel, Google Spreadsheet, atau bahkan aplikasi pencatat keuangan.
Baca juga: Mau Merdeka Finansial? Ini Tips dari Pakar Keuangan
2. Siapkan dana pensiun
Menyiapkan dana pensiun sedini mungkin adalah langkah yang dianjurkan untuk mengurangi bebanmu sebagai generasi sandwich. Susun rencana kapan kamu akan pensiun dan tentukan bagaimana kamu akan menikmati masa pensiun tersebut. Sisihkan sebagian pendapatanmu untuk menabung dana pensiun, ya. Kamu juga bisa belajar berinvestasi untuk memenuhi pos pensiunmu.
3. Kelola penghasilanmu dengan bijak
Dalam mengelola penghasilan, kamu dapat memakai rumus 50/30/20/ atau 40/30/20/10.
50 persen dapat kamu gunakan untuk pos life seperti makan, listrik, belanja bulanan dan lainnya. 30 persen untuk keinginan dan healing untuk melepas stress. 20 persennya untuk ditabung.
Atau kamu bisa juga menggunakan rumus 40 persen kebutuhan, 30 persen untuk cicilan, 20 persen ditabung, dan 10 persen untuk sedekah. Sesuaikan dengan preferensi kamu dalam mengelola keuangan, ya.
4. Cobalah menambah penghasilan
Memiliki side job untuk menambah penghasilan juga dapat kamu coba, lho. Biar kamu enjoy, usahakan mencari side job yang sesuai dengan hobi kamu namun menghasilkan cuan, ya.
5. Memiliki asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan penting untuk mengantisipasi masalah kesehatan di masa tua. Pasalnya ketahanan tubuh akan menurun seiring bertambahnya usia. So, pastikan kamu memiliki asuransi kesehatan yang mencakup seluruh keluarga.
Kamu dapat memilih perusahaan asuransi swasta ataupun dengan BPJS Kesehatan. Kalau menggunakan asuransi swasta, pastikan perusahaan asuransinya sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan ya. Hal ini penting agar kamu terhindar dari asuransi bodong.
Baca juga: Hindari Risiko Finansial Masa Depan dengan Siapkan Asuransi
Demikianlah hal-hal yang dapat kamu persiapkan untuk mengurangi beban generasi sandwich.
Alih-alih menjadi seperti Dhio, akan lebih baik jika kamu memiliki tempat bercerita. Pilihlah satu orang terpercaya yang dapat membantumu mengurangi stres akibat beban peran yang ditanggung. Pastikan kamu mencari orang yang tepat agar bisa diajak curhat, ya. Jangan sampai mereka malah memperburuk kondisi psikologismu. Semangat!