Gunung Padang sempat menjadi bahan pembicaraan panas karena ada klaim bahwa di dalamnya terdapat harta karun yang bisa melunasi utang negara. Dugaan ini berdasarkan kebiasaan orang zaman dahulu yang gemar memendam harta karun di dalam tanah demi keamanan atau persembahan. Ada lagi dugaan bahwa situs ini merupakan piramida yang lebih tua dari piramida di Mesir.
Eksplorasi situs ini masih terus berlangsung karena banyak yang belum terungkap. Alih-alih menunggu hasil penelitian untuk memastikan apa sebenarnya situs ini, banyak anggota masyarakat yang memilih untuk melihatnya langsung. Misteri memang selalu menarik perhatian. Yang penting untuk diingat ketika berkunjung adalah bahwa ini merupakan situs sejarah, bukan objek wisata biasa.
Sejarah Gunung Padang
Keberadaan situs ini pertama kali ditulis oleh Nicolaas Johannes Krom dengan judul Rapporten Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan) pada tahun 1914. Krom melaporkan bahwa pada situs tersebut terdapat 4 teras dari batu kasar yang dihiasi batu andesit. Di setiap teras terdapat gundukan yang ditimbun batu.
Karena sulitnya akses pada waktu itu, laporan Krom terlupakan. Pada tahun 1979, masyarakat menemukan kembali situs tersebut dan melaporkannya kepada pemerintah setempat. Kemudian situs ini ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya berdasarkan UU No.11 Tahun 2010.
Dari penelitian pemerintah diketahui bahwa situs tersebut terdiri 5 teras yang dibangun sekitar tahun 8.000 SM dan berusia sekitar 10.000 tahun. Itu berarti situs ini merupakan peninggalan zaman prasejarah, yaitu pada masa megalitikum. Situs ini tidak menyerupai gunung, melainkan lebih mirip bukit. Situs ini terletak di ketinggian 885 mdpl dengan luas kompleks utama sekitar 900 m² dan luas area sekitar 3 hektare.
Pada tahun 2011-2013 ramai pendapat bahwa situs ini sebenarnya adalah piramida yang lebih tua dari piramida Giza di Mesir dan Machu Picchu. Berdasarkan penelitian sample batuan, memang benar bahwa usia situs ini sangat tua. Namun para peneliti belum membenarkan bahwa situs ini merupakan piramida.
Belakangan Pusat Survei Badan Geologi Kementerian ESDM menyimpulkan bahwa situs tersebut merupakan hasil proses alam yang panjang dari gunung api purba Karyamukti. Gunung Padang merupakan hasil erupsi gunung api purba Karyamukti tersebut. Pada prosesnya, terbentuk pula batuan yang berbentuk balok.
Para ahli tersebut berpendapat bahwa situs ini bukanlah piramida yang batuannya dibentuk oleh manusia. Situs tersebut merupakan sebuah punden dari batuan berbentuk balok karena proses alam yang kemudian disusun manusia untuk digunakan sebagai tempat pemujaan.
Baca juga: Candi-Candi di Indonesia yang Belum Banyak Dikenal dan Sejarahnya
Akses ke Gunung Padang
Situs ini terletak di Kampung Gunung Padang, Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berikut adalah cara untuk mencapai situs di Cianjur ini.
1. Menggunakan kendaraan pribadi
Waktu tempuh dengan kendaraan pribadi sekitar 4 – 4,5 jam dari Jakarta. Jika menggunakan mobil akan lebih cepat lewat jalan tol. Dari pusat kota Cianjur, arahkan perjalanan ke Kecamatan Cibeber lalu ikuti Jl. Raya Cibeber hingga sampai Desa Karyamukti. Dari pusat kota Cianjur juga bisa lewat Jl. Nasional III menuju Jl Cianjur – Gunung Padang hingga sampai lokasi situs.
Jika lewat jalan tol, dari gerbang tol Parung Kuda menuju jalan lingkar selatan Sukabumi, dilanjutkan ke Kecamatan Cireunghas. Wisatawan dapat memperhatikan beberapa penunjuk jalan yang cukup memadai.
2. Menggunakan kendaran umum
Wisatawan dapat naik kereta api Siliwangi yang melayani relasi Sukabumi – Cianjur, lalu turun di Stasiun Lampegan. Jarak dari Stasiun Lampegan ke kompleks situs sekitar 8 km yang bisa ditempuh dengan ojek.
Akomodasi Wisata Gunung Padang
Dari website Situs Pariwisata Gunung Padang diperoleh informasi bahwa wilayah ini dikembangkan menjadi kawasan wisata terpadu. Seperti umumnya wisata alam, kawasan ini buka dari pagi hingga sore saja, yaitu jam 08.00-17.00, kecuali hari Jumat. Pada hari Jumat, jam buka diundur setelah salat Jumat.
Kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan adalah menaiki tangga batu asli, menjelajahi 5 teras situs, melihat mata air Cikahuripan, main ke kebun teh, dan jungle track. Mitosnya, air di Cikahuripan dapat membuat awet muda. Sedangkan kebun teh tersebut berada pada akses jalan menuju kawasan tersebut sehingga bisa digunakan sebagai tempat istirahat dan menghirup udara segar.
Akomodasi berupa homestay sudah tersedia dari yang sederhana hingga modern dengan harga terjangkau. Jika wisatawan lelah, tidak perlu buru-buru kembali ke kota karena takut gelap, melainkan bisa menginap. Jika memang berencana menginap atau mengadakan acara, sebaiknya hubungi pengelola homestay lebih dahulu agar tidak kehabisan kamar. Kontak yang bisa dihubungi ada di website tersebut.
Untuk oleh-oleh, wisatawan bisa memborong produk asli kawasan ini, antara lain kopi robusta, gula aren, rosela, teh asli, madu lebah liar, gula semut, dan sebagainya.
Tip Menjelajahi Situs Gunung Padang
Banyak hal yang harus diperhatikan ketika menjelajahi situs ini karena masih terus dalam tahap eksplorasi dan penelitian oleh para ahli. Berikut adalah tip penjelajahannya.
- Datang atau masuk lokasi sesuai dengan jam buka. Hindari datang atau tinggal diam-diam karena jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mungkin penjaga tidak tahu dan tidak bisa menolong.
- Perhatikan semua peraturan yang disampaikan atau ditempelkan sebelum masuk lokasi. Patuhi peraturan tersebut.
- Kenakan baju dan sepatu yang nyaman untuk mendukung aktivitas berjalan kaki.
- Jangan lupa membawa payung.
- Usahakan mengajak warga atau pemandu agar tidak hanya jalan-jalan, melainkan juga mendapatkan informasi seputar penemuan situs tersebut.
- Jangan menginjak, menduduki, menggeser, apalagi mengambil bebatuan di sekitar situs. Batu-batu tersebut cepat atau lambat akan digunakan untuk merekonstruksi susunan yang tepat setelah pada peneliti mengetahui bentuk aslinya.
- Bersikap sopan, baik ketika berada di seputar situs maupun di seputar Desa Wisata Karyamukti.
- Perhitungkan waktu kepulangan agar tidak kemalaman di jalan, baik yang naik kendaraan umum maupun membawa kendaraan sendiri karena jalannya berkelok-kelok.
Baca juga: Panduan Wisata ke Observatorium Bosscha: Mengunjungi Tempat Wisata Astronomi Terkenal di Indonesia
Demikianlah panduan praktis untuk wisatawan yang ingin mengunjungi Gunung Padang. Wisata ke situs purbakala di alam terbuka merupakan kombinasi antara wisata alam dan wisata sejarah. Wisata seperti itu akan mengembalikan kesegaran tubuh, meluaskan cakrawala, dan menambah wawasan.