JNEWS – Hari Radio Sedunia diperingati setiap 13 Februari untuk mengingat peran penting radio dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak pertama kali ditemukan, radio telah menjadi sumber informasi, hiburan, dan sarana komunikasi yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Meskipun kini banyak media baru bermunculan, radio tetap bertahan dengan beradaptasi mengikuti perkembangan zaman.
Sejarah Hari Radio
Hari Radio Sedunia diperingati setiap tanggal 13 Februari untuk menyoroti peran penting radio dalam kehidupan masyarakat global. Penetapan hari ini berawal pada tahun 2011, ketika negara-negara anggota UNESCO mencanangkan 13 Februari sebagai Hari Radio Sedunia. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari didirikannya Radio Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1946.
Pada 14 Januari 2013, Majelis Umum PBB secara resmi mengadopsi Hari Radio Sedunia sebagai hari internasional melalui resolusi A/RES/67/124. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dan media akan pentingnya radio, mendorong pengambil keputusan untuk menyediakan akses informasi melalui radio, serta memperkuat kerja sama internasional antar lembaga penyiaran.
Setiap tahun, Hari Radio Sedunia mengusung tema berbeda. Tema Hari Radio Sedunia tahun 2025 adalah “Radio dan Perubahan Iklim”. Tema ini menyoroti peran penting radio dalam mendukung masyarakat menghadapi tantangan perubahan iklim—sebuah isu internasional yang sudah sangat meresahkan.
Dengan tema ini, UNESCO mengajak seluruh profesional dan relawan radio di seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam peringatan ini. Harapannya, kesadaran akan kontribusi radio dalam mencapai tujuan internasional terkait perubahan iklim akan meningkat.
Baca juga: Cara Dengerin Lagu Bareng di Spotify Ternyata Mudah
Evolusi Radio dari Masa ke Masa
Hari Radio Sedunia bukan sekadar perayaan, tetapi juga pengingat tentang bagaimana radio telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Sejak pertama kali ditemukan hingga kini, radio terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan kebutuhan pendengar. Dari sinyal telegraf tanpa kabel hingga siaran digital dan streaming online, evolusi radio menunjukkan bagaimana media ini tetap relevan di setiap era.
Bagaimana perjalanan panjang radio dari masa ke masa? Ini dia kisah evolusinya.
Penemuan Awal dan Radio AM
Pada 1895, Guglielmo Marconi mengubah sejarah komunikasi dengan mengirimkan sinyal telegraf nirkabel pertama. Penemuan ini membuka jalan bagi teknologi radio dan mengubah cara manusia berkomunikasi jarak jauh. Tak lagi bergantung pada kabel, suara bisa menembus batas ruang dengan gelombang elektromagnetik.
Radio AM (Amplitude Modulation) menjadi format siaran pertama yang memungkinkan transmisi suara ke pendengar yang lebih luas. Teknologi ini membawa berita, musik, dan hiburan ke rumah-rumah. Hal ini menjadikannya media utama di awal abad ke-20.
Tahun 1920, KDKA di Pittsburgh, Amerika Serikat, mencetak sejarah sebagai stasiun radio komersial pertama dengan menyiarkan hasil pemilihan presiden. Kesuksesan ini memicu lahirnya banyak stasiun radio lain di berbagai negara.
Dalam dekade berikutnya, radio AM berkembang pesat. Berita terbaru, pertunjukan drama, musik, hingga siaran olahraga mengalir di gelombang radio, menemani kehidupan masyarakat setiap hari. Meski rentan gangguan atmosfer, popularitasnya terus meningkat, terutama di kota-kota besar yang haus akan informasi dan hiburan cepat saji.
Perkembangan Radio FM
Pada 1933, Edwin Howard Armstrong membawa revolusi dalam dunia penyiaran dengan menciptakan sistem modulasi frekuensi atau FM.
Jika radio AM sering terganggu oleh cuaca buruk dan suara bising dari perangkat listrik, FM hadir sebagai solusi dengan kualitas suara lebih jernih dan stabil. Teknologi ini memanfaatkan perubahan frekuensi gelombang radio untuk menghasilkan suara yang lebih bersih dan bebas gangguan.
Namun, butuh waktu bagi FM untuk mencuri perhatian. Hingga akhir 1940-an dan 1950-an, radio AM masih mendominasi, tetapi perlahan banyak penyiar beralih ke FM karena kejernihan suaranya yang lebih cocok untuk musik.
Dengan rentang frekuensi yang lebih luas, FM memungkinkan siaran lagu dengan fidelitas tinggi, membuat pengalaman mendengarkan jauh lebih nyaman. Tak heran, stasiun FM mulai bermunculan di Amerika Serikat dan Eropa sebelum akhirnya merambah ke seluruh dunia.
Pada 1960-an hingga 1980-an, popularitas FM semakin naik. Perangkat radio yang mendukung frekuensi ini makin mudah ditemukan, dan format siarannya pun lebih beragam. Tidak hanya musik, radio FM mulai menghadirkan talk show interaktif, berita, dan program hiburan lainnya.
Seiring perkembangan teknologi, FM tetap bertahan dan terus beradaptasi. Kini, siaran FM bisa dinikmati melalui perangkat digital dan mobile, bahkan terintegrasi dengan layanan streaming. Meski dunia penyiaran telah berubah, FM tetap menjadi bagian penting dalam perjalanan radio yang terus berevolusi.
Era Digital dan Streaming
Di era digital, radio tidak lagi sekadar kotak dengan antena yang menangkap gelombang siaran. Sekarang, radio bisa diakses dari mana saja, kapan saja, lewat internet dan berbagai platform digital. Tak perlu lagi menyesuaikan frekuensi atau khawatir sinyal hilang, cukup buka aplikasi streaming atau layanan radio online, dan siaran favorit langsung mengalir ke telinga.
Salah satu lompatan besar adalah hadirnya radio digital, yang menawarkan suara lebih jernih dan stabil dibanding siaran analog. Beberapa negara bahkan mulai meninggalkan AM dan FM, beralih sepenuhnya ke sistem digital yang lebih efisien.
Kemudian, ada radio internet dan layanan streaming yang semakin memperluas jangkauan. Kini, pendengar bisa menikmati siaran dari seluruh dunia tanpa batasan geografis. Platform seperti Spotify, Apple Music, dan TuneIn Radio membuat stasiun radio bisa diakses dengan satu klik. Teknologi ini juga dilengkapi dengan fitur pemutaran ulang dan rekomendasi konten.
Era digital juga melahirkan podcast, yang menawarkan kebebasan memilih konten sesuai selera dan waktu luang. Tak heran banyak stasiun radio yang ikut memanfaatkan podcast untuk menjangkau lebih banyak pendengar. Wawancara, berita, hingga cerita bersambung kini bisa dinikmati kapan saja, tanpa harus terikat jadwal siaran.
Dengan segala inovasi ini, radio tetap bertahan dan terus berevolusi. Dari perangkat konvensional hingga terintegrasi dengan smartphone, tablet, bahkan asisten virtual seperti Alexa dan Google Assistant, radio kini lebih fleksibel dari sebelumnya. Teknologi boleh berkembang, tapi satu hal yang pasti: radio tidak akan kehilangan suaranya.
Baca juga: Hari Kanker Sedunia: Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Kanker
Hari Radio Sedunia mengingatkan bahwa radio masih punya tempat di tengah gempuran media modern. Dari dulu jadi teman setia di rumah, mobil, hingga kini bisa didengar lewat streaming dan podcast. Bentuknya boleh berubah, tapi radio tetap hadir menghubungkan cerita, informasi, dan suara dari berbagai penjuru dunia.