JNEWS – Hutan Lindung Sungai Wain berada di utara Kota Balikpapan dan menjadi salah satu kawasan konservasi terpenting di Kalimantan Timur. Meski luasnya tidak sebesar hutan lain di Kalimantan, keberadaannya sangat krusial.
Kawasan ini menyimpan banyak keindahan alam. Keanekaragaman tumbuhan dan satwa masih terjaga hingga sekarang. Lanskap hutannya beragam, dari hutan rawa hingga hutan perbukitan. Semua ini membentuk ekosistem yang kaya dan seimbang.
Hutan Lindung Sungai Wain: Hutan Kecil dengan Peran Besar bagi Balikpapan
Hutan Lindung Sungai Wain berada di Kilometer 15, di bagian utara Kota Balikpapan. Lokasinya cukup strategis. Hutan ini dekat dengan jalan utama yang menghubungkan Balikpapan dan Samarinda di sisi timur. Di sisi barat, wilayahnya berbatasan langsung dengan Teluk Balikpapan.
Meski luasnya tidak terlalu besar, sekitar 10.000 hektare, perannya sangat penting bagi kota. Hutan ini termasuk hutan dataran rendah yang kini semakin langka. Keberadaannya jadi penyangga alami bagi lingkungan sekitar Balikpapan.
Fungsi utama Hutan Lindung Sungai Wain adalah sebagai sumber air bersih. Sekitar 25 persen kebutuhan air Kota Balikpapan berasal dari kawasan ini. Jumlah itu mencakup kebutuhan air bagi kurang lebih 700 ribu penduduk.
Tidak hanya untuk rumah tangga, air dari kawasan ini juga dipakai sebagai air baku untuk kilang minyak Pertamina. Tanpa hutan ini, ketersediaan air bersih Balikpapan akan sangat terganggu. Karena itu, kelestariannya tidak bisa ditawar.
Selain fungsi air, Hutan Lindung Sungai Wain juga menyimpan potensi besar di bidang lain. Kawasan ini cocok dikembangkan sebagai ekowisata berbasis alam. Banyak flora dan fauna khas Kalimantan yang hidup di dalamnya. Lingkungannya juga mendukung untuk kegiatan penelitian. Mulai dari riset kehutanan, keanekaragaman hayati, hingga perubahan iklim. Tidak sedikit pula lembaga pendidikan yang memanfaatkan kawasan ini sebagai tempat belajar langsung di alam.
Baca juga: Pesona Hutan Hujan Borneo, Salah Satu Hutan Tropis Terkaya di Dunia
Sejarah Pelestarian Hutan Sungai Wain

Sejarah pelestarian Hutan Sungai Wain sudah dimulai sejak lama. Pada tahun 1934, Sultan Kutai menetapkan kawasan ini sebagai hutan yang harus dilestarikan. Keputusan ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya hutan, bahkan sejak masa itu.
Kemudian pada tahun 1947, kawasan Hutan Sungai Wain mulai dimanfaatkan sebagai daerah tangkapan air. Fungsinya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan minyak. Pemanfaatan ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan fungsi lindungnya. Artinya, hutan tetap dijaga agar bisa terus menyuplai air secara berkelanjutan. Peran hutan sebagai penyangga industri dan kota mulai terlihat sejak periode ini.
Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain semakin serius setelah tahun 2002. Pemerintah Kota Balikpapan membentuk unit pengelola khusus untuk kawasan ini. Unit ini bertugas mengelola, menjaga, dan mengawasi HLSW secara lebih terstruktur. Sejak saat itu, upaya konservasi dilakukan dengan pendekatan yang lebih modern. Termasuk pengawasan kawasan, edukasi publik, dan kerja sama dengan berbagai pihak. Langkah ini penting agar Hutan Lindung Sungai Wain tetap lestari hingga masa depan.
Keanekaragaman Hayati Hutan Lindung Sungai Wain
Dikutip dari situs resmi Hutan Lindung Sungai Wain, kawasan ini dikenal sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Kalimantan Timur. Meski luasnya tidak terlalu besar, hutan ini menyimpan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa.
Keragaman Flora
Hutan Lindung Sungai Wain menyimpan kekayaan flora yang sangat tinggi. Lebih dari 1.000 jenis tumbuhan tercatat hidup di kawasan ini.
Banyak di antaranya merupakan pohon khas hutan dataran rendah Kalimantan. Ulin dan berbagai jenis meranti masih bisa ditemukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa hutan Sungai Wain masih terjaga dengan baik dan punya nilai penting bagi konservasi.
Salah satu kekayaan flora yang paling menarik dari kawasan ini adalah jahe Balikpapan. Tumbuhan ini merupakan jenis jahe dari marga Etlingera. Jahe ini tidak ditemukan di tempat lain, jadi bersifat endemik. Keberadaannya hanya tercatat di Hutan Lindung Sungai Wain.
Jahe Balikpapan pertama kali didokumentasikan oleh Axel Dalberg Poulsen, seorang ahli botani asal Denmark. Ia menemukannya saat melakukan penelitian jahe Etlingera di Kalimantan. Saat itu, ia menyadari bahwa tanaman ini berbeda dari jenis jahe yang sudah dikenal. Setelah diteliti lebih lanjut, tanaman ini ditetapkan sebagai spesies baru.
Spesies tersebut kemudian diberi nama Etlingera balikpapanensis. Penamaan ini merujuk langsung pada lokasi ditemukannya. Jahe Balikpapan dipublikasikan secara resmi dalam buku Etlingera of Borneo pada Agustus 2006. Penemuan ini menjadi bukti kuat bahwa hutan ini masih menyimpan banyak kekayaan hayati yang belum sepenuhnya terungkap.
Keragaman Fauna
Hutan Lindung Sungai Wain juga menjadi rumah bagi banyak satwa asli Kalimantan. Sayangnya, sebagian dari satwa ini kini berstatus terancam punah. Penyebab utamanya adalah hutan dataran rendah yang terus menyusut.
Sungai Wain menjadi sangat istimewa karena masih mampu menampung keanekaragaman satwa tersebut. Bahkan, kawasan ini dikenal sebagai satu-satunya hutan di Kalimantan tempat semua jenis kucing liar bisa hidup berdampingan. Fakta ini jarang ditemui di wilayah lain.
Burung-burung seperti enggang, ayam hutan langka, dan burung pelatuk masih sering terlihat di kawasan ini. Mamalia langka juga masih bertahan, seperti macan dahan dan lutung.
Satwa langka seperti macan dahan, beruang madu, lutung merah, lutung dahi putih, dan uwa-uwa juga masih bisa ditemukan di kawasan ini. Bekantan yang merupakan satwa endemik Kalimantan juga ada. Selain itu, ada kera ekor panjang dan beruk. Berbagai jenis kucing hutan, landak, tupai, musang, hingga binturong juga mendiami hutan ini. Di sepanjang sungai, berang-berang masih bisa dijumpai.
Dari kelompok burung, Sungai Wain dihuni banyak jenis burung hutan. Beberapa di antaranya tergolong langka dan endemik. Burung enggang, burung pelatuk, dan pegar masih hidup di kawasan ini. Ada pula burung tiong batu Kalimantan yang sangat khas.
Selain sebagai habitat tetap, hutan ini juga menjadi tempat singgah bagi burung yang bermigrasi. Salah satunya adalah enggang raja yang sering berpindah mengikuti ketersediaan pakan.
Baca juga: 7 Taman Hutan Raya Surabaya: Destinasi Wisata Alam yang Menyegarkan
Hutan Lindung Sungai Wain merupakan ruang hidup yang menjaga keseimbangan alam Balikpapan. Keindahannya tidak selalu terlihat mencolok, namun terasa dari suasana hutan yang masih utuh dan alami.
Bagi yang ingin berkunjung, kawasan ini terbuka untuk umum dengan tujuan ekowisata, edukasi, dan rekreasi terbatas. Pengunjung wajib melapor terlebih dahulu di Pos Ulin sebelum masuk kawasan.
Waktu terbaik untuk menjelajah adalah pagi hari, saat aktivitas satwa masih tinggi. Kegiatan yang dilakukan lebih menekankan pada belajar mengenal alam, bukan sekadar jalan-jalan santai. Aturan ini dibuat agar hutan tetap lestari dan fungsi konservasinya tetap terjaga.