Sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) buah kelapa sangat gampang dijumpai, namun tidak banyak yang memanfaatkan buah dengan nama latin Cocos Nucifera ini menjadi pundi rupiah sampai ke sabutnya.
Di tangan Suryadi, warga Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, sabut dari pohon seribu manfaat ini diolah menjadi cocopeat atau media tanam, sehingga bernilai ekonomis dan menyerap tenaga kerja tempatan.
Pemanfaatan sabut kelapa berawal dari kerisihan Suryadi terhadap sampah sabut kelapa yang dibuang begitu saja, mengakibatkan limbah sabut menjadi persoalan baru di desa Lurah Ampalu, Padang Pariaman.
Tidak dimanfaatkannya sabut-sabut kelapa itu menjadi ide brilian bagi Suryadi. Dengan inovasi, dan kreativitas, lelaki 50 tahun ini berhasil mengolah sabut kelapa dari limbah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi.
BACA JUGA:Â Melirik Peluang Bisnis Rental Sepeda di Tengah Pandemi
Jangkauan Pasar yang Luas
Suryadi mengumpulkan sabut kelapa dari petani, lalu memprosesnya menjadi cocopeat yang bisa dijadikan sebagai pupuk media tanam bagi masyarakat lokal untuk tanaman Palawija, kelapa sawit, dan cabai.
Target utamanya perusahaan-perusahaan dalam dan luar Sumatera Barat, agar bisa mengganti pupuk dari berbahan kimia menjadi cocopeat, terutama perusahaan kelapa sawit dan bubuk kertas dari akasia.
Sabut kelapa bisa dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai produk turunan. Pada dasarnya sabut kelapa atau coco fiber hanya dimanfaatkan sebagai bahan pembuat peralatan rumah tangga. Namun seiring perkambangan teknologi dan gaya hidup, pemanfaatan sabut kelapa semakin bervariasi, salah satunya sebagai cocopeat.
BACA JUGA:Â Kolaborasi JNE x LinkAja, Permudah Pembayaran Pengiriman Logistik dengan Non-tunai
Proses Pembuatan yang Mudah
Proses pengolahan serat sabut kelapa menjadi produk samping atau turunan berupa cocopeat tidaklah terlalu sulit, yakni dengan memproses sabut kelapa menjadi serbuk halus dengan cara digiling menggunakan mesin.
Kemudian sabut yang sudah halus (sudah menjadi serbuk) dijemur di bawah terik matahari hingga menjadi kering atau cocopeat, namun dicuci terlebih dahulu untuk mengurangi kadar garam dalam sabut.
Serbuk sabut yang sudah kering alias cocopeat bisa digunakan sebagai media tanam, karena memiliki sifat yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah. Itu sebabnya cocopeat banyak digunakan sebagai media tanam hortikultura dan rumah kaca.
Tentunya, dengan adanya pabrik sabut kelapa di Nagari Lurah Ampalu, dapat memotivasi desa-desa lainnya di Kabupaten Padang Pariaman untuk memanfaatkan sabut kelapa menjadi produk turunan lainnya.
BACA JUGA:Â JNE Cikarang, Terus Berlari Untuk Menjadi Market Leader di Kawasan Industri