JNEWS – Kampung adat Praijing berlokasi di Sumba Barat. Tempat ini dikenal sebagai tujuan wisata yang memukau karena keunikan budaya dan keaslian arsitekturnya.
Pemerintah setempat berupaya mengembangkan kampung ini sebagai salah satu destinasi utama untuk menarik lebih banyak pengunjung ke wilayah tersebut. Keindahan Kampung Praijing tidak hanya terletak pada arsitekturnya yang autentik, tetapi juga pada pemandangan alamnya yang meliputi hamparan luas persawahan yang menyejukkan mata.
Dengan demikian, pengunjung dapat merasakan keindahan alam sambil mengenal lebih dalam kekayaan budaya lokal.
Daya Tarik Kampung Adat Praijing
Kampung adat Praijing memperlihatkan keindahan alami yang menarik dengan rumah-rumah tradisional yang terbuat dari batu megalitik. Jumlah rumah tradisional di kampung ini awalnya berjumlah 42 unit. Namun, karena terjadi kebakaran hebat pada tahun 2000, saat ini hanya tersisa 38 rumah. Insiden tersebut telah mereduksi jumlah bangunan asli yang menjadi ciri khas dan kebanggaan kampung ini.
Rumah adat Praijing dikenal dengan dua nama: Uma Bokulu, yang berarti rumah besar, dan Uma Mbatangu, yang berarti rumah menara. Rumah-rumah ini memiliki struktur panggung dengan atap yang menjulang tinggi seperti menara.
Struktur rumah tradisional di Praijing terbagi menjadi tiga zona utama. Lei Bangun adalah area kolong rumah yang digunakan untuk memelihara ternak. Rongu Uma, atau tingkat kedua, merupakan tempat tinggal utama. Sementara itu, Uma Daluku atau loteng di puncak digunakan untuk menyimpan makanan dan alat-alat pusaka yang bernilai.
Pembagian ruang dalam rumah adat di Kampung Adat Praijing sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Marapu, yang dominan di kalangan masyarakat Sumba. Marapu dipercaya sebagai arwah leluhur yang mengawasi dan melindungi keturunan mereka dari menara rumah.
Menara ini, yang berada di bagian tengah, didukung oleh empat tiang utama yang juga berfungsi sebagai struktur penopang utama untuk seluruh bangunan.
Di bawah menara, tepat di antara keempat tiang tersebut, terdapat ruang yang digunakan untuk memasak. Asap dari perapian ini tidak hanya berguna untuk memasak tetapi juga mengawetkan makanan yang disimpan di atasnya. Hal ini memanfaatkan panas dan asap sebagai konsep pengawetan alami.
Di dalam rumah ini, terdapat tiang berukir yang membedakan pintu masuk untuk laki-laki dan perempuan. Menurut penjelasan di situs resmi pemerintah Sumba Barat, pintu yang diperuntukkan bagi laki-laki biasanya digunakan oleh kepala keluarga, sementara pintu perempuan digunakan oleh ibu rumah tangga ketika akan pergi ke pasar.
Di luar keunikan arsitektur, Kampung Praijing juga menyimpan sejarah lewat benda-benda megalitik seperti Dolmen, Menhir, dan Arca Megalitik yang terpelihara dengan baik, menambah nilai historis dan keindahan kultural kampung ini.
Baca juga: Kampung Adat Wae Rebo: Desa di Atas Awan dengan Keindahan yang Memukau
Panduan Wisata Ke Kampung Adat Praijing
Kampung Adat Praijing tepatnya berlokasi di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasinya yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat Kota Waikabubak menjadikannya destinasi yang mudah diakses.
Para pengunjung yang ingin memasuki Kampung Adat Praijing diharuskan membayar tiket masuk sebesar Rp25.000 per orang. Peningkatan jumlah pengunjung telah mendorong pemerintah dan warga setempat untuk menambah berbagai fasilitas guna meningkatkan kenyamanan dan pengalaman wisata.
Sebagai tambahan atraksi wisata di area ini, pengunjung memiliki kesempatan untuk menyewa pakaian adat dan mengambil foto di puncak bukit yang menawarkan pemandangan kampung yang menarik. Jalan yang sudah diaspal menuju puncak bukit memudahkan akses kendaraan, dan area parkir yang luas serta aman menambah kemudahan bagi pengunjung.
Warung kopi yang terdapat di kawasan ini juga menyediakan tempat yang nyaman bagi wisatawan untuk bersantai sambil menikmati suasana kampung. Fasilitas-fasilitas ini semakin memperkaya pengalaman saat mengunjungi kampung yang kaya akan budaya ini.
Kampung Adat Praijing bukan hanya menyajikan keunikan arsitektur tradisional, tetapi juga mengungkap kekayaan budaya Sumba yang sangat kaya.
Pengunjung bisa mendapatkan kesempatan langka untuk menyaksikan langsung cara hidup yang telah diwariskan turun-temurun, melalui rumah adat, upacara tradisional, dan kepercayaan Marapu yang masih terjaga. Pengalaman ini tidak hanya menambah wawasan tetapi juga memperkuat apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia.
Baca juga: Wisata Budaya di Nusa Tenggara Barat: Mengunjungi 5 Desa Adat yang Masih Asli
Dengan demikian, keberadaan kampung ini sangat penting sebagai salah satu jendela untuk melihat dan memahami kebudayaan yang unik serta langka di zaman modern ini.