Kemendag Yakin Ekspor RI Positif di Tahun 2021

Kemendag yakin ekspor RI di 2021 positif

Ekspor Indonesia di tahun 2020 mengalami kendala imbas dari pandemi COVID-19. Meski demikian, Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimis kinerja ekspor di tahun 2021 akan pulih dan tumbuh lebih baik dari tahun 2020. Kemendag pun yakin surplus neraca perdagangan pun diperkirakan akan kembali dinikmati Indonesia.

Pertumbuhan kinerja ekspor yang positif ini, menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Oke Nurwan ikut didorong oleh perekonomian global pada 2021 yang tumbuh positif karena masa pemulihan.

Oke pun kemudian mengutip World Economic Outlook yang dirilis International Monetary Fund (IMF) pada Oktober, dimana menurutnya perekonomian dunia bisa tumbuh 5,2 persen setelah diramal terkoreksi 4,4 persen pada 2020.

Baca Juga: Natal dan Tahun Baru Diprediksi Dongkrak Angkutan Kargo di Bandara Kualanamu

“Apalagi dengan dimulainya vaksinasi di sejumlah negara seperti Amerika Serikat yang akan menambah optimisme COVID-19 akan cepat diatasi sehingga kegiatan ekonomi dan perdagangan dapat terakselerasi,” kata Oke seperti mengutip Bisnis.com.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, lanjutnya, maka hal tersebut akan mendorong permintaan pada produk ekspor RI. Tak hanya itu, pasar utama seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat pun telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih cepat. Ketiga negara tersebut tercatat berkontribusi sebesar 41,5 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia ke dunia selama Januari-November 2020.

Di samping permintaan pada produk ekspor yang akan digenjot pemulihan ekonomi, harga sejumlah komoditas yang memiliki sumbangan besar pada ekspor pun diyakini akan meningkat. “Harga rata-rata internasional komoditas energi akan naik 9,3 persen secara tahunan dan komoditas non-energi naik 1,7 persen,” terangnya.

Lebih lanjut Oke mengatakan, apabila kenaikan harga energi akan kembali meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, terutama batu bara yang memiliki kontribusi relatif besar terhadap total ekspor.

Seperti diketahui, melemahnya permintaan dan menurunya harga membuat ekspor bahan bakar mineral RI terkoreksi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjterlihat bahwa ekspor bahan bakar mineral terkoreksi 25,32 persen sepanjang Januari-Oktober 2020 dengan nilai USD 14,03 miliar dengan kontribusi pada total ekspor nonmigas sebesar 11,23 persen.

Baca Juga: Bea Cukai Yakin Konsolidator Permudah Ekspor

Membaiknya permintaan terhadap produk ekspor RI yang dan terjaganya harga komoditas diyakini akan kembali membawa neraca dagang ke posisi surplus. Meskipun Oke menyebut impor akan perlahan pulih akibat peningkatan aktivitas industri, dia meyakini ekspor tetap akan tumbuh karena impor sebagian dilakukan untuk bahan baku tujuan ekspor.

“Secara historis defisit neraca perdagangan terjadi karena tingginya defisit sektor migas. Sementara nonmigas selalu surplus,” kata Oke.

Sebelumnya Menteri Perdagangan 2019-2020 Agus Suparmanto menargetkan ekspor non migas Indonesia akan mencapai USD 180 miliar di tahun 2021. Target tersebut didorong oleh perbaikan ekonomi global akibat terdistribusinya vaksin dan penanganan Covid-19 yang lebih baik.

Ekspor non migas RI sepanjang Januari-November 2020 sendiri terkoreksi 2,18 persen dari US$142,60 miliar pada tahun lalu menjadi US$139,49 miliar. Namun capaian ini telah melampaui target ekspor nonmigas yang direvisi pemerintah yang dipatok US$130 miliar untuk tahun ini.

Baca Juga: Pemberian Insentif Jadi Solusi Kelangkaan Kontainer

Exit mobile version