JNEWS – Kakao adalah salah satu komoditas unggulan dari Indonesia yang banyak diminati pasar luar negeri. Bahan dasar untuk membuat coklat ini memiliki potensi dan peluang cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat program strategis pertanian khususnya terkait hilirisasi perkebunan. Salah satunya dengan menggelar Talkshow Tani on Stage (TOS) belum lama ini di Yogyakarta. Kegiatan yang mengusung tema “Inovasi Hilirisasi Kakao: Dari Biji ke Cokelat Bernilai Tambah” ini mendapat sambutan antusias dari para peserta.
Menurut Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman subsektor perkebunan memiliki potensi ekonomi luar biasa bila dikelola secara terintegrasi, salah satunya adalah kakao. “Kita tidak boleh lagi menjual bahan mentah. Saatnya petani menjadi pengusaha. Hilirisasi kopi, kakao, lada, pala, kelapa, tebu, jambu mete, sawit, hingga gambir harus kita dorong agar nilai tambahnya tinggal di desa. Dengan begitu, manfaatnya dirasakan langsung oleh petani kita, oleh bangsa kita, bukan dibawa ke luar negeri,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Mentan Andi Amran, mengajak generasi muda untuk tidak ragu terjun ke dunia pertanian dan perkebunan yang menurutnya memiliki peluang besar untuk meraih kesuksesan. Sebab, pemerintah saat ini sedang gencar menggalakkan swasembada pangan.
Kegiatan TOS sendiri menghadirkan para narasumber yang membagi pengalaman dan pandangan mengenai peluang pengembangan industri kakao dari hulu ke hilir, inovasi teknologi pengolahan, hingga potensi ekonomi kreatif berbasis produk cokelat lokal.
Salah satu narasumber, Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknik Pertanian, UGM, Arifin Dwi Saputro, mengungkapkan bahwa pengembangan industri hilirisasi kakao di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, terutama dari sisi ketersediaan bahan baku dan penerapan teknologi pengolahan yang optimal. “Tantangan hilirisasi kakao di Indonesia tidak hanya pada aspek teknis, tetapi juga pada faktor sosial dan budaya konsumsi,” ujarnya.
Baca juga: Permakultur: Bertani di Halaman Belakang Rumah
Untuk itu ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengembangkan kualitas dan keberlanjutan industri cokelat nasional. “Pengembangan kualitas cokelat tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada sinergi antara produsen, akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha,” tambahnya.
Sementara itu, pendiri dan pengelola Omah Kakao Doga, Ahmad Nasrodin berbagi pengalaman dan pandangannya selama 17 tahun bergelut di dunia usaha pengolahan kakao. Ia menekankan pentingnya menumbuhkan rasa cinta terhadap sektor pertanian, khususnya komoditas pangan, sebagai dasar motivasi bagi generasi muda.
“Yang terpenting adalah menumbuhkan rasa mencintai terlebih dahulu terhadap dunia pertanian. Jangan takut terjun ke sektor pertanian, khususnya pangan, karena di sana ada nilai religius dan keberkahan. Jangan takut menjadi petani pangan, karena justru dari situlah ketahanan pangan dan kemandirian bangsa dibangun,” katanya.
Saat ini masih belum banyak para pelaku UMKM yang memanfaatkan olahan biji kakao padahal pangsa pasar dan peluangnya cukup besar, mengingat masyarakat Indonesia banyak yang menyukai coklat. *











