JNEWS – Keraton Kanoman menjadi salah satu saksi bisu perjalanan panjang Cirebon sejak masa kejayaannya hingga kini. Sebagai tempat tinggal para sultan, keraton ini juga merupakan pusat budaya dan tradisi yang masih dijaga dengan penuh hormat.
Sejarah Keraton Kanoman Cirebon
Keraton Kanoman berdiri sebagai bagian dari sejarah panjang Kesultanan Cirebon yang pada awalnya dipimpin oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Setelah beliau wafat, Kesultanan Cirebon diteruskan oleh keturunannya. Namun, pada pertengahan abad ke-17, muncul konflik internal keluarga dan campur tangan politik dari Kesultanan Mataram.
Sekitar tahun 1666, Kesultanan Cirebon berada di bawah pengaruh Pangeran Rasmi, menantu Sultan Amangkurat I dari Mataram, yang menjadi penguasa setelah diangkat sebagai wakil Mataram di Cirebon. Hal ini memicu ketidakpuasan di kalangan keluarga besar Kesultanan Cirebon, karena dianggap melemahkan kedaulatan Cirebon.
Akhirnya terjadi pembagian kekuasaan untuk meredam konflik. Kesultanan Cirebon kemudian terpecah menjadi tiga bagian, yaitu Kesultanan Kasepuhan, Kesultanan Kanoman, dan Panembahan Keprabonan
Pada tahun 1677–1678, Pangeran Muhammad Badrudin Kertawijaya, cucu Sunan Gunung Jati, mengambil alih salah satu bagian kekuasaan dan menjadi sultan pertama Keraton Kanoman, bergelar Sultan Anom I.
Baca juga: 10 Tempat Wisata Cirebon yang Populer dan Wajib Dikunjungi saat Liburan
Daya Tarik Wisata di Keraton Kanoman Cirebon
Kompleks Keraton Kanoman Cirebon ini menyuguhkan banyak hal menarik, mulai dari arsitektur dengan detail penuh makna, hingga tradisi yang masih hidup sampai sekarang. Berikut beberapa daya tarik yang bisa dinikmati saat berkunjung ke Keraton Kanoman, lengkap dengan kisah dan filosofi di baliknya.

1. Pintu Masuk (Lawang)
Keraton Kanoman punya beberapa lawang atau pintu masuk yang masing-masing punya makna sendiri. Lawang Syahadat jadi pintu utama yang melambangkan kesucian hidup, seolah mengingatkan siapa pun yang masuk untuk menjaga hati tetap bersih.
Ada juga Lawang Kiblat yang mengarah ke kiblat, simbol kuat nilai spiritual Islam. Lawang Siblawong dipercaya membawa keselamatan dan perlindungan, biasanya dipakai dalam upacara adat. Terakhir ada Lawang Kejaksan yang sering digunakan untuk urusan resmi atau administrasi kerajaan.
Setiap lawang ini tak hanya sekadar pintu, tapi juga petunjuk makna perjalanan di dalam keraton.
2. Sanggar Kemuning
Sanggar ini adalah tempat para putri keraton berlatih tarian tradisional. Letaknya di halaman yang luas dan teduh, membuat suasana jadi tenang dan indah. Kadang pengunjung bisa melihat sendiri para putri menari diiringi gamelan. Sanggar Kemuning membawa nuansa lembut di tengah bangunan megah, menunjukkan sisi seni dan kehalusan budaya yang masih terjaga sampai sekarang.
3. Bale Manguntur dan Paseban
Dua bangunan ini dulunya jadi pusat kegiatan politik dan sosial di keraton. Bale Manguntur adalah tempat sultan berbicara di depan rakyat. Hanya keluarga inti yang boleh masuk ke dalamnya karena dianggap sakral.
Sementara Paseban dipakai rakyat untuk menunggu giliran menghadap sultan. Di sini rakyat bisa menyampaikan permohonan atau keluhan. Dua bangunan ini menunjukkan bagaimana hubungan penguasa dan rakyat diatur dengan penuh wibawa dan aturan yang jelas.
4. Mande Pancaratna dan Pancaniti
Dua tempat ini terkenal misterius dan tidak sembarang orang boleh masuk. Mande Pancaratna dan Pancaniti diyakini sebagai tempat para prajurit berjaga. Sampai sekarang, pengunjung hanya boleh melihat dari luar. Banyak yang bilang suasananya terasa angker dan berbeda, memberi kesan mistis yang jadi daya tarik sendiri.
5. Patung Harimau dan Gedung Pusaka
Di halaman keraton, berdiri gagah patung harimau yang jadi ikon dari Prabu Siliwangi. Banyak pengunjung suka berfoto di sini karena patung ini melambangkan kekuatan dan keberanian.
Tak jauh dari situ ada Gedung Pusaka. Bangunan ini menyimpan banyak benda bersejarah seperti keris, tombak, kain pusaka, sampai kereta kuno. Semua pusaka ini dirawat baik-baik sebagai warisan budaya yang sangat berharga.
6. Tujuh Sumur Keraton
Tujuh sumur ini terletak di area sakral bernama Kebon Jimat. Masing-masing sumur dipercaya punya khasiat yang berbeda. Yang paling terkenal adalah Sumur Penganten, konon bisa membantu mempermudah urusan jodoh jika membasuh muka dengan airnya.
Karena lokasinya di area suci, pengunjung biasanya hanya boleh melihat dari jauh atau butuh izin khusus untuk mendekat. Suasana di sini terasa sangat tenang sekaligus penuh makna.
Panduan Kunjungan ke Keraton Kanoman Cirebon
Keraton Kanoman berada di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasinya masih berada di pusat kota, jadi cukup mudah dijangkau dari mana saja.
Suasana di sekitarnya sudah terasa khas dengan deretan rumah tua, toko-toko kecil, dan becak yang hilir-mudik. Begitu sampai di depan gerbangnya, hawa sejuk langsung terasa, berbeda dengan hiruk pikuk jalanan di luar.
Kalau berangkat dari Terminal Harjamukti, perjalanan menuju Keraton Kanoman biasanya memakan waktu sekitar 25 menit jika naik becak. Sepanjang perjalanan, bisa sambil menikmati pemandangan jalanan kota dan aktivitas warganya. Kalau pakai kendaraan pribadi, jaraknya lebih dekat, hanya sekitar 10 menit saja ke arah timur laut. Dari Stasiun Kereta Api Kejaksan pun jaraknya kurang lebih sama, hanya butuh sekitar 10 menit perjalanan. Lokasinya memang strategis dan mudah ditemukan.
Harga tiket masuknya juga ramah di kantong. Pengunjung hanya perlu membayar sekitar Rp10.000 per orang. Dengan harga segitu, sudah bisa berkeliling dan menikmati suasana keraton yang penuh sejarah. Jam bukanya mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB. Waktu paling nyaman untuk datang biasanya di pagi atau sore hari ketika matahari tidak terlalu terik dan suasana lebih tenang.
Baca juga: Panduan Wisata Religi: Mengunjungi Makam Wali Songo
Keraton Kanoman memberi cara berbeda untuk mengenal Cirebon lebih dekat. Berkunjung ke sini bukan cuma soal jalan-jalan, tapi juga tentang menghargai warisan yang telah ada jauh sebelum zaman ini.