Kantor Perwakilan (KP) JNE Entikong, Kalimantan Barat, merupakan kantor perwakilan JNE terluar yang lokasinya berada di tapal batas Indonesia dan Malaysia. Seiring dengan tumbuhnya perekonomian masyarakat di perbatasan, KP JNE Entikong makin berkembang dan dikenal luas oleh masyarakat di sana.
Perbatasan adalah cermin dari wajah sebuah negara. Hal ini yang kemudian mendorong pemerintah merenovasi sejumlah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) atau cross border, termasuk di antaranya PLBN Entikong di Jalan Lintas Malindo, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat yang kini semakin cantik dan megah.
Berkat renovasi, lalu lintas antar warga dari kedua negara yakni Indonesia dan Malaysia kian waktu semakin sibuk, baik itu untuk keperluan berwisata, perjalanan bisnis dan lain sebagainya. Terlebih lagi, PLBN Entikong sekarang mulai memiliki fasilitas penunjang yang memadai, seperti penginapan, pasar, dan terminal barang, hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri bagi para pengunjung maupun pelintas batas.
Hanya berjarak sekitar 4 kilometer dari PLBN Entikong, terdapat KP JNE Entikong, yang kehadirannya memudahkan masyarakat di tapal batas mengrimkan paket, apakah itu kiriman dengan tujuan dalam negeri Indonesia maupun ke negara jiran Malaysia.
Menurut Kepala KP JNE Entikong, Febri Sutrisno, cross border mulai dibuka normal sejak melandainya covid. Warga antar negara sudah dapat ke luar masuk, hanya saja untuk barang belum sepenuhnya bisa keluar masuk karena masih ada sebagian yang dibatasi. “Sekarang untuk orang, masuk ke Malaysia atau sebaliknya sudah normal, namun untuk barang masih sebagian ada yang dibatasi,” ujar Febri saat berbincang dengan JNEWS, Senin (25/7/2022).
Baca juga: JNE Buka Agen di Tapal Batas Timor Leste
Febri yang juga menjadi Kepala KP JNE Ngabang, yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan darat dari Entikong mengungkapkan, proses pengantaran paket untuk pelanggan berdomisili Malaysia, biasanya diawali dengan komunikasi via HP. Mereka memberi alamat KP JNE Entikong dan setelah paket sampai baru kemudian petugas JNE menghubungi penerima paket. Setelah itu customer dari Malaysia mengambil paketnya ke kantor KP JNE.
“Pada dasarnya kami terus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk customer baik warga Indonesia maupun Malaysia yang ada di perbatasan. Kepercayaan customer adalah yang utama dan itu yang kami pegang teguh,” ungkap Febri.
Menurutnya, dengan kasus Covid-19 yang kian menurun, banyak terdapat potensi kiriman di tapal batas yang akan terus dikembangkan, terutama kiriman dari sektor kuliner, di mana baik Indonesia maupun Malaysia mempunyai jenis kuliner unggulan masing-masing dengan harga kompetitif.
“Kalau dari Entikong, ada makanan jenis keripik dan yang lainnya yang disukai warga Malaysia. Begitu juga sebaliknya, dari Malaysia ada jenis mie instan dan minuman cokelat, yang rasanya enak, harga murah dan disukai warga Entikong. Selain itu, saat ini para Pekerja Migran Indonesia (PMI) juga sudah banyak kirim paket untuk keluarganya di Pulau Jawa. Begitu juga pihak KJRI Kuching sering mengirim dokumen melalu JNE,” jelas Febri.
“Untuk meningkatkan kiriman salah satunya kami melayani pickup, baik itu paket kecil maupun besar. Begitu juga kami adakan program untuk terus memperkenalkan JNE ke para pekerja migran yang bekerja di Khucing, Malaysia,” tambahnya.
Terkait keberadaan UMKM di tapal batas, menurut Febri, belum terlalu banyak karena hanya bersifat mengisi waktu senggang dengan produk unggulan berupa kerajinan tangan seperti baju adat Dayak.
“Meski berada di perbatasan, saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar JNE. JNE sangat dikenal di perbatasan, termasuk oleh warga Malaysia. JNE akan selalu ada ketika mereka membutuhkannya,” tandas karyawan yang mulai bergabung di JNE 2014 ini. “Saat ini saya diberi amanah sebagai Kepala KP JNE Entikong dan KP JNE Ngabang yang mempekerjakan 12 karyawan dengan didukung oleh 11 agen,” pungkasnya. (PW/DS)
Baca juga: Lika-liku Mengantarkan Paket di Kepulauan Karimunjawa