Matahari tidak kunjung muncul, Suwandi tetap bergegas berangkat untuk menjalani aktifitas hariannya sebagai kurir JNE. Rabu (30/12/2020), kondisi cuaca memang tidak terlalu bagus. Pukul 06.00 WIB, dia sudah mulai menuju ware house barang untuk bersiap mengantarkan barang yang akan dia kirim.
Suwandi sudah menjalani kurir JNE selama sembilan tahun atau sejak 2011. Tiap hari, satu bekal yang tak pernah dia lupa adalah doa dari keluarga. Pekerjaan sebagai kurir tentu ada resiko sebab bisa sesuatu yang tidak diinginkan terjadi saat di jalan.
“Bekal pertama saya doa dari keluarga sebelum berangkat. Tentu saya yang harus hati hati saat di jalan, tapi doa ini tambahan semangat buat saya,” ucapnya kepada TIMES Indonesia.
Motor tiap pagi selalu dia periksa kesiapannya. Nah, selama 9 bulan terakhir, ada barang tambahan yang selalu dibawa oleh Suwandi. Perlengkapan protokol kesehatan mulai masker, sarung tangan hingga hand sanitizer.
“JNE ingin menjaga protokol kesehatan dengan baik. Di teman teman kurir, kami wajib membawa perlengkapan ini,” ungkapnya.
Baca Juga: 15 Tahun Jadi Agen JNE, Een dari Tak Punya Kini Jaya dengan 17 Armada
Hari Rabu itu, TIMES Indonesia berkesempatan mengikuti rute kurir JNE ini saat mengirim barang. Tidak mudah ternyata. Namun mereka tampak menjalaninya dengan semangat. Tak hanya karena ini pekerjaannya, tapi juga karena sudah ada yang menunggu barang datang di rumah konsumen.
Sebelum barang sampai di tangan pelanggan, barang sudah sesuai dengan area dimana kurir akan mengantar. Hari itu, Suwandi akan mengantar ke area Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Satu area yang paling dekat dengan lereng Gunung Semeru dan Gunung Bromo.
“Kami dari kurir tinggal mengantarkan saja ke alamat yang sudah ditentukan. Kebetulan saya memang area Poncokusumo, dekat gunung Bromo dan Semeru,” ceritanya.
Rute pertama pun kita tuju. Tertera alamat Jalan Wonorejo 160. Suwandi mengucapkan salam dan mengetuk pintu. Tunggu dulu, sebelum dia melakukan itu menariknya barang selalu dia semprot lagi dengan hand sanitizer lagi agar konsumen merasa aman saat menerima barang.
“Benar dengan ibu Hartatik? Maaf penerimanya dengan siapa ya,” ucapnya kepada konsumen.
“Ya saya sendiri mas, Hartatik,” kata konsumen singkat.
Kemudian Suwandi meminta izin memfoto jika barang sudah diterima, sebagai ganti tanda tangan penerima paket yang sementara dihilangkan karena masih masa pandemi.
“Terima kasih ibu,” timpal Suwandi kemudian kembali ke motornya untuk menuju alamat berikutnya.
Rute demi rute ditempuh oleh Suwandi. TIMES Indonesia ikut hingga lima rute. Total hari Rabu itu, Suwandi mengantarkan hingga 82 alamat se area Kecamatan Poncokusumo.
Baca Juga: Hadir di Pulau Terluar, Upaya JNE Merajut Kebahagiaan Masyarakat Kepulauan Meranti
Kepada TIMES Indonesia, Suwandi mengaku ada beberapa cerita berkesan selama dia berprofesi sebagai kurir JNE. Area Kecamatan Poncokusumo yang merupakan wilayah lereng gunung ada tantangan sendiri buatnya.
Ia mengungkapkan pernah mengantarkan barang hingga Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo. Sebuah desa yang paling dekat dengan Gunung Bromo.
“Saat itu kami kirim paket sampai dengan daerah Ngadas pada saat kabut turun dengan jarak pandang yang terbatas. Kita ketahui bahwa lokasi menuju daerah Ngadas kanan kiri itu hutan lindung,” kata Suwandi.
Tak hanya itu, Suwandi bercerita pernah diberi teh hangat oleh pemilik rumah karena saat mengantarkan barang sedang hujan deras dan dia memilih berteduh.
“Pernah juga saat hujan deres berteduh di depan rumah orang. Karena mungkin kasihan, sama yang punya rumah dikasi teh hangat,” ungkapnya.
Namun bagi Suwandi, satu hal yang paling membahagiakan ketika menjadi seorang kurir JNE adalah tersenyumnya pelanggan saat menerima barang yang mereka tunggu tiba tepat waktu.
JNE Malang, dari Lereng Gunung Hingga Pesisir Pantai
Suwandi memang menjadi salah satu bagian kurir dari pelayanan JNE Cabang Utama Malang. Sebuah wilayah yang cakupannya luas, dari lereng gunung hingga pesisir pantai. Bahkan juga wilayah Kota Blitar dan Kabupaten Blitar.
Public Relation JNE Cabang Utama Malang, Demitria Valentina mengungkapkan Suwandi merupakan salah satu dari 400-an kurir yang ada dalam wilayah pelayanan cabang utama Malang. Cerita unik dan berkesan selalu hadir dari tiap kurir.
“Kalau dari Pak Suwandi hingga lereng gunung. Pernah ada kurir di wilayah Malang pakai getek karena wilayah yang diantar barangnya harus melewati sungai,” ungkapnya kepada TIMES Indonesia.
Perempuan yang akrab disapa Demi ini mengungkapkan tiap kurir rata rata membawa 80-150 barang tiap harinya untuk diantarkan.
“Para kurir juga diberkali sesuai dengan core volue JNE yaitu jujur, disiplin, bertanggung jawab dan visioner,” katanya.
Adanya pandemi Covid-19 juga menjadi perhatian khusus JNE Cabang Utama Malang. Para kurir yang langsung berinteraksi dengan konsumen selalu diwajibkan menerapkan protokol kesehatan saat mengantarkan barang.
“Teman teman di kurir wajib cuci tangan, menggunakan hand sanitizer dan menggunakan masker. Untuk barang yang keluar masuk warehouse, wajib disemprot cairan disinfektan. Dan untuk proses tanda terima paket tidak lagi tanda tangan tapi dengan foto,” ungkap Demitria.
Cakupan pelayanan JNE Cabang Utama Malang memang luas. Ada lima area yang dilayani yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota Blitar hingga Kabupaten Blitar. Ada tiga kantor perwakilan JNE Malang yaitu Jalan Suropati Kota Malang, Kecamatan Dau dan Sumbermanjing Kulon.
Pelayanan JNE Cabang Utama Malang juga didukung oleh lima cabang yaitu Batu, Kepanjen, Turen, Bululawang hingga Blitar. Ada 58 agen yang siap melayani para konsumen. 10 agen di wilayah Blitar, 3 di wilayah Kota Batu, 15 di wilayah Kabupaten Malang dan 30 di wilayah Kota Malang.
Demitria Valentina mengungkapkan ada satu pelayanan unggulan dari JNE Cabang Utama Malang yaitu layanan AM:PM. Sebuah layanan untuk konsumen yang datang ke Counter JNE Cabang Utama Malang maksimal hingga pukul 11.00 maka sore hari paket sudah ada di tangan penerima.
“Ini kami berikan agar kebahagiaan bisa segera sampai di tangan penerima. Jangkauan dari layanan ini juga bisa sampai pelosok desa,” sambungnya.
30 Tahun JNE, Bahagia Bersama
Pelayanan yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia ini merupakan wujud berbagi kebahagiaan JNE yang usianya sudah mencapai 30 tahun.
M Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE mengatakan bisnis JNE dijalankan dengan tagline “Connecting Happiness” yang berarti mengantarkan kebahagiaan.
“Luas maknanya. Bicara tentang JNE bukan hanya soal pengiriman paket tapi banyak aspek di tiap kehidupan masyarakat. Karena empat faktor mulai SDM, infrastruktur, teknologi informasi hingga lingkungan sekitar menjadi perhatian utama perusahaan,” ucapnya.
30 tahun JNE, ribuan pekerja berada di sekitar 7000 titik pelayanan di seluruh Indonesia. Bagi Feriadi Soeprapto, pelanggan adalah raja. Dan pihaknya ingin selalu konsisten dalam melayani dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan orang orang di sekitarnya.
“Sesuai dengan tagline, kami dari JNE hadir tidak hanya sekedar layanan jasa pengiriman. Tapi juga menyangkut hajat hidup dalam berbagai aspek dan dinamika kehidupan sosial masyarakat,” sambungnya.
“Kami ingin semua dirangkai dalam kebahagiaan sebagai wujud tanggung jawab pada lingkungan sekitar dan memberi kontribusi positif dalam membangun peradaban bangsa,” pungkas M Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE.
Baca Juga: Tiga Dekade, JNE Antarkan Kebahagiaan dari Hulu hingga Hilir