Bermodalkan pengalaman dalam membuat kue, Sarah Haris pemilik UMKM Syarah Bakery di Bengkulu, memberanikan diri untuk keluar dari pekerjaannya dan mulai usaha mandiri.
Dirintis sejak 2016, Syarah Bakery yang berangkat dari usaha rumahan akhirnya berhasil membangun UMKM yang kini boleh dibilang cukup memiliki nama besar di Bengkulu. Bahkan sudah sampai memiliki tempat sendiri dan berinovasi dengan ragam produk makanannya.
Menurut Sarah, semua jerih payahnya saat ini tak lepas dari kerja keras yang diimbangi dengan kemauan kuat. Paling penting lagi, memiliki sifat untuk maju dan berkembang.
BACA JUGA :Â Peran JNE Gairahkan UMKM di Bengkulu
“Saya memberanikan diri untuk keluar dari pekerjaan saja dan mengambil risiko memulai usaha. Jujur, saat itu tidak tahu akan bisa seperti ini, tapi pada intinya saja melakukan apa yang saya suka dan berani keluar dari zona nyaman,” kata Sarah dalam webina Ngajak Online JNE Bengkulu.
Langkah Sarah dimulai ketika dia membuat camilan ringan untuk kalangan tempat kerjanya. Ketika mendapat sambutan positif dari rekan-rekannya, Sarah pun mulai memikirkan hal yang lebih besar, yakni memasarkan camilan tersebut melalui jalur media sosial pada 2017.
Seiring waktu berlalu, usaha camilannya mulai digemari. Bahkan pemasaran melalui jejaring online pun berbuah manis sehingga Syarah Bakery mulai banjir pesanan.
Dari hal itu, akhirnya Sarah memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya dan mulai membangun UMKM-nya. Langkah berani yang diambil Sarah patut diacungi jempol, bahkan ketik memulai usaha dari garasi rumah, dia nekad untuk menerika order meski secara saranan kurang memadai.
BACA JUGA :Â Hyperlocal, Jurus Tokopedia Dongkrak UMKM Tanah Air
“Sempat bingung waktu itu, karena peralatan untuk masak pun tidak lengkap, SDM yang kompeten pun juga tidak ada. Jadi yang berani mencoba saja sampai akhirnya seperti ini. Tentu semua usaha saja juga tidak lepas dari peran dukungan suami,” katanya.
Ketika ditanya modal awal dia membuat camilan, Sarah mengatakan hanya dari belanja seadanya untuk membuat bahan saja. Nilainya pun tak lebih dari Rp 100.000. Sementara untuk keahliannya memasak dan membuat makanan serta roti, dipelajari secara otodidak.
Modal inovasi makanan ringan hingga roti, dan yang paling favorit adalah Bolu Lapis Durian, dihasilkan dari kemauan untuk berkerasi mencari sesuatu yang beda.
Bahkan untuk mengembangkan inovasi jajaran menunya, Sarah pun rutin online, mengikuti komunitas, juga sampai ke luar kota untuk mecari resep baru bagi UMKM Syarah Bakery.
“Produk awal camilan, baru pada 2019 ada roti, lalu bronis, dan kue ulang tahun juga. Sekaran banyak varian dan pelanggan memang meningkat. Pada intinya berani ambil risiko dan berinovasi agar tidak stagnan, lalu melihat kebutuhan dari konsumennya juga,” ucap Sarah.
BACA JUGA :Â Sepatu Kulit Asal Medan Tembus Pasar Malaysia
Semangat usaha mandiri yang dilakoni Sarah bisa menajdi inspirasi bagi semua orang. Terlebih di tengah badai Covid-19 saat ini di mana semua orang ditutut untuk melihat peluang usaha yang ada.
Berangkat dari garasi rumah dengan 15 orang pegawai, kini Syarah Bakery sudah memiliki 73 pegawai dengan mendirikan tokonya di sebuah ruko.