JNEWS – Konklaf adalah salah satu tradisi paling sakral dan tertutup dalam Gereja Katolik, yang kembali menjadi sorotan setelah wafatnya Paus Fransiskus. Proses ini selalu menarik perhatian dunia karena hanya para kardinal saja yang punya hak ikut memilih, dan semuanya berlangsung di balik pintu tertutup yang dijaga ketat.
Di balik tradisinya yang penuh simbol dan doa, konklaf menyimpan sejarah panjang yang pernah diwarnai konflik, ketegangan, bahkan krisis. Setiap kali dimulai, dunia menunggu — bukan hanya soal siapa yang akan terpilih, tapi juga arah baru seperti apa yang akan dibawa oleh pemimpin umat Katolik berikutnya.
Konklaf Adalah Bagian dari Sejarah Panjang Gereja Katolik
Proses pemilihan Paus dalam Gereja Katolik tidak selalu seteratur seperti sekarang. Sebelum konklaf diberlakukan, pemilihan kerap diwarnai tarik-menarik politik, tekanan eksternal, dan berlangsung sangat lama. Konklaf adalah jawaban atas kebutuhan akan sistem pemilihan yang tertib, cepat, dan bebas dari campur tangan luar.
Awal Pemilihan Paus: Sebelum Ada Konklaf
Pada abad-abad awal Kekristenan, pemilihan Uskup Roma — yang kemudian dikenal sebagai Paus — dilakukan oleh komunitas Kristen setempat. Campur tangan umat, rohaniwan, bahkan penguasa sipil sangat kuat. Baru pada abad ke-11, hak memilih Paus mulai dibatasi hanya pada kardinal, meskipun praktiknya masih sering melibatkan tekanan dari luar, terutama kekuasaan monarki dan kekaisaran.
Krisis Viterbo: Titik Balik Sejarah
Titik balik utama dalam sejarah konklaf adalah pada tahun 1268. Setelah Paus Klemens IV wafat, para kardinal berkumpul di Kota Viterbo, Italia, untuk memilih pengganti. Namun, prosesnya berlarut-larut tanpa kesepakatan selama hampir tiga tahun. Kebuntuan ini membuat warga kota frustrasi.
Dikutip dari uCatholic, penduduk Viterbo lantas mengambil langkah ekstrem untuk mengatasinya. Mereka mengunci para kardinal di ruang pemilihan, membatasi makanan, dan bahkan mencopot atap tempat pertemuan agar kardinal merasakan langsung panas dan hujan. Tindakan ini akhirnya memaksa para kardinal menyepakati pilihan dan memilih Paus Gregorius X.
Konklaf Diresmikan Lewat Dekrit Paus
Merespons pengalaman traumatis di Viterbo, Paus Gregorius X mengeluarkan dekrit Ubi Periculum pada tahun 1274, dalam Konsili Lyon Kedua. Dekrit ini menetapkan prosedur baru, yakni para kardinal harus berkumpul dalam ruang tertutup tanpa akses keluar sampai Paus terpilih.
Istilah conclave berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti “dengan kunci”, menandakan para pemilih dikurung sampai menghasilkan keputusan. Tujuannya jelas — mencegah pengaruh politik, mempercepat proses, dan menjaga kekhusyukan.
Perjalanan Panjang dan Pasang Surut
Meskipun Ubi Periculum sempat dicabut dan dipulihkan beberapa kali oleh paus-paus sesudahnya, prinsip konklaf adalah tetap. Prosedur ini akhirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Gereja Katolik. Dari abad ke-14 hingga abad ke-19, berbagai konklaf berlangsung dengan tantangan masing-masing: perpindahan lokasi, ancaman perang, hingga intervensi kerajaan.
Namun satu hal tetap dijaga: para kardinal tetap dipisahkan dari dunia luar selama proses berlangsung, demi menjaga kerahasiaan dan kebebasan pemilihan.
Baca juga: Basilika Santo Petrus: Sejarah, Keindahan, dan Daya Tarik Utamanya
Tahapan dan Aturan Konklaf: Proses Tertutup yang Sarat Tradisi

Konklaf adalah rangkaian ritual yang penuh simbol dan diatur sangat ketat. Setiap tahapnya dibuat untuk memastikan pemilihan Paus berlangsung khusyuk, adil, dan bebas dari tekanan eksternal. Berikut adalah tahapan konklaf yang sudah cukup tetap sampai sekarang.
1. Sede Vacante: Takhta Kosong
Proses konklaf hanya berlangsung ketika takhta Paus kosong, entah karena wafat atau pengunduran diri. Masa ini disebut sede vacante. Dalam periode ini, kekuasaan kepausan dihentikan sementara, dan urusan administratif dijalankan oleh Camerlengo (pejabat pengelola Vatikan sementara).
2. Persiapan Menuju Konklaf
Selama sembilan hari setelah wafatnya Paus (novemdiales), para kardinal berkumpul di Roma. Mereka menghadiri misa-misa khusus dan melakukan kongregasi umum, yaitu pertemuan untuk membahas urusan praktis dan persiapan teknis konklaf. Semua urusan mulai dari logistik, transportasi, hingga akomodasi diatur dengan ketat.
3. Lokasi Tertutup: Kapel Sistina
Konklaf dilakukan di dalam Kapel Sistina, Vatikan. Para kardinal dipindahkan ke area ini dan secara resmi dikunci dari dunia luar. Tidak boleh ada komunikasi lewat ponsel, internet, atau perantara apa pun. Aturan ini diawasi dengan ketat oleh pihak keamanan Vatikan dan diawali dengan pengucapan sumpah kerahasiaan oleh seluruh peserta.
4. Jumlah Pemilih dan Batas Usia
Hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun pada hari sede vacante dimulai yang diizinkan ikut memilih. Jumlah maksimal pemilih secara resminya dibatasi hingga 120 orang.
5. Pemungutan Suara
Setiap hari dilakukan empat sesi pemungutan suara — dua di pagi hari dan dua di sore hari — sampai tercapai mayoritas dua pertiga. Suara ditulis tangan dalam kertas khusus, lalu dilipat dan dimasukkan ke dalam wadah yang dijaga ketat. Setelah dihitung, semua surat suara dibakar di tungku dengan bahan kimia. Nantinya, akan ada asap yang keluar dari cerobong. Jika asap hitam (fumata nera) artinya belum ada hasil. Jika asap putih (fumata bianca) maka artinya Paus telah terpilih.
6. “Accepto”: Saat Paus Baru Diumumkan
Begitu mencapai dua pertiga suara, kardinal yang terpilih ditanya, “Accettasne electionem de te canonice factam in Summum Pontificem?” (Apakah Anda menerima pemilihan ini sebagai Paus?). Jika ia menjawab “Accepto”, proses selesai. Ia memilih nama kepausannya, lalu berganti pakaian menjadi jubah putih Paus.
7. Habemus Papam
Beberapa saat kemudian, seorang kardinal protodiakon muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengucapkan kalimat legendaris, “Habemus Papam!” Artinya, “Kita memiliki Paus!”
Paus baru kemudian muncul dan memberikan berkat apostolik pertamanya kepada umat.
Konklaf-Konklaf Bersejarah dan Konklaf Terakhir
Sepanjang sejarah Gereja Katolik, konklaf telah menjadi momen penting yang bukan hanya menentukan arah Gereja, tapi juga merefleksikan dinamika politik, sosial, dan spiritual zamannya. Beberapa konklaf bahkan mencetak rekor dalam hal durasi, dampak, atau keunikannya.
Konklaf Terlama: Viterbo 1268–1271
Konklaf ini menjadi asal mula konklaf modern. Setelah Paus Klemens IV wafat, butuh hampir tiga tahun untuk memilih penggantinya. Akhirnya, Teobaldo Visconti dipilih dan menjadi Paus Gregorius X, yang kemudian menetapkan aturan resmi konklaf.
Konklaf Tercepat: 1503
Pada tahun 1503, hanya dua hari setelah konklaf dimulai, Giuliano della Rovere terpilih menjadi Paus Yulius II. Dukungan kuat dari kelompok kardinal dan kekuatan politik yang stabil membuat proses pemilihan berlangsung sangat cepat, menjadikannya salah satu konklaf tercepat sepanjang sejarah.
Konklaf Penuh Tekanan Politik: 1800
Setelah invasi Napoleon ke Italia, konklaf pada tahun 1800 harus diadakan di Venesia, bukan di Roma. Para kardinal terpecah antara kubu pro-Perancis dan anti-Perancis. Butuh tiga bulan untuk mencapai konsensus, yang akhirnya jatuh pada kardinal Barnaba Chiaramonti sebagai Paus Pius VII. Ia kemudian menghadapi masa-masa penuh gejolak dalam hubungannya dengan kekaisaran Perancis.
Konklaf Abad ke-20: Dari Tradisi ke Teknologi
Seiring perkembangan zaman, konklaf juga beradaptasi. Paus Pius XII (1939) terpilih dalam waktu singkat menjelang pecahnya Perang Dunia II. Sementara itu, Paus Yohanes Paulus II (1978) terpilih dalam konklaf yang hanya berlangsung dua hari, dan menjadi Paus non-Italia pertama dalam lebih dari 450 tahun.
Konklaf 2013: Saat Paus Mengundurkan Diri
Konklaf terakhir berlangsung pada Maret 2013, dan menjadi momen yang sangat bersejarah. Untuk pertama kalinya sejak abad ke-15, Paus sebelumnya — Benediktus XVI — mengundurkan diri secara sukarela. Hal ini mengejutkan dunia dan membuka konklaf tanpa wafatnya Paus.
Dalam waktu dua hari, konklaf memilih kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina sebagai Paus. Ia menjadi Paus pertama dari Amerika Latin, sekaligus Paus pertama dari Ordo Jesuit. Ia juga merupakan Paus pertama yang mengambil nama Fransiskus, terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi. Pemilihannya menjadi simbol perubahan, membawa semangat kesederhanaan, reformasi internal Gereja, dan keterbukaan terhadap dunia modern.
Baca juga: Colosseum Roma: Sejarah, Arsitektur, dan Fakta Menarik The New Wonders of The World
Konklaf adalah cermin dari perjalanan panjang iman, tradisi, dan tantangan zaman yang dihadapi Gereja.
Kini, dunia menantikan Konklaf 2025 yang dijadwalkan dimulai pada 7 Mei. Konklaf ini mencatat sejarah sebagai yang terbesar, dengan 133 kardinal pemilih dari berbagai belahan dunia, termasuk 23 dari Asia. Jumlah ini melebihi batas resmi 120 kardinal yang ditetapkan sejak 1975.
Pemilihan ini akan menentukan penerus Paus Fransiskus, yang wafat pada 21 April lalu, dan membawa harapan akan kepemimpinan yang mampu menjawab tantangan zaman.