Konsumsi Produk Halal di 2020 Menurun Imbas Pandemi

produk halal konsumsi halal

Pandemi COVID-19 atau virus corona memberikan imbas negatif di berbagai sektor, tak ketinggalan konsumsi produk halal. Menurut laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2020/21 yang dipublikasikan Dinar Standard beberapa waktu lalu menyebut bahwa konsumsi produk halal di seluruh dunia diprediksi menurun hingga 8 persen selama tahun 2020.

Adapun prediksi tersebut berkaca dari kondisi 6 sektor di dalam ekonomi halal yakni keuangan syariah, makanan halal, busana muslim, wisata halal, hiburan dan rekreasi, farmasi, dan kosmetik halal.

“Di akhir tahun ini kami memproyeksi adanya penurunan hingga 8 persen dari enam sektor yang langsung berhubungan dengan konsumsi masyarakat dalam ekonomi halal. Dan kami memperkirakan pemulihan baru terjadi di akhir 2021,” ujar CEO and Managing Director Dinar Standard Rafi-uddin Shikoh dalam sebuah acara virtual beberapa waktu lalu.

Baca Juga: UU Ciptaker Permudah Sertifikasi Halal

Adapun dari keenam sektor tersebut, yang paling terdampak menurut Rafi-uddin adalah sektor perjalanan dan wisata halal, dimana mengalami penurunan hingga 70 persen. Di samping itu, konsumsi produk farmasi halal juga mengalami minus 6,9 persen, disusul hiburan dan rekreasi anjlok sebesar 3,7 persen, busana muslim minus 2,9 persen, dan kosmetik halal minus 2,5 persen.

“Dan yang paling sedikit terdampak adalah makanan yang hanya minus 0,2%. Ini proyeksi kami untuk 2020, dan kami mendalami setiap sektor,” terang Rafi-uddin.

Sementara itu di tahun 2019 SGIE 2020/21 mencatat nilai konsumsi dari 1,9 juta masyarakat di seluruh dunia terhadap 6 sektor halal tersebut mencapai USD 2,02 triliun atau sekitar Rp28.591 triliun. Angka tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 3,2 persen (year-on-year) bila dibandingkan di tahun 2018.

Selain itu, aset keuangan syariah pada 2019 diperkirakan mencapai USD 2,8 triliun atau sekitar Rp39.642 triliun. Akan tetapi, dengan adanya pandemi COVID-19 yang menghadang perekonomian, maka proyeksi pertumbuhan konsumsi produk halal akan mengalami perubahan.

Mulanya, Dinar Standard memproyeksi Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) ekonomi halal akan tumbuh 6,2 persen selama 5 tahunan (2019-2024). Namun, proyeksi itu berubah drastis semenjak Corona datang.

Baca Juga: Pemprov Jatim Siapkan Lahan 148 Hektare untuk Industri Halal

Meski demikian, lanjutnya, jika pemulihan lekas terjadi, ekonomi halal diproyeksi akan meraup US$ 2,4 triliun atau sekitar Rp 33.979 triliun pada tahun 2024.

“Sebelum pandemi, kami memproyeksikan pertumbuhan 5 tahunan itu 6,2%. Tapi setelah ada pandemi hanya 3,1 persen,” pungkasnya.

Produk halal sendiri mengalami peningkatan minat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk muslim di dunia. Seperti diketahui, saat ini terjadi peningkatan jumlah penduduk Muslim di dunia yang mencapai 1,84 miliar orang dan diperkirakan akan meningkat sebesar 27,5 persen dari total penduduk dunia di tahun 2030.

Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin memiliki target untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen produk halal terbesar di dunia. Ia pun berharap, produk dan jasa halal buatan Indonesia dapat menembus pasar global, melalui kerja sama dengan negara-negara lain.

Ke depan diharapkan akan memperluas kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, serta membuka peluang investasi dan pemasaran produk dan jasa halal Indonesia ke pasar global,” kata Ma’ruf Amin dalam acara peluncuran The State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021.

Baca Juga: Dukung Industri Halal, Tokopedia Gelar Festival Produk Muslim

Exit mobile version