Salah satu bukti bila budaya dari kearifan lokal Indonesia bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian, ditunjukkan dari kontribusi postif industri batik yang selama ini menjadi salah satu sektor unggulan nasional.
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, hal tersebut lantaran sektor yang didominasi industri kecil dan menegan (IKM) telah berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 200.000 orang dari 47.000 unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
“Industri batik, yang merupakan bagian dari industri tesktil, juga menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan terintegrasi Making Indonesia 4.0,” kata Agus.
Lebih lanjut dia menjelaskan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
BACA JUGA : Batik Maskas Bertahan di Tengah Badai Pandemi
“Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada tahun 2020 mencapai USD532,7 juta, dan selama periode triwulan I tahun 2021 mampu menembus USD157,8 juta.
“Industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia,” katanya
Lebih lanjut dia menambahkan, batik adalah identitas bagi bangsa Indonesia. Hal ini diperkuat melalui pengakuan UNESCO yang menyatakan bahwa batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda milik dunia pada bidang Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.
“Selain itu, batik merupakan seni kerajinan yang termasuk dalam industri kreatif dan saat ini trennya terus berkembang di masyarakat,” tuturnya.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009, pemerintah menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Penetapan hari Batik Nasional ini merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia.
“Kami meyakini, bahwa kelestarian batik sebagai budaya, bahkan sebagai identitas bangsa Indonesia, berhubungan sangat erat dengan kehadiran industri batik itu sendiri. Industri batik dalam negeri semakin berdaya saing dan mampu menghasilkan batik-batik yang diminati pasar, dengan harga yang terjangkau di setiap tingkatan pangsa pasar, serta dengan profit yang baik untuk pelaku usahanya,” papar Menperin.
BACA JUGA : Kemenperin Dukung IKM Ekspor Produk Halal ke Jepang
Untuk itu, pembangunan industri batik di Indonesia harus berorientasi pada arah pembangunan industri yang mandiri dan berdaulat, yaitu pembangunan industri yang mengoptimalkan kehadian sumber daya dalam negeri selaku stakeholder pembangunan.
“Industri yang maju dan berdaya, yaitu industri yang memliki keunggulan daya saing dan penguasaan pasar serta mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif pada kehadiran teknologi saat ini. Sementara itu, industri yang berkeadilan dan inklusif, yaitu industri yang manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat,” jelasnya
Meski saat ini masih dalam kondisi yang belum cukup ideal untuk menjalankan aktivitas, bukan berarti produktivitas dan kreativitas harus berhenti. Menperin menyambut baik dan memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan acara Puncak Peringatan Hari Batik Nasional 2021.