JNEWS – Kota Tua Jakarta pasti sudah banyak yang tahu. Kawasan ini memang sudah populer sebagai salah satu destinasi wisata sejarah, terutama dengan banyaknya peninggalan arsitektur kolonial yang indah.
Namun, kota tua di Indonesia ternyata tak hanya ada di Jakarta saja. Faktanya, usia tanah air kita tercinta ini memang sudah cukup tua. Sejarahnya panjang, pernah diduduki banyak bangsa. Mereka yang pernah merasakan nikmatnya hidup di Indonesia meninggalkan jejak-jejak yang bernilai mahal.
Ya, kota tua banyak tersebar di seluruh penjuru tanah air. Namun, memang belum semuanya dikembangkan dan dikelola dengan baik sehingga bisa menarik wisatawan.
Kota Tua di Indonesia, Populer sebagai Destinasi Wisata Sejarah
Setiap kota tua yang ada di Indonesia menawarkan pengalaman unik yang sulit ditemukan di tempat lain. Kekayaan budaya dan peninggalan bersejarah di dalamnya mengungkapkan kisah-kisah yang menarik untuk dijelajahi.
Di antara banyak kota tua, ada tujuh di antaranya yang cukup populer sebagai destinasi wisata sejarah. Tak hanya itu, kota-kota ini juga menjadi jendela untuk memahami peradaban yang pernah berjaya di Nusantara.
1. Kota Tua Jakarta
Kota Tua Jakarta menjadi salah satu saksi sejarah penting perkembangan Kota Jakarta. Lokasi tepatnya berada di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Kawasan ini mudah diakses melalui berbagai moda transportasi umum.
Dikenal juga sebagai Batavia Lama atau Oud Batavia, luas kawasan ini sekitar 1,3 kilometer persegi. Pada abad ke-16, kawasan ini juga dijuluki sebagai Permata Asia dan Ratu dari Timur oleh para pelayar Eropa. Lokasinya yang strategis dan kekayaan sumber daya membuatnya menjadi kawasan dagang yang ramai di masa lalu.
Beberapa daya tarik yang menonjol di Kota Tua Jakarta adalah bangunan bersejarah dan museum yang tersebar di kawasan ini. Museum Fatahillah, Museum Wayang, dan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi tempat favorit untuk dikunjungi. Selain itu, arsitektur kolonial Belanda yang masih terjaga memberikan suasana khas yang unik.
2. Kota Lama Semarang
Selain Kota Tua Jakarta, Kota Lama Semarang juga dikenal sebagai pusat sejarah dan budaya, dengan banyak bangunan peninggalan kolonial Belanda. Arsitekturnya yang unik menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dan pencinta fotografi.
Salah satu ikonnya adalah Gereja Blenduk. Bangunan ini memiliki desain arsitektur yang khas dengan kubah besar berlapis tembaga. Selain itu, Lawang Sewu juga menjadi destinasi populer dengan seribu pintunya yang legendaris dan suasana yang penuh cerita sejarah.
Jembatan Mberok juga menjadi bagian penting dari kawasan ini. Jembatan ini menghubungkan area Kota Lama dengan wilayah lain di Semarang. Selain itu, kawasan ini sering dijadikan tempat wisata malam karena pencahayaan yang indah dan suasana yang hidup.
3. Kota Lama Surabaya
Kota Lama Surabaya terletak di pusat Kota Surabaya, Jawa Timur. Kawasan ini juga menjadi saksi sejarah penting dengan berbagai bangunan peninggalan masa kolonial. Setiap sudutnya menawarkan cerita yang menarik dan suasana khas masa lampau.
Jembatan Merah adalah salah satu ikonnya. Dulu, tempat ini menjadi lokasi arek-arek Suroboyo berjuang mempertahankan kemerdekaan. Sebelumnya, lokasi ini adalah pusat perdagangan. Tak heran, bangunan-bangunan tua di sekitar Jembatan Merah mempunyai gaya klasik yang khas.
Di kawasan ini juga ada kawasan Pecinan Kembang Jepun, yang menawarkan pengalaman budaya yang unik dengan jejak peranakan Tionghoa yang kuat, beserta arsitektur khasnya. Bagi wisatawan yang ingin menjelajah lebih puas, tersedia tur menggunakan jeep vintage dengan desain klasik.
Baca juga: Menjelajahi Kota Tua Surabaya, Menikmati Suasana Klasik Warisan Kolonial Belanda
4. Kota Tua Padang
Bangunan peninggalan Belanda di sepanjang Sungai Batang Arau menjadi bagian dari Kota Tua Padang yang ikonik. Area ini memiliki luas 32.690 meter persegi, dan mencakup Kecamatan Padang Selatan dan Padang Barat.
Dulu, kawasan ini merupakan bagian dari Pelabuhan Muaro yang menjadi pusat perdagangan. Pada abad ke-17, Belanda memisahkan permukiman mereka dari penduduk lokal. Mereka menetap di pinggiran Sungai Batang Arau bersama komunitas Tionghoa dan Tamil India, sementara penduduk pribumi tinggal di area lain.
Hingga saat ini, kawasan tersebut menjadi simbol akulturasi budaya. Etnis Tionghoa, Tamil India, dan Minangkabau hidup berdampingan, mencerminkan harmoni dan keberagaman yang khas.
5. Kota Tua Makassar
Dulu, Kota Tua Makassar merupakan kawasan pusat perdagangan maritim. Salah satu daya tarik utamanya adalah Benteng Rotterdam, bangunan peninggalan kolonial Belanda yang kini difungsikan sebagai museum dan tempat pelestarian sejarah.
Ada pula Monumen Korban 40.000 Jiwa, yang menjadi pengingat perjuangan rakyat Sulawesi Selatan. Juga ada Gedung Kesenian Societeit de Harmonie yang pernah menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya. Kawasan Pecinan di sekitar Jalan Sulawesi juga menambah daya tarik dengan arsitektur khas dan suasana tradisional yang masih terasa.
Meski beberapa bagian Kota Tua Makassar membutuhkan revitalisasi, kawasan ini tetap menjadi destinasi penting bagi pencinta sejarah dan budaya.
6. Kota Tua Banda Neira
Kota Tua Banda Neira menawarkan pesona sejarah dan keindahan alam yang memukau. Contohnya, Benteng Belgica yang dibangun pada 1617. Benteng ini berbentuk persegi lima dengan menara di setiap sudutnya. Di tengah benteng terdapat terowongan sepanjang 126 meter yang menghubungkannya dengan Benteng Nassau di tepi pantai. Kondisi benteng ini terawat baik hingga kini.
Benteng Nassau di sisi lain, didirikan pada 1609 di atas reruntuhan benteng Portugis. Lokasinya berada dekat Monumen Perigi Rante. Monumen ini dibangun untuk mengenang pembantaian para Orang Kaya Banda oleh Belanda.
Istana Mini, kediaman Gubernur Jenderal VOC, dikenal karena desainnya yang menyerupai Istana Bogor. Waktu pembangunannya tidak tercatat, tetapi istana ini menjadi salah satu peninggalan kolonial yang unik.
Selain itu, Gereja Tua, yang dibangun pada 20 April 1873, berdiri di atas makam 30 serdadu Belanda yang gugur saat menaklukkan Banda. Lantai gereja dihiasi batu nisan dengan identitas para serdadu tersebut.
Kota Tua Banda Neira juga menjadi tempat pengasingan tokoh nasional seperti Bung Hatta, Bung Sjahrir, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Mr. Iwa Kusuma Sumantri. Jejak sejarah mereka masih terasa kuat melalui bangunan yang pernah mereka huni.
Baca juga: Jejak Sejarah di Banda Neira: Dari Benteng Belanda hingga Warisan Budaya
7. Kota Tua Sawahlunto
Dikutip dari situs Kemdikbud, Kota Tua Sawahlunto telah diakui sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada melalui sidang penetapan di Baku, Azerbaijan, pada 6 Juli 2019.
Sawahlunto adalah kota kecil dengan sejarah besar. Kota ini pernah menjadi bagian penting dari revolusi industri dunia. Penemuan mesin uap di Eropa menciptakan kebutuhan besar akan batu bara. Pada 1800-an, Sawahlunto menjadi tambang batu bara terbesar di Asia Tenggara. Perannya sangat strategis bagi perkembangan industri global.
Pada 1998, tambang di Sawahlunto dihentikan operasinya oleh PT Bukit Asam. Perusahaan tersebut memindahkan kegiatan tambangnya ke Tanjung Enim. Penutupan tambang ini membawa dampak besar bagi Sawahlunto. Sebagai kota yang bergantung pada tambang batu bara, perubahan tersebut hampir menjadikannya kota mati, lamtaran sepertiga penduduk kota sebelumnya bekerja di sektor tambang.
Akibat penutupan tambang, Sawahlunto mengalami penurunan jumlah penduduk secara drastis. Kota yang dulu ramai menjadi sepi, karena sebagian besar masyarakat bergantung pada industri tambang. Namun, penduduk yang tersisa tidak menyerah menghadapi situasi tersebut.
Sawahlunto bertransformasi dari kota tambang menjadi kota wisata tambang. Warga bekerja bersama untuk merelokasi dan merestorasi bangunan-bangunan peninggalan tambang. Kini, bangunan bersejarah di kawasan ini menjadi daya tarik wisata.
Mengunjungi kota tua di Indonesia adalah cara yang menarik untuk mengenal sejarah dan budaya yang beragam. Jadi, wisata di kota tua bukan hanya soal melihat bangunan, tetapi juga merasakan atmosfer masa lalu dengan sejarah yang kental.