JNEWS – Lawang Sewu adalah salah satu bangunan bersejarah yang paling ikonik di Semarang. Tak hanya karena arsitekturnya yang megah, tetapi juga karena cerita-cerita yang menyelimutinya.
Dulunya, bangunan ini memiliki fungsi penting, tetapi seiring waktu, perannya berubah. Kini, banyak orang datang untuk melihat langsung keunikan tempat ini, baik dari sisi sejarah maupun hal-hal lain yang membuatnya begitu dikenal. Setiap sudutnya menyimpan cerita yang menunggu untuk dipahami, mulai dari yang tercatat dalam sejarah hingga yang masih menjadi tanda tanya.
Sejarah Lawang Sewu
Lawang Sewu adalah bangunan bersejarah di Semarang, Jawa Tengah, yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Nama “Lawang Sewu” berarti “Seribu Pintu” dalam bahasa Jawa, merujuk pada banyaknya pintu dan jendela besar di bangunan ini.
Pembangunannya dimulai pada tahun 1904 dan selesai pada 1907. Awalnya, bangunan ini digunakan sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yang merupakan perusahaan kereta api Hindia Belanda.
Selama pendudukan Jepang pada 1942–1945, Lawang Sewu diubah menjadi markas militer dan ruang bawah tanahnya dijadikan penjara serta lokasi eksekusi tahanan. Pada Oktober 1945, bangunan ini menjadi saksi Pertempuran Lima Hari di Semarang, sebuah pertempuran sengit antara pemuda Indonesia dan tentara Jepang. Saat itu, Jepang masih menguasai beberapa wilayah meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Dalam pertempuran tersebut, tempat ini menjadi markas pejuang Indonesia yang berusaha merebut kembali Semarang dari tangan Jepang. Bentrokan terjadi di berbagai sudut kota, termasuk di sekitar bangunan ini. Banyak pemuda gugur dalam pertempuran, menjadikan tempat ini bagian dari sejarah perjuangan bangsa.
Setelah itu, bangunan ini sempat digunakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan militer, termasuk sebagai kantor KAI. Â Kini, gedung ini menjadi destinasi wisata sejarah yang terkenal, terutama karena arsitektur khas Eropa dan cerita mistis yang berkembang di masyarakat.
Baca juga: Masjid Agung Semarang: Sejarah dan Arsitekturnya yang Unik
Arsitektur Ikonik Lawang Sewu
Lawang Sewu memiliki arsitektur bergaya Indische Nieuwe Bouwen, atau arsitektur Hindia Baru, yang merupakan perpaduan antara desain khas Eropa dan adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Belanda, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouëndag, yang mengedepankan ventilasi udara dan pencahayaan alami agar sesuai dengan kondisi tropis. Berikut detailnya yang mengagumkan.
1. Tata Letak dan Struktur
Bangunan utama Lawang Sewu berdiri megah dengan dua lantai yang memiliki bentuk simetris, mencerminkan gaya arsitektur Eropa yang tertata rapi. Di bagian depan, terdapat menara kembar yang pada awalnya berfungsi sebagai tempat penampungan air untuk memenuhi kebutuhan operasional di dalam gedung.
Selain itu, ada juga ruang bawah tanah yang dirancang sebagai jalur sirkulasi udara sekaligus tempat penyimpanan. Untuk menambah kesejukan, terdapat halaman luas mengelilingi bangunan, menciptakan lingkungan yang nyaman meskipun berada di tengah Kota Semarang yang cukup panas.
2. Detail Arsitektur
Lawang Sewu dikenal dengan jumlah pintu dan jendela yang sangat banyak, memberi kesan seolah-olah bangunan ini memiliki seribu pintu. Desain ini tidak hanya memperkaya estetika, tetapi juga berfungsi untuk memaksimalkan aliran udara di dalam ruangan.
Ventilasi menjadi salah satu aspek utama dalam arsitektur bangunan ini. Dengan banyaknya bukaan dan lubang udara yang memungkinkan sirkulasi optimal, suhu di dalam ruangan pun tetap sejuk meskipun tanpa pendingin udara.
Bangunan ini juga menggunakan atap bertingkat berbentuk pelana dengan genting khas Belanda. Hal ini membantu meredam panas dari sinar matahari. Tak hanya itu, keindahan arsitekturnya juga semakin diperkuat dengan jendela kaca patri bergaya Art Nouveau. Bisa dilihat adanya motif khas yang menggambarkan kemajuan industri perkeretaapian Belanda pada masanya.
3. Material Bangunan
Material yang digunakan dalam pembangunan gedung bersejarah ini mencerminkan kekuatan dan ketahanan bangunan kolonial pada masanya. Dindingnya terbuat dari batu bata merah yang disusun tebal dan dilapisi plester kapur. Tak heran strukturnya begitu yang kokoh, bahkan hingga saat ini. Struktur ini sekaligus membantu menjaga suhu ruangan tetap stabil.
Lantainya menggunakan ubin keramik khas Eropa dengan pola geometris yang tidak hanya memperindah interior, tetapi juga memberikan kesan klasik yang elegan. Di bagian dalam, pilar-pilar besar berdiri tegak, menambah kesan megah sekaligus memperkuat struktur bangunan agar tetap kokoh dalam menghadapi perubahan waktu.
Mitos dan Misteri yang Menyelimuti Lawang Sewu
Di sisi lain, Lawang Sewu tidak hanya dikenal karena arsitekturnya yang megah. Namun, juga karena berbagai mitos dan kisah misteri yang menyelimutinya. Berikut beberapa cerita yang sering terdengar.
1. Penampakan Noni Belanda
Salah satu cerita paling terkenal adalah penampakan hantu wanita berkebaya putih yang dikenal sebagai Noni Belanda. Sosok ini sering terlihat di koridor-koridor bangunan, terutama pada malam hari. Beberapa pengunjung mengaku melihat sosok wanita ini dengan pakaian era kolonial yang berjalan melintasi lorong, kemudian menghilang tanpa jejak.
2. Suara Misterius di Sumur Tua
Di bagian belakang Lawang Sewu terdapat sebuah sumur tua yang juga menyimpan cerita mistis. Beberapa orang melaporkan mendengar suara teriakan atau rintihan dari arah sumur tersebut, meskipun tidak ada orang di sekitarnya. Fenomena ini menambah aura misteri yang menyelimuti bangunan ini.
3. Ruang Bawah Tanah yang Angker
Ruang bawah tanah Lawang Sewu dikenal dengan suasana yang mencekam. Konon, mereka yang memasuki area ini akan merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata. Beberapa laporan menyebutkan penampakan bayangan dengan mata hijau menyala yang muncul secara tiba-tiba.
4. Terowongan Menuju Laut Jawa
Ada mitos yang menyebutkan bahwa ruang bawah tanah Lawang Sewu memiliki terowongan yang terhubung langsung ke Laut Jawa. Terowongan ini konon digunakan pada masa lalu untuk berbagai keperluan rahasia.
Namun, klaim ini telah dibantah oleh pemerhati cagar budaya Semarang, yang menyatakan bahwa tidak ada bukti fisik mengenai keberadaan terowongan tersebut.
5. Penampakan Sosok Prajurit
Selain Noni Belanda, beberapa pengunjung juga melaporkan melihat penampakan sosok prajurit dengan seragam militer. Penampakan ini diyakini berasal dari masa pendudukan Jepang, ketika Lawang Sewu digunakan sebagai markas militer dan tempat penahanan.
Perlu dicatat bahwa banyak dari kisah-kisah ini berasal dari cerita rakyat dan pengalaman pribadi, sehingga kebenarannya sulit untuk diverifikasi secara ilmiah. Namun, mitos dan legenda ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari daya tarik Lawang Sewu sebagai destinasi wisata sejarah dan misteri.
Baca juga: Candi Cetho: Sejarah, Misteri, Makna, dan Panduan Wisata
Lawang Sewu bukan sekadar bangunan tua yang berdiri di tengah kota Semarang. Di dalamnya, ada jejak sejarah, keindahan arsitektur, dan cerita-cerita yang terus hidup hingga sekarang.
Setiap sudutnya menyimpan kisah yang menarik untuk ditelusuri, baik dari sisi fakta maupun cerita yang berkembang di masyarakat. Terlepas dari semua mitos dan misterinya, Lawang Sewu tetap menjadi salah satu tempat bersejarah yang patut dijaga dan dihargai.