Logistik Jadi Penyumbang Utama Kontraksi Pertumbuhan Ekonomi Minus – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2020 dinilai minus. Sektor transportasi dan pergudangan pun dinilai menjadi penyumbang utama kontraksi pertumbuhan ekonomi yang minus tersebut.
Menurut Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi kontraksi pertumbuhan ekonomi tadi terjadi imbas dari pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSSB), di mana membuat permintaan menjadi rendah. Setijadi memaparkan jika PSBB menyebabkan daya beli masyarakat Indonesia menjadi berkurang, sehingga banyak gerai-gerai penjualan yang tutup selama PSBB.
“Kontraksi perdagangan juga dipengaruhi penurunan permintaan karena penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pengurangan aktivitas produksi dan distribusi,” papar Setijadi dalam sebuah kesempatan dikutip dari laman Bisnis.com.
Baca Juga: Ini Dia, Ketua Umum DPP Asperindo Dari Masa ke Masa
Maka dari itu, pemulihan perdagangan diharapkan bisa meningkatkan kembali sektor logistik dan perekonomian pada umumnya. Ia pun mamaparkan jika sektor perdagangan mengalami kontraksi sebesar 7,57 persen pada kuartal II/20.
Sementara itu, dalam catatan Badan Pusat Stastistik (BPS) diketahui bahwa ekonomi Indonesia triwulan II tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen dari tahun ke tahun atau 4,19 persen dari periode yang sama. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester satu tahun 2020 terkontraksi 1,26 persen dibandingkan dengan Semester satu tahun 2019.
BPS juga mencatat terjadi kontraksi tertinggi di periode tersebut untuk sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan), yakni sebesar 30,84 persen dari tahun ke tahun atau 29,22 persen dari kuartal ke kuartal.
Kontraksi terbesar sektor logistik terjadi pada angkutan udara, yakni sebesar 80,23 persen dari tahun ke tahun, dikuti oleh angkutan rel sebesar 63,75 persen, angkutan pergudangan dan jasa penunjang angkutan (pos dan kuri sebesar 38,69 persen, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 26,66 persen, angkutan darat sebesar 17,65 persen, dan angkutan laut sebesar sebesar 17,48 persen.
Baca Juga: Aptrindo Tidak Masalah Truk Sumbu Tiga Dilarang Lewat Tol Selama Arus Balik
Terjadi Penurunan Ekspor dan Impor
Bukan tanpa sebab jika terjadi kontraksi di sektor logistik Tanah Air. Setijadi menjelaskan salah satu penyebab terjadinya kontraksi adalah menurunnya volume ekspor dan impor. Menurutnya terjadi kontraksi ekspor barang dan jasa sebesar 11,66 persen, sedangkan impor terkontraksi sebesar 16,96 persen dihitung dari tahun ke tahun.
Meski demikan, sektor ini masih tertolong oleh lapangan usaha pertanian yang masih tumbuh sebesar 16,24 persen dari kuartal ke kuartal. Sementara itu hampir semua sektor lainnya terkontraksi. Ia pun mencontohkan sektor perdagangan yang terkontraksi sebesar 7,57 persen.
“Kontraksi ini disebabkan antara lain oleh penutupan gerai-gerai penjualan selama pemberlakuan PSBB di berbagai wilayah. Kontraksi perdagangan juga dipengaruhi penurunan permintaan karena penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pengurangan aktivitas produksi dan distribusi,” jelasnya.
Setijadi pun berpendapat dengan mulai pulihnya perdagangan diharapkan dapat meningkatkan kembali sektor logistik dan perekonomian pada umumnya.
Baca Juga: Jalan Tol Pekanbaru-Dumai Siap Diresmikan