JNEWS – Masjid Agung Jawa Tengah, yang disingkat menjadi MAJT, merupakan salah satu objek wisata religi unggulan Jawa Tengah. MAJT selalu masuk dalam daftar kunjungan wisatawan muslim di Semarang.
Masjid yang luas ini tampak makin megah dengan ditanamkannya enam payung elektronik raksasa seperti di halaman Masjid Nabawi, Madinah. Masjid ini tak hanya merupakan tempat salat tapi juga tempat untuk mengadakan berbagai kegiatan religi dan edukasi.
Profil Masjid Agung Jawa Tengah
MAJT merupakan ikon Kota Semarang sekaligus ikon Provinsi Jawa Tengah. Masjid Agung Jawa Tengah berbeda dengan Masjid Agung Semarang. Masjid Agung Semarang yang juga dikenal sebagai Masjid Kauman terletak di Jalan Alun-Alun Barat No. 11, Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Sedangkan letak MJAT agak pinggir kota.
Dikutip dari laman resmi MAJT, Masjid Agung Jawa Tengah terletak di Jalan Gajah Raya Nomor 1, Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Luas masjid 10.000 m² dan merupakan salah satu masjid terbesar di Indonesia. Masjid yang dapat menampung 15.000 jemaah ini buka 24 jam sehingga umat Islam dapat datang kapan saja.
Untuk masuk ke MAJT, pengunjung tidak dipungut biaya, alias gratis. Namun untuk parkir dan naik ke Menara Al-Husna, pengunjung harus membayar. Biaya parkir MAJT adalah Rp2.000 untuk motor, Rp4.000 untuk mobil, Rp10.000 untuk bus mikro, Rp25.000 untuk bus sedang dan Rp50.000 untuk bus besar. Sementara untuk naik ke Menara Al-Husna harus membayar Rp10.000.
Baca juga: Masjid Agung Semarang: Sejarah dan Arsitekturnya yang Unik
Sejarah Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan pada tahun 14 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada peresmian itu, Presiden menandatangani prasasti setinggi 3,2 meter dengan berat 7,8 ton. Prasasti tersebut terbuat dari batu alam yang diambil dari Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gagasan pembangungan MAJT sudah dimulai pada tahun 2000-an, yaitu keinginan untuk mendirikan pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan Islam. Gagasan tersebut diwujudkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, dengan dimulainya proyek pembangunan MAJT pada tanggal 26 Desember 2001.
MAJT dibangun di atas lahan seluas 10 hektare dan menghabiskan dana miliaran rupiah. Proyek ini mendapat dukungan masyarakat Jawa Tengah yang memang belum memiliki sebuah masjid agung. Segera setelah diresmikan, MAJT selalu ramai pengunjung dan menjadi destinasi wisata religi utama di Jawa Tengah hingga sekarang. Pembangunan masjid yang memasukkan kearifan lokal ini diharapkan juga menjadi warisan bagi generasi mendatang.
Arsitektur Masjid Agung Jawa Tengah
Arsitektur MAJT kental dengan unsur Jawa dengan tambahan sentuhan Timur-Tengah. Sedangkan untuk pengoperasian berbagai peralatan, seperti tata lampu, tata suara dan fungsi-fungsi hidroliknya menggunakan teknologi modern.
Unsur Jawa pada arsitektur MAJT terlihat pada pembagian bangunannya, yaitu bagian paling depan berupa Gapura yang melengkung seperti Colosseum Romawi, dua bangunan di sebelah kiri dan kanan bernama Guna dan Suci, serta bagian utama masjid yang diberi nama Gusti. Pada Gapura yang lebih dikenal dengan nama Gerbang Al-Qanathir terdapat 25 tiang yang melambangkan jumlah nabi dan rasul dalam agama Islam yang wajib diimani.
Di bagian tengah terdapat 6 payung yang mirip dengan payung hidrolik raksasa Masjid Nabawi di Madinah. Tinggi masing-masing payung 20 meter dengan panjang bentangan 14 meter. Payung ini juga bisa terbuka dan tertutup secara otomatis seperti di Nabawi.
Bangunan utama MAJT jelas sekali mengadaptasi rumah Jawa bergaya limas, lengkap dengan cat hijau yang khas. Sepintas, tampilan luarnya mirip Masjid Demak tapi dengan ukuran yang jauh lebih besar. Selain itu, MAJT dilengkapi dengan kubah. Di beberapa bagian masjid terdapat kaligrafi huruf Arab yang berpadu dengan ukiran motif batik, seperti kawung, tumpal, parang, dan untu walang. Untuk menambah kemegahan bagian dalam masjid, terdapat lampu-lampu gantung hias yang besar dan indah.
Fasilitas dan Aktivitas di Masjid Agung Jawa Tengah
Aktivitas utama dalam sebuah masjid tentu saja salat lima waktu diikuti dengan salat Jumat. Selain itu, banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan di sekitar masjid, apalagi di masjid sebesar MAJT.
Berikut ini adalah fasilitas dan aktivitas selain untuk salat wajib yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah.
1. Melaksanan Ibadah Sunah dan Berbagai Amalan
Umat Islam diperbolehkan melaksanakan salat sunah, termasuk salat malam, atau membaca Al-Qur’an secara pribadi kapan saja. Untuk parkir tidak perlu khawatir karena ada tempat untuk parkir inap, yaitu Rp17.000 per malam untuk motor dan Rp26.000 per malam untuk mobil.
2. Mengikuti Kajian
Pada website dan akun media sosial terdapat jadwal kajian rutin dan akbar yang bisa diikuti oleh umat Islam dari mana pun. Untuk kajian akbar, biasanya lokasi acara dipindahkan ke halaman luar agar dapat menampung lebih banyak orang.
3. Mushaf Akbar
Mushaf Al-Qu’ran berukuran 145 cm x 95 cm ini dibuat oleh Drs. Hayat dari Universitas Sains Al-Qur’an (Unsiq) Wonosobo, Jawa Tengah. Mushaf ini membutuhkan waktu pengerjaan 2 tahun 3 bulan hingga diterima oleh MAJT pada tanggal 26 Oktober 2005. Karya Unsiq lainnya juga menghiasi Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo.
4. Area Manasik
Area manasik ini digunakan mendekati musim haji dan untuk keperluan edukasi. Fasilitas di area manasik ini sangat lengkap, antara lain miniatur Kabah, Bukit Safa dan Marwa, Jamarat, Muzalifah, serta Mina.
5. Menara Al-Husna
Fasilitas ini merupakan favorit pengunjung, apalagi hanya perlu membayar Rp10.000. Menara Al-Husna setinggi 99 meter dilengkapi dengan lift. Ketinggian menara tersebut melambangkan asmaul husna. Menara ini memiliki 19 lantai dengan beberapa lantai yang bisa diakses pengunjung sebagai berikut:
- Lantai 1: loket dan area komersial.
- Lantai 2: Museum Pembangunan MAJT.
- Lantai 3: Museum Perkembangan Islam.
- Lantai 18: area Resto Putar (sementara masih tutup).
- Lantai 19 gardu pandang dan area rukyatul hilal.
Dari gardu pandang, pengunjung dapat melihat pemandangan 360° ke arah kota, pelabuhan, gunung, pantai, dan sebagainya.
Baca juga: Masjid Agung Demak: Sejarah dan Daya Tarik Pusat Penyebaran Islam di Jawa
Masjid Agung Jawa Tengah bukan tempat ibadah biasa karena sudah menjadi destinasi wisata religi wajib di Semarang. Berkunjung ke MAJT berarti dapat melaksanakan ibadah wajib, ibadah sunah, menambah pengetahuan, sekaligus healing dengan melihat pemandangan dari ketinggian.