Mau Bisnis UMKM Rumahan Sukses ? Coba Adaptasi 5 Jurus Ini

Ilustrasi bisnis makanan rumahan saat pandemi

Ilustrasi ambil foto makanan dari ponsel/ doc. shutterstock

Pandemi Covid-19 membuat banyak orang akhirnya membuat bisnis UMKM sendiri. Ada yang sifatnya sabagai sampingan karena WFH, ada pula yang memang akhirnya memtuskan untuk memulai usaha baru lantaran adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) atau lainnya.

Tak bisa dipungkiri, bisnis UMKM rumahan kini sangat menjamur pesat dengan menawarkan ragam produk, baik makanan, minuman, kerajinan, sampai hal-hal lainnya. Kondisi itu yang membuat akhirnya banyak pemain baru sehingga persaingan di sektor UMKM rumahan makin ketat.

Pada momen ini tentu saja pelaku bisnis UMKM rumahan harus bergelut untuk menyukseskan bisnisnya masing-masing demi kelancaran dan membuat dapurnya tetap ngebul. Nah, melihat hal ini, Shopee menghadirkan Bincang Shopee 12.12 Birthday Sale : Di Balik Dapur Bisnis Rumahan.

Acara ini digelar sebagai edukasi yang didedikasikan untuk membahas bermunculannya bisnis rumahan di tengah pandemi ini. Dengan menghadirkan Lizzie Parra selaku Founder & CMO dari BLP Beauty dan Oshin Hernis selaku Head of Communications Sayurbox.

BACA JUGA : 5 Tempat Berburu Kuliner di Garut

Dampak ekonomi yang merupakan rippling effect dari situasi pandemi saat ini, mengharuskan masyarakat untuk jeli memanfaatkan peluang yang ada untuk membantu mereka tetap bertahan, salah satunya dengan memulai bisnis dari rumah sesuai dengan keahlian atau ketertarikan masing-masing.

Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan penjual yang bergabung di platform Shopee pada masa pandemi ini. Di mana jumlah penjual di platform Shopee meningkat 60% dari tahun ke tahun. Penjualan secara daring tentu memperkuat kontribusi positif bisnis rumahan terhadap perputaran roda perekonomian secara keseluruhan.

“Shopee mengajak para pengguna untuk memperkaya informasi mengenai strategi bisnis di tengah pandemi dengan berbagai cara yang lebih efisien. Sebagai platform yang senantiasa mendukung perkembangan para pelaku UMKM Indonesia, kami berharap informasi yang diberikan bisa menjadi tepat guna untuk para pelaku bisnis rumahan dan masyarakat Indonesia secara umum,” kata Daniel Minardi, Head of Brands Management and Digital Products, Shopee Indonesia.

Dari perbincangan tersebut, ada 5 jurus penting yang bisa diadaptasi pelaku bisnis rumahan atau UMKM guna mengembangkan bisnis di tengah pandemi, yakn ;

1. Perdalam ide bisnis dan lakukan riset pasar.

Pandemi menyebabkan perubahan aktivitas dan kebutuhan masyarakat. Cari produk apa yang banyak dibutuhkan masyarakat saat ini. Pastikan agar ide bisnis yang dimiliki dapat menjawab kebutuhan pasar yang ingin dituju dengan tepat dan sesuai.

BACA JUGA : Total Hadiah Rp 300 Juta, Nih Detail Lomba Tulis, Foto, dan Video JNE

 

2. Mulai bisnis UMKM dari ketertarikan diri sendiri.

Selain dari mencari insight akan ketertarikan dan kebutuhan masyarakat secara umum, akan lebih memudahkan apabila bisnis UMKM rumahan dimulai dari hobi ataupun ketertarikan calon pelaku bisnis. Jangan khawatir apabila hobi atau ketertarikan yang dipunyai memiliki pangsa pasar yang kecil, karena lebih baik memulai dengan fokus pangsa pasar kecil agar bisnisnya dapat berkembang dengan lebih terarah.

3. Tentukan target konsumen dan maksimalkan channel online.

Tentukan secara spesifik target konsumen bisnis. Ingat, tidak semua orang dapat menjadi target dari produk atau jasa. Kemudian, karena semua orang sebagian besar melakukan kegiatan berbelanja mereka secara online, online presence jadi sangat penting dalam membangun bisnis. Online platform seperti Shopee dapat diandalkan untuk memulai bisnis, di mana para pebisnis dapat menggunakan fitur-fitur Shopee dan mengikuti kampanye dan promo yang sedang berlangsung.

4. Pilih logo dan packaging produk yang merepresentasikan bisnis UMKM.

Logo dan packaging merupakan cara kamu untuk membedakan bisnis yang kamu miliki dengan bisnis-bisnis lainnya. Secara tidak langsung branding mampu memberikan banyak manfaat, termasuk dalam mempengaruhi psikologi calon konsumen melalui tulisan, label, keterangan lain yang menjelaskan isi, kegunaan dan informasi lain yang perlu disampaikan kepada konsumen.

5. Packaging yang ramah lingkungan tidak selalu mahal. Bekal pengetahuan yang cukup tentang cara produksi dan pengemasan yang baik akan menghasilkan produk yang aman, bermutu dan berkualitas, serta memenuhi standar untuk dipasarkan. Meski demikian, memilih kemasan yang ramah lingkungan tidak harus mengorbankan desain. Desain yang kreatif dan bijaksana justru akan dapat meringankan beban produk, mengurangi sampah lingkungan serta mengurangi biaya pengiriman. Bahkan, mitos tentang biaya packaging ramah lingkungan yang lebih mahal pun hanya mitos, lho! Para pelaku bisnis dapat mencari berbagai produk kemasan ramah lingkungan seperti paper bag, paper box (kardus), telo bag (pengganti plastik sekali pakai yang berbahan dasar singkong), dan lainnya di Shopee.

“Untuk menciptakan dampak yang lebih baik, pastinya dibutuhkan perubahan yang dimulai secara perlahan. Semoga kita bisa saling menginspirasi satu sama lain untuk tetap bergerak, bertahan, dan menghadirkan dampak yang positif secara berkelanjutan,” kata Lizzie Parra, Founder & CMO BLP Beauty

Exit mobile version