JNEWS – Pendiri JNE H. Soeprapto Soeparno lahir di Bangka Belitung pada 7 Oktober 1937 dan wafat pada 23 Juni 2015 di Amsterdam, Belanda. Pada Minggu 23 Juni 2024 kemarin, kepergiannya tepat menginjak kesembilan tahun. Untuk mengenang jasa-jasa dan mendoakan almarhum beberapa karyawan JNE melakuan ziarah dan tabur bunga di pusaranya yang berada di TPU Karet Bivak.
Bagi para Ksatria dan Srikandi JNE, terutama mereka yang sudah bergabung di JNE sejak almarhum masih ada, H. Soeprapto Soeparno adalah panutan dan inspirasi, baik itu dalam hal pekerjaan maupun dalam kehidupan lainnya terutama dalam kepeduliannnya kepada para fakir miskin, anak yatim dan tuna netra serta kaum dhuafa lainnya.
H. Soeprapto Soeparno telah berhasil meletakkan pondasi yang kuat bagi perusahaan Almarhum dikenal sebagai pekerja keras dan pemimimpin yang pintar dan bijak. Saat didirikan pada tahun 1990 JNE yang hanya digawangi tidak lebih dari 10 karyawan saja, akhirnya terus berkembang maju sampai sekarang menjadi perusahaan jasa pengiriman dan logistik terdepan di Tanah Air tempat lebih 50.000 karyawan bernaung mencari nafkah. Selain itu juga memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi ribuan mitra agen JNE yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Selain sebagai pekerja keras, H. Soeprapto Soeparno juga dikenal sangat dermawan dan taat dalam beribadah. Jejak spiritual dan kedermawanannya di antaranya dengan mendirikan Yayasan Tuna Netra dan Yatim Piatu (Yatuna) di Kampung Makassar, Jakarta Timur. Di komplek yayasan ini juga berdiri Masjid Jami Soeprapto Soeparno yang dipergunakan untuk masyarakat umum. Selain itu juga almarhum mendirikan masjid lainnya di Pangkal Pinang, Bangka Belitung yang berdiri megah dan kini menjadi ikon baru kota tersebut.
Budaya dan nilai-nilai berbagi kepada anak yatim, fakir miskin dan khaum dhuafa lainnya sampai sekarang terus dilakukan oleh isteri dan anak-anaknya, pun juga terus dilakukan oleh perusahaan JNE. Hal lainnya yang sangat disyukuri oleh karyawan JNE adalah program pembagian beras rutin setiap bulan dan juga ibadah umrah bagi karyawan yang sudah mengabdi 12 tahun bekerja di JNE. Tercatat sudah ribuan karyawan JNE yang sudah diumrahkan dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.
Baca juga: Berbagi di Yayasan Yatuna, JNE dan TIKI Gelar Kurban Bersama
“Saya bersama teman-teman sengaja melakukan ziarah, tidak lain untuk mendoakan dan mengenang jasa-jasa beliau di JNE. Karena jasa (alm) H. Soepraptolah yang mendirikan JNE, saya bisa terus bekerja dan mengabdi di JNE. Bagi saya almarhum adalah inspirasi dan idola, terutama soal bersedekah kepada anak yatim,” ujar Saifudin, saat ditemui JNEWS di sela-sela ziarah di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
Ksatria yang menjabat sebagai koordinator di bagian ekspor JNE ini mengaku kenal dengan almarhum sejak tahun 1993. “Yang paling saya ingat dari beliau selalu mengajarkan kapada para karyawan untuk berbagi dan dekat dengan anak yatim. Semoga dengan ziarah ini, perbuatan baik yang beliau contohkan semasa hidup bisa saya terapkan,” Saifudin menambahkan.
Hal serupa juga diutarakan oleh M. Arifin, bahwa ziarah dilakukan untuk mengenang kebaikan dan mendoakan almarhum. “Ziarah kubur bisa mengingat akan akhirat dan kematian. Jasa-jasa dan perbuatan baik almarhum terutama seputar bersedekah menjadi inspirasi bagi kita semua sebagai karyawan JNE. Ternyata dengan bersedekah harta atau materi kita tidak akan berkurang, malah sebaliknya semakin menjadi berkah dan bertambah,” beber Arifin. *