JNEWS – Salah satu penyakit yang sering mengintai perempuan di Indonesia adalah kanker payudara. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, kanker payudara masih menjadi pembunuh tertinggi perempuan Indonesia untuk penyakit kanker.
Menkes Budi pun menekankan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara.
“Kanker ini kenapa banyak yang meninggal? Karena ketahuannya terlambat, setelah stadium tiga atau stadium empat. Padahal, kalau bisa deteksi dini di stadium satu atau dua, kemungkinan hidupnya atau survivability rate-nya tinggi sekali dengan teknologi yang sekarang,” kata Menkes Budi.
Menkes Budi juga meminta agar para perempuan tidak ragu untuk melakukan deteksi dini. Apalagi, skrining kanker payudara akan menjadi bagian dari program skrining kesehatan yang akan diberikan kepada perempuan usia di atas 40 tahun. “Nah di program skriningnya hadiah ulang tahun dari Pak Presiden, mamografi itu nanti akan masuk untuk yang berisiko. Nah, yang berisiko adalah perempuan usia di atas 40 tahun” ujar Menkes Budi saat meninjau berbagai alat kesehatan yang diperoleh RSUD Bahteramas, Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu, seperti alat Mamografi. Alat Mamografi ini ditujukan agar RSUD dapat melakukan deteksi dini kanker payudara.
Pada kunjungan ke RSUD Bahteramas tersebut, Menkes berbincang juga dengan penyintas atau survivor kanker payudara, Ni Kadek Mulyati. Menkes Budi menjelaskan, deteksi dini sebenarnya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas dengan memanfaatkan USG.
“Saya juga sudah ngomong ke kolegium, yuk, diturunkan (kemampuan) kompetensinya (ke dokter umum), agar 10.000 USG (di puskesmas) itu tidak hanya untuk memeriksa ibu hamil, tapi juga bisa untuk memeriksa skrining kanker payudara oleh dokter umum,” ujar Menkes Budi.
Dengan demikian, jika ada indikasi kanker payudara seperti yang dialami Ni Kadek dapat dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan biopsi atau prosedur pengambilan sampel jaringan, sel, atau cairan tubuh. Selanjutnya, sampel ini diperiksa di laboratorium sehingga dapat mengetahui tingkat stadium kanker.
Baca juga: Apa itu Slow Living? Mengenal Gaya Hidup yang Lebih Santai untuk Kesehatan Mental
Menkes menyatakan, kekhawatiran mengenai hasil pemeriksaan yang buruk menjadi salah satu alasan perempuan enggan memeriksakan diri. Padahal, menurutnya kanker sebaiknya dideteksi sejak dini karena peluang hidup akan lebih besar jika terdeteksi lebih awal dibandingkan jika terdeteksi terlambat.
“Jadi, kenapa banyak perempuan tidak mau dimamografi? Karena mereka takut menerima kenyataan kalau ada apa-apa. Padahal, saya yang bukan dokter saja tahu kalau ketahuan stadium satu lebih baik daripada ketahuannya di stadium tiga,” tandasnya. *