Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa UMKM perlu memakai model bisnis koperasi. Hal ini karena di Indonesia para pelaku UMKM yang didominasi usaha mikro, masih melakukan kegiatan usahanya secara perorangan, sehingga para pelaku UMKM ini masih memiliki produktivitas yang rendah dan ketidakmampuan UMKM untuk bersaing di pasar
Bahkan, dengan jumlah UMKM sebesar 99,9%, kontribusi terhadap PDB nasional hanya 60%. “Untuk itu, koperasi bisa menjadi model bisnis di Indonesia dengan berbasis UMKM,” tandas Teten, pada sacara sarasehan Membangun Ekosistem Perkoperasian Nasional Dalam upaya Pemulihan Ekonomi, di Kampus Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Bandung seperti dalam siaran persnya.
Lebih lanjut, MenkopUKM mencontohkan sektor pangan (kedelai, beras, jagung, dan sebagainya) yang masih impor. “Produktifitas petani kita rendah karena usaha perorangan tidak bisa masuk skala ekonomi,” jelas Teten.
Baca Juga: Jurus Bukalapak Gairahkan UMKM Lokal
Menurut Teten, mayoritas petani kita memiliki lahan yang sempit, sehingga tercipta keterbatasan dalam hal kualitas dan suplai produk. “Lagi-lagi, dalam kondisi seperti itu, koperasi bisa mengkonsolidasi petani-petani berlahan sempit tersebut,” kata MenkopUKM.
Maka, lanjut Teten, koperasi bisa mengkonsolidasi usaha-usaha kecil tersebut menjadi skala ekonomi. “Kami sudah memiliki kajian terhadap produk buah pisang yang memiliki pangsa pasar bagus di luar negeri. Dimana untuk masuk skala ekonomi, harus berlahan paling sedikit 400 hektar,” ujar Teten lagi.
Lebih dari itu, dengan korporatisasi petani, khususnya di sektor pangan, harus menggandeng Offtaker agar produk pertanian terjaga suplai dan kualitasnya. “Saya contohkan petani bawang di Brebes, yang sejahtera itu tengkulaknya, bukan petaninya. Fungsi tengkulak bisa digantikan koperasi. Koperasi yang harus membeli produk petani yang akan diserap Offtaker. Ini model bisnis yang sedang kita bangun,” papar MenkopUKM.
Teten juga merujuk warung-warung milik rakyat takkan bisa melawan jaringan ritel moderen. Usahanya pun tidak akan berkembang. “Koperasi bisa mengkonsolidasi warung-warung tersebut dengan membangun semacam pusat distribusi,” ucap MenkopUKM.
Oleh karena itu, Teten mengajak koperasi-koperasi besar untuk masuk ke sektor produksi, seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan sebagainya. “Bayangkan, kita masih impor susu, sedangkan kita punya banyak petani susu. Namun, masih berskala ekonomi rendah. Kita bisa konsolidasikan potensi itu lewat koperasi hingga masuk skala ekonomi,” tegas Teten.
Baca Juga: Ridwan Kamil Minta Emak-emak se-Jawa Barat Belanja Produk UMKM
Bagi Teten, sudah saatnya mengubah pola Syarikat Dagang menjadi Syarikat Produksi, sehingga produk-produk UMKM bisa masuk rantai pasok global. “Disini, UMKM bisa terintegrasi melalui koperasi,” kata Teten.
Di samping itu, Teten juga mendorong koperasi untuk melakukan modernisasi dengan pola digitalisasi dalam melayani anggotanya. “Di luar sana, ada sekita 149 perusahaan fintech yang terdaftar di OJK. Jadi, agar bisa bersaing, koperasi harus masuk ke ekosistem digital,” ucap MenkopUKM.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Ikopin Burhanuddin Abdullah mengapresiasi langkah dan upaya Menkop Teten dalam membangun ekosistem perkoperasian di Indonesia. “Saya melihat, MenkopUKM sedang membangun perekonomian dengan koperasi menjadi salah satu komponen utamanya,” ungkap Burhanuddin.
Hanya saja, Burhanuddin mengakui bahwa untuk mewujudkan ekosistem tersebut, tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap. “Ada tahapan-tahapan yang harus diikuti. Dan Ikopin siap menjadi teman diskusi bagi kementerian guna mewujudkan itu,” pungkas Burhanuddin.
Baca Juga: Kemendag Dorong UMKM Terintegrasi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik di ASEAN