JNEWS – Sebagian orang rela harus merogoh kocek yang dalam, hanya untuk membeli sebotol parfum Import agar penampilan mereka lebih memukau. Tak mau kalah dengan parfum Import, Minyeuk Pret menjadi parfum lokal yang mampu bersaing dengan parfum import. Jika ditinjau dari kualitas dan harga, Minyeuk Pret bisa menjadi pilihan yang tepat.
Penamaan parfum ini terinspirasi dari bahasa nenek moyang orang Aceh yang menyebut parfum dengan sebutan ‘Minyeuk Pret.’ Berasal dari dua kosa kata, yaitu ‘Minyeuk’ yang memiliki arti minyak dan ‘Pret’ artinya semprot.
“Tapi, sekarang istilah ‘Pret’ itu udah punya banyak arti. Makanya awal saya memperkenalkan brand ini, banyak orang yang tertawa,” ujar Daudy Sukma dalam podcast Cerita Joni.
Daudy menjelaskan bahwa dalam menemukan racikan Minyeuk Pret ini, ada kesulitan yang harus dilaluinya. Salah satunya adalah saat membuat racikan Minyeuk Pret varian bunga Seulanga.
“Saya pernah menyuling 500 gram bunga Seulanga, tapi hasil yang saya dapat hanya 4 tetes. Itu (penyulingan) selama 8 jam,” papar Daudy
Penggunaan bunga Seulanga khas Aceh, menjadi salah satu komponen pendukung visi-misi Minyeuk Pret, yaitu menjadi kiblat produksi parfum yang mengangkat nilai budaya. Daudy pun berencana membuat parfum varian lain yang bahan bakunya berasal dari Indonesia.
“Keunikan Minyeuk Pret ini adalah mampu bertahan selama 8-12 jam, berdasarkan hasil laboratorium. Tetapi berdasarkan review konsumen, itu saya agak ngeri bacanya. Katanya, kuat (aroma) sekitar 1-2 hari,” jelas Daudy
Baca juga: 10 Destinasi Wisata Religi Islam di Indonesia yang Terbaik dan Paling Populer
Minyeuk Pret sukses menjual 1.683 pieces pada hari pertama didirikannya brand ini, yaitu pada tanggal 1 April 2015. Jumlah penjualan ini terus meningkat, hingga saat ini Minyeuk Pret mampu memproduksi 15.000 pieces per-bulan dengan dua Warehouse yang berada di Bekasi dan Johor, Malaysia.
Sudah di ekspor ke 23 negara, Daudy mengaku menggunakan ekspedisi JNE untuk melakukan ekspor dan pengiriman bahan baku Minyeuk Pret dari Bekasi ke Johor, Malaysia.
“Special Thanks to JNE ya, karena selama 10 tahun kita bekerjasama, belum pernah terjadi komplain satu pu. Kalau gak ada ekspedisi (JNE), mungkin produk kita (Minyeuk Pret) hanya terjual di sekitaran Aceh. Tapi, karena adanya ekspedisi JNE, kita bisa menjangkau sampai 23 negara sampai hari ini.” jelas Daudy