Motif Batik Tradisional yang Tidak Pernah Luntur: Keindahan dalam Klasik

Motif batik telah berkembang sangat jauh. Namun, yang tradisional tetap dicari. Batik motif klasik memancarkan kewibawaan dan keanggunan pemakainya.

Dikutip dari laman Balai Besar Kerajinan dan Batik Kemenperin, motif batik adalah corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk dan isen-isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Corak batik yang tak lekang oleh waktu harus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya dunia.

10 Motif Batik Tradisional yang Tak Pernah Luntur

Motif Batik Tradisional yang Tidak Pernah Luntur: Keindahan dalam Klasik

1. Batik Parang

Saat pesta pernikahan Kaesang dan Erina, para tamu undangan diminta untuk tidak mengenakan baju dengan motif batik parang. Mengapa? Motif parang merupakan motif batik yang khusus digunakan oleh keluarga adipati. Kebetulan lokasi resepsi pernikahan tersebut berada di wilayah Pura Mangkungaran. Namun di luar itu, motif parang telah digunakan masyarakat luas sebagai kemeja lengan panjang hingga gamis.

Parang merupakan salah satu motif tertua yang sudah ada sejak jaman Keraton Mataram Kartasura. Parang artinya perang terhadap hawa nafsu. Ciri khas motif parang adalah pola dengan kemiringan 45° dan pola mirip huruf S yang saling terjalin. Untuk mengidentifikasi keaslian motif parang, perlu menggunakan algoritma Point Minuteae.

Baca juga: 9 Model Baju Batik Wanita untuk Segala Suasana

2. Batik Sogan

Batik sogan merupakan motif tradisional dengan ciri khas warna cokelat yang masih populer hingga sekarang, terutama untuk dikenakan di acara-acara resmi. Sogan berasal dari nama pohon soga yang merupakan bahan pewarna alami. Batik sogan ada di Yogyakarta dan Solo dengan perbedaan pada motif dan kepekatan warna. Umumnya warna batik sogan di Yogyakarta lebih gelap dan pekat.

Filosofi dalam batik sogan sangat kental dan tercantum dalam Serat Wirid Hidayat Jati. Dalam serat tersebut disebutkan bahwa batik sogan memiliki lima warna utama, yaitu hitam, merah, kuning, putih dan hijau. Sebenarnya motif tersebut sudah ada sebelum kedatangan Islam. Dalam rangkaian penyebaran Islam, Walisongo memberikan tambahan pakem.

3. Batik Megamendung

Motif megamendung merujuk ke bentuk awan sebagai lambang dunia atas. Motif ini mendapat pengaruh dari Tiongkok, berkat pernikahan antara Sunan Gunung Jati dan Ratu Ong Tien.

Perpaduan warna cerah dan gelap yang dramatis membuat motif megamendung mudah diaplikasikan pada desain baju modern. Karena kepopulerannya, batik megamendung telah menjadi ikon Cirebon.

4. Batik Gentongan

Motif gentongan merupakan salah satu karya wastra eksklusif yang diminati kolektor. Motif ini hanya dibuat di daerah Tanjung Bumi, Madura. Jika corak dan warnanya sedikit mengingatkan pada batik pesisir lain seperti Pekalongan, itu karena awalnya memang dibawa oleh para nelayan yang terdampar di sana sepulang dari Kalimantan.

Nama gentongan berasal dari proses pewarnaan yang dicelupkan ke dalam gentong batu selama 24 jam. Proses ini diulang selama 6 hingga 12 bulan. Tak heran jika batik gentongan mendapat tempat istimewa di kalangan kolektor.

5. Batik Sekar Jagad

Motif sekar jagad berasal dari Yogyakarta dan Solo, yang kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kata sekar jagad diperkirakan berasal dari bahasa Belanda, yaitu kaart, yang artinya peta. Sekar jagad merupakan lambang keberagaman yang ada di dunia.

Motif sekar jagad berbentuk lengkung tidak beraturan yang menyerupai pulau-pulau. Di dalamnya terdapat isen-isen berupa berbagai motif batik lainnya, antara lain kawung, parang, truntum, dan sebagainya. Secara umum, motif sekar jagad terinspirasi dari keragaman flora dan fauna, termasuk keindahan bunga-bunga. Jika dilihat secara keseluruhan, motif sekar jagad mirip dengan kerajinan patchwork. Motif ini terlihat cantik sebagai bahan baju outer.

6. Batik Sidomukti

Sido artinya jadi, mukti artinya makmur atau mulia. Motif sidomukti berasal dari Yogyakarta dan Solo yang dulu hanya boleh dikenakan di dalam keraton. Belakangan motif ini juga dikenakan oleh para pengantin yang menggunakan adat Jawa.

Sidomukti menggunakan warna dari soga, yaitu cokelat dengan nuansa kemerahan atau kekuningan. Motif sidomukti umumnya masih dicari untuk dijadikan bahan tunik. Corak sidomukti yang teratur dan tegas, membuat penggunanya terlihat berwibawa.

7. Motif Tujuh Rupa

Motif tradisional dari Pekalongan ini termasuk paling sering terlihat dikenakan oleh karyawan kantor yang masih muda. Coraknya yang meriah dengan warna cerah sesuai dengan jiwa muda yang penuh semangat dan dinamika. Motif ini umumnya dijadikan bahan kemeja lengan pendek dan sackdress.

Motif tujuh rupa merupakan perpaduan desain lokal dan Tiongkok. Coraknya terinspirasi dari kekayakan alam Pekalongan. Motif yang mirip seperti ini bisa ditemui di daerah pesisir Jawa Tengah lainnya, seperti Rembang dan Lasem.

8. Batik Kawung

Motif kawung menyerupai buah aren yang dibelah. Motif kawung ada yang berlatar cokelat, ada pula yang berlatar warna putih. Kawung mencerminkan kesempurnaan dan kesucian. Karena itu, penggunaan batik motif kawung diatur sangat ketat di keraton. Jika mendapat undangan acara keraton, sebaiknya memahami aturan tersebut.

Namun, kawung juga sudah digunakan oleh masyarakat luas untuk berbagai kesempatan. Kawung terlihat kasual sebagai bahan celana bawahan yang modis untuk berlibur atau datang ke undangan tak resmi. Kawung juga beberapa kali terlihat dijadikan kombinasi bahan tas.

9. Truntum

Truntum merupakan motif batik yang sangat elegan sehingga masih sering dijadikan bahan baju untuk menghadiri undangan resmi, misalnya untuk dijadikan tunik, outer atau kemeja. Motif truntum diciptakan oleh istri Sri Susuhunan Pakubuwana III dari Surakarta, yaitu Kanjeng Ratu Kencana.

Truntum merupakan lambang cinta tanpa syarat sehingga pada pernikahan adat Jawa dikenakan oleh orang tua pengantin. Motif truntum yang berupa bunga-bunga kecil sering digunakan sebagai motif dasar untuk motif lain yang lebih besar, misalnya garuda dan babon angrem.

Baca juga: 9 Ragam Baju Adat Jawa yang Harus Diketahui

10. Batik Ulamsari Mas

Ulamsari mas merupakan motif batik yang terkenal dari Bali. Batik motif ini sering diborong wisatawan sebagai oleh-oleh. Sesuai dengan namanya, ulamsari merupakan lambang mata pencaharian masyarakat Bali sebagai nelayan. Karena itu, yang ditorehkan ke atas kain adalah gambar ikan dan udang. Batik ulamsari menggunakan warna-warna cerah khas Bali.

Itulah beberapa motif batik tradisional yang telah ada selama bertahun-tahun dan masih terus populer hingga saat ini. Sebagai warisan budaya dunia, batik sangat dicintai oleh masyarakat Indonesia. Motif batik tradisional yang sudah lama ada tetap dikenakan karena mampu memancarkan penampilan yang klasik dan menawan bagi pemakainya.

Exit mobile version