Nyaris Gulung Tikar, UKM Ini Bertahan Karena Beralih ke Online

Foto Ilustrasi UMKM.

Laensugi Rante Tandung nyaris saja tidak meneruskan bisnisnya gara-gara pandemi Covid-19. Gadis yang meraih gelar S2 di Australia itu adalah pengusaha dengan 6 orang karyawan. Ia menjalankan usahanya di 2 gerobakan dengan menyewa satu ruko.

Di awal Februari hingga April 2020, bisnis Laensugi sudah mulai mengalami penurunan omset. Sampai akhirnya tidak mencukupi gaji dan uang kontrak selama dua bulan. “Saya betul-betul tekor,” kisahnya di laman Quora.

”Gaji pegawai tetap saya bayarkan meskipun itu berarti saya tidak akan mampu membiayai kontrakan untuk periode kedepan. Saya UMKM yang mana tidak memiliki tabungan banyak untuk menyelamatkan diri beberapa bulan kedepan,” ungkapnya.

Baca Juga : Omzet UMKM Ini Naik 50% Selama Pandemi

Terpaksa Tutup Karena PSBB

Menurut Laensugi, hubungan dia dengan 6 karyawannya termasuk dekat. 4 diantaranya adalah mahasiswa, pekerja keras yang berani mengambil resiko kerja sambil kuliah untuk tidak memberatkan orang tua. ”Mereka bekerja di gerobakan saya dari jam 4 sore-10 malam. Usaha saya fokus di bidang kuliner; makanan ringan dan juga makanan Korea,” ungkapnya.

Sayangnya, omset terus merosot, hingga kota Makassar tempatnya tinggal menjalankan PSBB dan ia terpaksa menutup tempatnya berjualan.

Akhir April adalah waktu yang paling berat bagi Laensugi. ”Saya harus meminta maaf karena tidak bisa melanjutkan/menutup sementara usaha saya,” ujarnya.

”Satu persatu karyawan saya saya panggil dan berbicara 4 mata. 4 orang mahasiswa yang sudah saya bantu topang hidupnya selama di Makassar harus saya relakan dan mengharapkan orang tua mereka mampu menopang hidup mereka lagi. Saya berjanji ke mereka ketika semuanya kembali normal saya akan memanggil mereka lagi . Dalam hati saya bertanya ‘tapi kapan? saya juga tidak tau’,” ungkapnya.

Baca Juga : Rilis Aplikasi Dagang, Youtap Siap Bantu UMKM Go Digital

Dekat dengan Karyawan

4 dari 6 karyawan dirumahkan. Sedangkan dua lainnya tetap dipekerjakan karena keluarga mereka bergantung pada Laensugi. ”Setidaknya bisa membantu memenuhi pesanan lewat Take Away,’ ungkapnya.

Menurut Laensugi, ia sendiri tidak takut dengan hidupnya. Karena masih mendapatkan gaji dari perusahaan tempatnya bekerja. Namun, ia mengaku lebih memikirkan karyawan yang sudah dua tahun hidup dari usaha ini.

”Mereka sudah seperti keluarga inti saya, saya sudah sangat dekat, dan mereka sungguh berdedikasi, bagaimana kehidupan mereka jika tidak ada keajaiban yang muncul,” ungkapnya.

Laensugi terus bertanya, bagaimana cara untuk bertahan? Inovasi apa yang harus dilakukan? Sampai akhirnya ia ternyata tetap bertahan, meski memang gerobakan yang ia gunakan untuk berjualan tutup. ”Mulai Agustus mendatang kami akan lebih fokus ke penjualan online food,” ungkapnya.

Baca Juga : 5 Kesalahan yang Harus Dihindari Pebisnis UKM

Exit mobile version