JNEWS – Pakaian adat Indonesia di tiap daerah memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Seperti pakaian adat Bengkulu yang mencerminkan pengaruh budaya Melayu yang kental serta akulturasi dengan budaya lainnya.
Bengkulu adalah daerah strategis yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatra. Di masa lampau, Bengkulu menjadi daerah persinggahan berbagai suku bangsa untuk melakukan perdagangan. Sebut saja suku Melayu, Minangkabau, Bugis hingga bangsa Eropa.
Makna di Balik Pakaian Adat Bengkulu
Berdasarkan sejarah, Bengkulu lekat dengan kebudayaan Melayu. Hal ini tercermin dari pakaian adatnya yang memiliki kemiripan dengan baju adat dari wilayah Melayu lainnya, seperti Aceh, Sumatra Barat, dan Riau.
Baju kurung dan sarung songket menjadi ciri khas dari pakaian adat Bengkulu. Pakaian ini juga menjadi bagian dari baju tradisional Melayu pada umumnya.
Kendati memiliki kemiripan, ada makna filosofis di balik pakaian adat Bengkulu. Baik melambangkan budaya, agama hingga mencerminkan nilai yang ada di dalam masyarakat.
1. Simbol Kehormatan dan Status Sosial
Dalam tradisi Bengkulu, pakaian adat merupakan penanda status sosial seseorang. Semakin mewah bahan dan hiasan pakaian tersebut, semakin tinggi pula status sosial pemakainya. Simbol kehormatan dan kebanggaan ini pun diwariskan dari generasi ke generasi.
Misalnya, pada masa lalu, keluarga bangsawan mengenakan pakaian dengan sulaman benang emas dan perhiasan yang lebih mencolok. Hal ini menunjukkan bahwa yang mengenakan berasal dari strata bangsawan.
2. Kearifan Lokal
Setiap motif dan bentuk dalam pakaian adat Bengkulu mengandung pesan-pesan kearifan lokal. Seperti motif songket Bengkulu, terutama yang terinspirasi bunga Raflesia, melambangkan keindahan alam dan kebesaran daerah. Bunga Raflesia pun menjadi perlambangan bahwa tidak hanya cantik secara visual tetapi juga mencerminkan kebanggaan masyarakat Bengkulu akan flora endemiknya.
3. Warna Pakaian
Penggunaan warna-warna memiliki arti, seperti warna merah untuk semangat dan keberanian. Warna emas melambangkan kemakmuran, sedangkan hitam melambangkan keteguhan hati. Kombinasi warna-warna ini di pakaian adat mencerminkan akan harapan masyarakat Bengkulu untuk terus bisa hidup harmonis dan sejahtera.
4. Penghormatan terhadap Leluhur
Pakaian adat juga menjadi cara masyarakat Bengkulu menghormati dan mengenang leluhur mereka. Setiap potongan pakaian tradisional dirancang sesuai pakem yang diwariskan turun-temurun.
Dalam beberapa acara adat, sebelum mengenakan pakaian adat, dilakukan ritual kecil sebagai bentuk permohonan restu dari para leluhur.
5. Wujud Keselarasan dengan Alam
Bahan-bahan pakaian tradisional Bengkulu dibuat dengan cara ditenun dan menggunakan bahan dari alam.
Sebagai contoh, dikutip dari Repositori Kemdikbud, benang warna merah di kain songket merupakan kombinasi dari minyak kepahyang, kulit manis kayu kurat, dan kayu sepang. Benang warna hitam memerlukan sebangsa daun tumbuh-tumbuhan yang disebut timbuak (tumbuhan sebangsa akar dan banyak mempunyai daun.)
Hal ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat yang selaras dengan alam. Tak hanya itu saja, umumnya motif-motif kain pun terinspirasi dari tumbuhan dan binatang yang merupakan bagian dari alam semesta.
6. Identitas Budaya
Pakaian adat Bengkulu juga merupakan simbol identitas budaya dan kebanggaan masyarakat setempat terhadap warisan budaya mereka. Simbol ini masih terus dijaga hingga sekarang. Hal ini bisa dilihat penggunaan pakaian adat masih terus dikenakan untuk berbagai acara penting.
Baca juga: Pantai Panjang: Keindahan Pantai Terpanjang di Indonesia
Jenis Pakaian Adat Bengkulu
1. Pakaian Adat Bengkulu Melayu untuk Pengantin
Untuk jenis pakaian adat khusus pengantin berbeda antara wanita dan laki-laki, baik dari segi desain hingga aksesori. Berikut penjelasannya.
Pengaruh budaya Melayu yang kental, pakaian adat pun memiliki ciri yang mirip. Seperti pakaian adat untuk pengantin wanita dari Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, dan Kabupaten Kaur.
Umumnya, saat acara pernikahan, pengantin wanita akan mengenakan baju kuning panjang dengan kain beludru bertabur beserta kebaya pendek dan panjang yang terbuat dari kain sutra tipis.
Karena banyaknya taburan di pakaian adat ini, masyarakat Bengkulu menyebutnya dengan nama “baju bertabur”. Adapun baju bertabur ini terbuat dari kepingan perak dengan sepuhan emas serta terdiri dari hiasan tabur-penabur yang dipasangkan di seluruh permukaan bajunya.
Di bagian pinggiran baju serta kedua lengannya akan ditambahkan dengan tabur rendo. Kemudian di sekeliling pinggiran baju akan ditambahkan lagi tabur karang batu dengan bentuk segitiga sama kaki. Di antara segitiga sama kaki ini, kemudian dipasangkan tabur selaguri.
Pakaian adat untuk pengantin laki-laki akan mengenakan jas hitam dengan kemeja berwarna putih lengan panjang. Nantinya ada tambahan kain jenis sulaman benang emas atau disebut sebagai kain bedompak.
Di kiri bagian atas baju jas pengantin laki-laki, kerap diselipkan selembar sapu tangan segitiga, seuntai rantai emas, dan sejenis bunga yang dikenal sebagai bunga dada. Untuk sepatunya, pengantin akan menggunakan sepatu lokak atau apabila tidak ada bisa menggunakan sepatu tanpa tali.
Untuk bagian kepala, ada hiasan kepala berupa sunting untuk wanita dan songkok untuk pria. Tak hanya itu saja, para pengantin laki-laki juga harus mengenakan beberapa perhiasan seperti pengantin wanitanya. Contohnya, hiasan berbentuk keris, gelang, dan lainya.
2. Pakaian Adat Rejang Lebong
Pakaian adat Bengkulu lainnya adalah dari Suku Rejang yang mendiami Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah.
Untuk pakaian adat pengantin wanita mengenakan tepung dan kembang, kain sulam benang emas, baju bertabur, dan sandal warna hitam. Di dahi akan berhias tapak sangko burung merak dan di bahu diberi bentuk teratai. Hiasan lain yang dikenakan berupa kalung, pending untuk pinggang, dan gelang keroncong.
Sedangkan bagi pengantin pria, busana yang dikenakan berupa baju kemeja putih dan jas, saku berantai emas, selendang bersulam emas, dan cek uleue atau destar adat dari kain songket.
Aksesori pengantin pria berupa keris bahan songket benang emas. Alas kaki kedua pengantin menggunakan sepatu atau sandal.
3. Pakaian Adat Mukomuko
Masyarakat Mukomuko memiliki pakaian adat pengantin yang cukup beda. Untuk pengantin wanitanya, menggunakan baju bertabur yang dipasangkan dengan rok songket. Sedangkan pria mengenakan baju bertabur dikombinasikan dengan celana serta kain songket bahan beludru.
Pakaian adat pengantin khas Mukomuko umumnya berwarna merah dan dihiasi manik-manik tabur berbentuk bunga matahari. Untuk bagian lengan menggunakan model tanpa kerutan dari atas hingga bawah. Model ini pun dikenal dengan istilah suai atau lengan licin. Untu bagian lengan, bawah baju, serta celana dihiasi dengan renda.
4. Kain Dugan Ragi Manis
Kain dugan adalah sejenis pakaian tradisional daerah Bengkulu yang hampir dipakai oleh seluruh suku bangsa di daerah Bengkulu. Biasanya, kain ini dipakai seorang gadis.
Untuk pemakaian kain dugan ini tidak ada pembatasan dipandang dari segi status sosial. Siapa saja tidak ada larangan untuk memakainya.
Namun di masa lampau, kain yang sejenis ini sulit untuk dimiliki seseorang, maka orang yang dapat memakainya adalah orang dengan tingkat ekonomi tergolong menengah ke atas. Selain itu, masyarakat yang rajin menenun juga memilikinya dan memakainya.
Memang sepintas terlihat adanya perbedaan kelompok sosial yang memakainya. Tetapi sebenarnya hal ini terjadi bukan karena adanya larangan adat-istiadat setempat.
5. Kuluk Dugan
Dikutip dari Repositori Kemdikbud, Kuluk Dugan adalah nama salah satu jenis pakaian adat tradisional daerah Bengkulu. Jenis pakaian adat ini hampir ada di setiap suku di Provinsi Bengkulu.
Pakaian adat Bengkulu ini adalah pakaian sehari-hari bagi kaum wanita, baik gadis maupun orang yang sudah menikah. Penggunaannya tidak terikat pada peristiwa tertentu, jadi dapat dipakai dalam suasana santai serta tidak memandang tingkatan sosial di masyarakat.
6. Batik Basurek
Selain kain songket, Bengkulu juga memiliki kain batik besurek yang populer dan menjadi bagian dari pakaian adat. Di masa lampau, kain ini hanya bisa digunakan untuk upacara adat, seperti upacara pengapit pengantin pria.
Namun, seiring perkembangan zaman, penggunaan batik ini pun digunakan untuk berbagai acara. Seperti sampiran bilik pengantin, hiasan ayunan cukur bayi, ziarah kubur, penutup jenazah, acara calon pengantin wanita rupa mandi hingga Siraman bedabung mengikir gigi malam inaicuri.
Keunikan Pakaian Adat Bengkulu
1. Hiasan Sulaman Benang Emas
Salah satu keunikan pakaian adat Bengkulu adalah adanya sulaman benang emas yang rumit dan indah. Sulaman ini tidak hanya memperindah busana, tetapi juga menunjukkan tingkat keahlian pembuatnya. Butuh ketelatenan dan waktu yang lama untuk menghasilkan sehelai kain dengan motif sulaman emas yang sempurna.
2. Mahkota Sunting yang Megah
Sunting adalah hiasan kepala yang dikenakan oleh pengantin perempuan. Bentuknya seperti mahkota dengan rangkaian bunga emas yang menjulang ke atas. Selain berfungsi sebagai pemanis, sunting juga sarat makna spiritual dan simbolik. Sunting melambangkan status, kesucian, dan kesiapan perempuan memasuki kehidupan rumah tangga.
3. Penggunaan Motif Flora Lokal
Motif yang digunakan dalam pakaian adat Bengkulu banyak terinspirasi dari flora lokal, terutama bunga Raflesia Arnoldi, bunga terbesar di dunia yang menjadi ikon provinsi ini. Motif bunga ini tidak hanya mempercantik tampilan, tapi juga menjadi simbol kebanggaan dan ciri khas keunikan alam Bengkulu.
4. Warna Merah dan Emas
Pakaian adat Bengkulu didominasi oleh warna merah dan emas. Warna merah melambangkan keberanian, semangat, dan kebahagiaan, sementara warna emas menunjukkan kemakmuran dan keagungan. Kombinasi dua warna ini menciptakan kesan elegan dan megah yang khas.
5. Kain Songket Khas Bengkulu
Songket adalah kain tenun tradisional yang dihiasi benang emas atau perak. Di Bengkulu, songket bukan hanya sekadar kain, tetapi juga simbol budaya. Motif kain songket Bengkulu sangat khas dan tidak ditemukan di daerah lain. Hal ini bisa dilihat dengan kombinasi warna cerah dan desain yang lebih dinamis seperti geometris, tumbuhan dan hewan.
Baca juga: Baju Adat Maluku: Jenis, Keunikan, dan Makna di Baliknya
Pakaian adat Bengkulu tak sekadar busana tradisional saja, tapi juga menjadi simbol identitas budaya, terkandung nilai-nilai leluhur, serta menjadi kebanggaan masyarakat. Penggunaan pakaian adat di berbagai acara baik untuk upacara adat, pernikahan maupun lainnya menunjukkan bahwa masyarakat Bengkulu masih merawat warisan budaya turun temurun.