Penyakit polio masih ada di Indonesia! Tanggal 19 November 2022 lalu, Kementerian Kesehatan atau Kemenkes melaporkan kejadian luar biasa (KLB) polio dengan ditemukannya seorang penderita berusia 7 tahun di Pidie, Aceh.
Terbaru, pada tanggal 24 November 2022 penderita polio di Pidie menjadi 3 anak. Penemuan ini sungguh tak terduga mengingat Indonesia sudah dinyatakan bebas penyakit polio sejak 8 tahun lalu oleh World Health Organization atau WHO.
Karena itu, perlu dipahami kembali fakta-fakta tentang penyakit polio tersebut.
Apakah Penyakit Polio itu?
Penyakit polio, atau poliomyelitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit polio bisa mengakibatkan cedera syaraf yang menyebabkan kelumpuhan hingga kematian.
Baca juga: Tokoh Difabel Indonesia yang Sukses Dalam Bisnis
Karena itu, penyakit polio mendapat perhatian semua negara di dunia, terutama negara berkembang sehingga tiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Polio Dunia.
Dari laman resmi Kemenkes, diketahui bahwa Indonesia termasuk negara yang sangat aktif memberantas polio. Adapun kronologi perkembangan penyakit polio di Indonesia yang diambil dari laman tersebut ditambah dengan sumber lain adalah sebagai berikut:
- 1580-1350SM diperkirakan sudah ada penyakit polio di dunia seperti yang terekam dalam inskripsi Mesir Kuno.
- Tahun 1995, 1996, 1997 dilaksanakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) di seluruh Indonesia.
- 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio di Sukabumi, Jawa Barat, yang menyerang 205 orang.
- Tahun 2005 ditemukan 45 kasus di Madura dan 1 di Probolinggo, Jawa Timur.
- 20 Februari 2006 ditemukan kasus polio di Aceh.
- Tahun 2014 Indonesia menerima sertifikat bebas polio.
- 27 November 2018 ditemukan 1 kasus polio di Yahukimo, Papua.
- 26 Mei 2020 WHO mengakhiri KLB polio di Papua.
- 19 November 2022 ditemukan 1 kasus polio di Pidie, Aceh
- 24 November 2022 jumlah yang terjangkit polio di Pidie menjadi 3 anak.
Dengan demikian, meski Indonesia telah memegang sertifikat bebas polio dari WHO tapi penyakit polio ternyata masih bisa kembali menjangkiti.
Bagaimanakah Cara Penularan Penyakit Polio?
Penyakit polio banyak menyerang anak-anak, terutama yang berusia di bawah 15 tahun. Tapi orang dewasa juga bisa tertular. Namun demikian, dari laporan Kemenkes, penderita terbanyak adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Virus polio menyebar dari orang ke orang. Caranya, virus masuk ke tubuh seorang anak melalui mulut (makanan dan minuman), berkembang biak di usus, lalu keluar melalui pembuangan feses. Virus dalam feses tersebut mengontaminasi makanan dan minuman melalui aliran air, lalat, tangan yang tidak dicuci bersih, dan sebagainya.
Penularan juga bisa terjadi melalui kontak langsung lewat ludah (droplet). Jadi, penggunaan masker tidak hanya berguna untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan flu saja, tapi juga bermanfaat untuk mencegah penularan polio.
Baca juga: Wajib Paham, Ini 21 Penyakit dan Layanan yang Tak Ditanggung BPJS Kesehatan
Karena itu berhatilah-hatilah jika makan di warung-warung pinggir jalan yang tidak bersih, meski warung tersebut viral atau legend. Waspadai pula lingkungan rumah yang tidak bersih.
Seperti Apakah Gejala Penyakit Polio Itu?
Awalnya penderita tidak menyadari ketika terinfeksi virus tersebut. Kemudian virus berkembang dengan masa inkubasi 3-6 hari, lalu terjadi kelumpuhan dalam 7-12 hari. Secara detil, gejala penyakit polio dibagi menjadi 3:
- Nonparalisis yang ditunjukkan dengan demam, muntah, meningitis, otot lemah, pusing dan kaku pada tangan serta kaki.
- Paralisis yang ditunjukkan dengan demam, pusing, bagian tubuh lemah (kaki, tangan dan otot), serta kehilangan refleks.
- Sindrom pascapolio yang ditandai dengan kesulitan menelan, sulit bernapas, sulit konsentrasi, sulit mengingat, depresi, sulit tidur, mudah lelah, nyeri otot yang makin parah, dan massa otot menurun atau otot mengecil.
Bagaimanakah Pengobatan Polio?
Sayang sekali, tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit polio. Yang ada adalah perawatan 7 hari atau lebih di rumah sakit sampai penderita melewati masa akut. Penderita akan diberi obat antispasmodic untuk mengendurkan otot-otot tubuh yang kaku.
Tenaga medis juga akan membantu pengobatan untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan fisioterapi untuk melatih otot agar meningkatkan mobilitas meski tidak bisa sepenuhnya menyembuhkan.
Bagaimanakah Cara Pencegahan Polio?
Polio adalah penyakit yang menular dan berbahaya. Kecepatan Kemenkes dan pemerintah setempat akan memengaruhi pencegahan penyebarannya. Informasi yang benar dan cepat disampaikan ke masyarakat diharapkan mampu membendung penularannya.
Setelah memahami cara penularan polio, masyarakat diimbau agar secara rutin membersihkan lingkungan dan menjalani hidup yang lebih higienis. Pemerintah daerah juga ditugaskan memantau sarana mandi, cuci, kakus (MCK) serta pembuangan sampah warganya.
Pencegahan yang sangat efektif adalah melalui imunisasi yang terdiri dari 2 cara pemberian, yaitu:
- Vaksin yang berasal dari virus polio yang tidak aktif dan diberikan dengan suntikan atau IPV (Inactivated Polio Vaccines)
- Vaksin yang berasal dari virus polio yang telah dilemahkan dan diberikan secara oral atau OPV (Oral Polio Vaccine)
Sayangnya, akibat pandemi, jadwal imunisasi anak di Posyandu, puskesmas dan rumah sakit menjadi kurang perhatian. Untuk itu, Kemenkes mengeluarkan jadwal kejar imunisasi berdasarkan saran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, atau IDAI. Jadwal imunisasi polio sendiri harus dikejar untuk bayi usia 0-11 bulan, berupa:
- Polio tetes (OPV) 4 dosis
- Polio suntik (IPV) 1 dosis
Jarak antarvaksin wajib mengikuti saran dokter. Begitu pula kapan boleh booster karena dalam kondisi non pandemi, booster bisa dilakukan pada usia 18 bulan.
Orang dewasa tidak membutuhkan imunisasi ini, kecuali di daerahnya terjadi KLB atau merupakan tenaga medis. Vaksin dosis 1 dan 2 diberikan dengan jarak 1-2 bulan. Dosis 3 berjarak 6-12 bulan dari dosis 2.
Baca juga: Mumpung Akhir Pekan, Yuk Bersih-Bersih Rumah
Hidup bersih secara umum dapat menghindarkan masyarakat dari banyak penyakit, termasuk penyakit polio. Menjaga kebersihan seharusnya sudah menjadi rutinitas dan tanggung jawab bersama.
Selain itu, masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk aktif mencari informasi dan mengikuti program Kemenkes, termasuk PIN atau imunisasi mandiri, jika berada di daerah rawan penularan penyakit polio.