Pesona Batik Pekalongan: Sejarah dan Kecantikan Warisan Indonesia

JNEWS – Batik Pekalongan memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga abad ke-16, saat pengaruh kerajaan Islam mulai tumbuh di Jawa. Perkembangannya pun tidak lepas dari beragamnya budaya yang ada di daerah tersebut. Sampai saat ini, batik tetap menjadi salah satu ciri khas utama dari Pekalongan.

Kota ini terkenal sebagai pusat produksi kain batik yang telah berlangsung sejak lama, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perekonomian Jawa Tengah. Karenanya, Pekalongan sendiri disebut sebagai Kota Batik.

Keberadaan pelabuhan di Pekalongan juga ikut andil dalam mendorong pertumbuhan sektor perdagangan dan industri kerajinan di kota ini. Hal ini membuatnya menjadi rumah bagi sejumlah koperasi besar yang melayani pengusaha kecil dan menengah, termasuk mereka yang berbisnis batik.

Sejarah Batik Pekalongan

Pesona Batik Pekalongan: Sejarah dan Kecantikan Warisan Indonesia

Kesenian batik awalnya dimulai di lingkungan keraton sebelum menyebar ke masyarakat pesisir utara Jawa, termasuk Pekalongan. Penyebaran batik di daerah tersebut diyakini terjadi sejak masa Demak, Pajang, dan Mataram Islam.

Menurut Kusnin Asa dalam bukunya “Batik Pekalongan dalam Lintasan Sejarah” (2006), pengaruh dari Keraton Cirebon sangat memengaruhi perkembangan batik di Pekalongan, Tegal, Indramayu, hingga Tasikmalaya.

Di Pekalongan, motif batik berkembang juga dipengaruhi oleh budaya Tiongkok dan Arab. Kampung Arab di Pekalongan, misalnya, telah menjadi pusat pengrajin batik sejak abad ke-16. Pengaruh dari pendatang Tiongkok juga terlihat dalam pola hiasan batik yang mencakup motif-motif seperti burung, naga, dan kupu-kupu yang diadaptasi dari keramik Tiongkok.

Pengaruh corak batik Mataram Islam juga turut memengaruhi perkembangan ragam batik ini, khususnya setelah Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830). Banyak abdi dalem dan kerabat Keraton Yogyakarta yang bermigrasi ke daerah-daerah di Jawa, termasuk Pekalongan, sehingga membawa pengaruh batik Mataram Islam ke wilayah tersebut.

Pekalongan kemudian berkembang menjadi kota perdagangan yang penting, sebagai pusat perdagangan batik yang berkembang terus, bahkan di masa kolonial.

Menurut Chusnul Hayati dalam jurnalnya yang berjudul “Pekalongan Sebagai Kota Batik 1950-2007” (2012), Pekalongan kemudian dikenal sebagai Kota Batik sejak awal abad ke-20. Industri batik telah menjadi komoditas dagang utama di kota tersebut sejak 1840-an atau bahkan sebelumnya, saat masa VOC.

Keberhasilan industri batik di Pekalongan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan mengadopsi berbagai pengaruh budaya membuatnya tetap bertahan hingga saat ini. Pada tahun 2005, masih ada lebih dari 300 usaha batik aktif di Pekalongan, meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit dari periode kejayaan pada tahun 1970-an. Produknya juga telah merambah pasar internasional, seperti Singapura, Australia, AS, Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, hingga Timur Tengah.

Baca juga: Motif Batik Tradisional yang Tidak Pernah Luntur: Keindahan dalam Klasik

Beragam Motif Batik Pekalongan dan Filosofinya

Batik dari Pekalongan dikenal dengan warna-warna cerah yang mencolok pada setiap kainnya. Warna-warna seperti merah muda, salem, biru, hijau, kuning, dan jingga memberikan kesan ketenangan dan membuat kulit terlihat lebih cerah. Coraknya ditandai dengan garis-garis tegas yang membentuk motif bunga-bunga kecil dan dedaunan, memberikan kesan yang lebih hidup dan unik.

Berikut beberapa motif batik yang khas, dan membedakannya dari batik yang lain.

1. Motif Semen

Motif batik semen adalah salah satu ciri khas batik dari daerah ini, yang memiliki kemiripan dengan motif semen dari batik Jogja dan Solo. Namun, tetap ada perbedaan mencolok.

Batik Pekalongan ini menonjolkan karakteristiknya dengan garis-garis, umumnya bergambar tumbuhan, pepohonan, dan beragam hewan. Filosofi di balik motif ini berasal dari Ramawijayana, yang terdiri dari nasihat-nasihat kuno. Misalnya Bayu Brata yang melambangkan leluhur dengan gambaran burung, dan Agnibrata yang mewakili kekuatan melawan musuh dengan simbol lidah api.

2. Motif 7 Rupa

Motif 7 rupa adalah pilihan yang tepat jika ingin mengenakan batik dengan warna-warna yang mencolok, menggambarkan kekayaan alam Pekalongan melalui 7 motif yang berbeda. Biasanya, motif ini menghadirkan gambar tumbuhan dan beragam hewan dengan perpaduan warna cerah seperti biru, merah muda, dan warna gelap yang membuat batik terlihat mahal.

3. Motif Terang Bulan

Batik terang bulan adalah salah satu motif khas dari batik Pekalongan yang menampilkan keindahan flora dan fauna Indonesia. Motif ini sangat identik dengan masyarakat Pekalongan.

Dinamakan demikian karena menggambarkan cahaya bulan purnama di malam hari. Cocok dipakai dalam berbagai acara, baik itu sehari-hari maupun acara formal seperti pernikahan adat.

4. Motif Liong

Motif batik liong adalah salah satu dari beragam motif batik Pekalongan yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa, yang menggambarkan bentuk makhluk hidup seperti ular dan naga. Corak ini sering kali mencerminkan simbol perlawanan dan kekuatan yang kuat pada pemakainya.

  1. Motif Sawat

Motif sawat merupakan salah satu motif yang populer karena memiliki filosofi yang kuat di dalamnya. Dalam bahasa Jawa, “sawat” memiliki arti melempar, yang menggambarkan keyakinan masyarakat Jawa akan kekuatan leluhur dan dewa dalam mengendalikan alam semesta.

Dikatakan bahwa orang Jawa memiliki senjata seperti petir yang digunakan dengan cara dilemparkan, dan motif ini sering kali menggambarkan bentuk fisik hewan ular dengan taring yang tajam. Filosofi ini mengandung makna perlindungan bagi masyarakat dari kekuatan alam semesta.

6. Motif Buketan

Dipengaruhi oleh budaya asing, khususnya dari Belanda, motif ini pertama kali diproduksi di Indonesia oleh Cristina Van Zuylen, seorang wanita keturunan Belanda yang tinggal di Pekalongan. Batik Buketan menampilkan serangkaian bunga layaknya buket dengan warna-warna cerah yang cantik. Meskipun asalnya dari Pekalongan, motif ini juga dapat ditemukan di daerah lain seperti Bali.

7. Motif Jlamprang

Batik motif jlamprang menampilkan bentuk-bentuk geometris dan kombinasi lebih dari dua warna. Awalnya muncul karena pengaruh kepercayaan Buddha dan Hindu, sehingga memiliki nilai sakral. Motif ini sering dipakai dalam upacara kepercayaan Hindu di Pekalongan dan menghubungkan dunia manusia dengan dunia dewa.

8. Motif Hokokai

Batik Jawa Hokokai merupakan hasil akulturasi budaya antara Indonesia dan Jepang. Motif ini muncul pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dan diproduksi oleh pengrajin batik.

Nama “Hokokai” diambil dari suatu organisasi masyarakat. Motif ini cukup rumit dengan banyak ornamen dan warna yang indah, memiliki nilai seni tinggi. Motif yang umum dalam batik Hokokai adalah bunga dan kupu-kupu, disesuaikan dengan preferensi orang Jepang yang sering mengenakan kimono dengan motif-motif tersebut.

9. Motif Encim

Batik encim adalah batik dengan gaya Tiongkok. Kata “encim” berasal dari bahasa Tionghoa, “cici”, yang berarti kakak perempuan. Istilah ini berubah menjadi “encim” melalui interaksi dengan kaum pribumi Jawa.

Batik encim digunakan terutama sebagai kain sarung oleh perempuan Tionghoa, sering dipadukan dengan kebaya. Motifnya khas dengan gambar flora, warna cerah, dan kaya. Saat ini, batik encim tidak hanya ditemukan sebagai kain sarung, tetapi juga dalam fashion, dekorasi interior, dan lainnya.

Baca juga: 9 Model Baju Batik Wanita untuk Segala Suasana

Demikianlah pesona batik Pekalongan, sebuah warisan Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Kecantikan dan sejarahnya menjadikan batik ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya negeri ini.

Exit mobile version