Rantang Hati Penolong yang Terdampak Pandemi

JNE dan Wahyoo berkolaborasi membagi-bagikan makanan berupa nasi bungkus untuk santapan mereka yang terdampak Covid 19.

Suparti (54) cukup kewalahan menyelesaikan pesanan 250 paket Rantang Hati, Jumat (10/7/2020) pagi. Padahal, pemesan sudah menanti paket nasi bungkus beserta lauk-pauk. Paket-paket itu akan menjadi santapan warga terdampak pandemi Covid-19 di sejumlah rukun tetangga se-Jakarta.

Pemilik warteg di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, ini meminta bantuan keponakan dan tetangga untuk menanak nasi serta membungkus pesanan. ”Hitung-hitung berbagi rezeki dengan mereka pada saat susah seperti ini,” ujar Suparti.

Pagebluk membuat warungnya sepi. Dari biasanya didatangi lebih dari 100 orang, kini puluhan saja yang datang baginya sudah lumayan. Kabar baik akhirnya menghampiri ketika Wahyoo, usaha rintisan jejaring warung makan tradisional, melibatkannya sebagai satu dari 100 mitra warung makan penyedia Rantang Hati.

Baca Juga: JNE Siap Penuhi Kebutuhan Pelanggan di Peak Season Ramadhan

Rantang Hati tak lain nama prakarsa bantuan nasi bungkus kepada warga terdampak pandemi Covid-19 di Jakarta yang bekerja sama dengan perusahaan jasa pengiriman JNE. Penyaluran bantuan berlangsung pada 1-10 Juli dengan melibatkan 10 warung per hari.

Rantang Hati juga membantu pemilik warung lain, Sutiwas (44), dengan adanya pesanan untuk Rantang Hati pada Kamis (9/7). Pemilik warteg di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini menyelesaikan pesanan bersama dua anaknya.

Ia bersyukur pesanan datang saat jumlah pelanggan belum kembali seperti biasa. Sejak pembatasan sosial berskala besar, jumlah orang yang datang ke warungnya turun drastis. Dari biasanya lebih dari 150 orang, kini hanya separuhnya. ”Alhamdulillah ada pesanan, menambah pemasukan,” ucap Sutiwas.

Rantang Hati juga menambah uang belanja kebutuhan warung milik Sumarsih (48). Pemilik warteg di Penjaringan, Jakarta Utara, itu mendapat pesanan nasi bungkus untuk Rantang Hati pada Senin (6/7). ”Sangat terbantu. Kalau tak ada pesanan, sulit untuk belanja,” ucap Sumarsih.

Sebelum ada pandemi, dalam sehari, wartegnya bisa menghasilkan Rp 2,5 juta. Namun, kini hasilnya tergerus menjadi Rp 600.000.

Baca Juga: JNE dan Wahyoo, Berkolaborasi Dalam Gerakan Rantang Hati

Misi pemberdayaan

Rantang Hati

 

Pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor usaha, termasuk warung makan. Tak sedikit warung makan harus tutup untuk sementara waktu karena jumlah pembeli terus turun. Banyak mitra Wahyoo pun mengalami hal itu.

Rantang Hati lahir tak sekadar menjadi bantuan sosial. Rantang Hati muncul untuk memberdayakan mitra warung makan agar usahanya dapat berlanjut di tengah ketidakpastian pandemi.

Menurut pendiri Wahyoo, Peter Shearer, pendapatan 50 persen mitra usahanya terdampak pagebluk. Salah satu penyebabnya, warung berada di sekitar area perkantoran sehingga jumlah pembeli terimbas kebijakan bekerja dari rumah. Wahyoo lantas menginisiasi gerakan Rantang Hati guna meringankan beban warga terdampak Covid-19 sekaligus membantu warung tetap berjualan.

JNE berkolaborasi dengan Wahyoo dalam program Rantang Hati sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Krisis menjadi saat yang tepat untuk berbagi, antara lain dengan membantu warung makan yang menjadi tumpuan hidup pemilik dan pemenuhan kebutuhan pangan warga.

”Sekarang saatnya mulai bergerak,” ujar Vice President Marketing JNE Eri Palgunadi. Medio April, Wahyoo menggalang dana untuk warung makan supaya tetap buka. Caranya, menyediakan makan gratis bagi warga hingga pengemudi ojek daring yang terdampak pandemi Covid-19.

Lewat penggalangan dana melalui platform Kitabisa.com terkumpul Rp 350 juta. Dana itu diberikan kepada tiap-tiap warung untuk makan gratis 50-100 orang selama 14 hari.

Kini, makin banyak pihak terlibat, termasuk panitia konser musik #DiRumahAja yang digagas Najwa Shihab yang membantu Rp 450 juta. Dana itu digunakan untuk keperluan makan 800 keluarga selama 14 hari berturut-turut.

Warung sehat

Wahyoo juga membantu mitra agar dapat menerapkan protokol kesehatan di warungnya. Salah satu contohnya, Warteg Ellya milik Sutiwas di Jakarta Selatan.

Di meja makan dekat etalase berisi aneka hidangan terpasang bilik atau sekat. Alhasil, pengunjung tidak berimpitan saat makan karena satu bangku panjang diisi empat orang.

Pada dinding warteg terpampang penjelasan protokol kesehatan dan kewajiban mengenakan masker. Pengunjung diminta mencuci tangan dengan sabun saat masuk dan keluar warung. Dianjurkan pula makanan dipesan melalui aplikasi serta pembayaran dilakukan secara nontunai atau dengan uang pas yang dimasukkan ke dalam kotak yang telah tersedia.

Tak lupa pramusaji warteg mengenakan masker dan pelindung wajah selama melayani pelanggan. Kebersihan dan higienitas makanan menjadi prioritas mitra Wahyoo. ”Warteg dinilai lebih nyaman karena tidak berdesakan saat makan,” kata Sutiwas.

Kebersihan pangkal kesehatan. Itulah yang sudah tertanam dalam benak mitra usaha Wahyoo, apalagi jumlah kasus positif Covid-19 masih terus bertambah.

Rantang Hati mewujud menjadi gerakan dari warga, oleh warga, dan untuk warga. Gerakan ini mengajarkan bahwa untuk menguatkan sesama, warga tak perlu menunggu uluran bantuan. Kolaborasi bersama dapat menolong banyak pihak, salah satunya terealisasi lewat nasi bungkus dari Rantang Hati.

Baca Juga: Siap Dukung Geliat UKM dan Industri, JNE Sukabumi Optimis Tatap 2021

Exit mobile version